Virus Corona "Taklukkan" Gunung Tertinggi Dunia
Seorang pendaki asal Norwegia menjadi pendaki pertama yang dites positif Covid-19 di pos perkemahan Gunung Everest dan dia sudah dibawa dengan helikopter ke Kathmandu untuk dirawat di rumah sakit.
Seorang pendaki asal Norwegia menjadi pendaki pertama yang dites positif Covid-19 di pos perkemahan Gunung Everest dan dia sudah dibawa dengan helikopter ke Kathmandu untuk dirawat di rumah sakit.
Erlend Ness mengatakan kepada kantor berita The ASsociated Press melalui pesan singkat bahwa dirinya dites positif pada 15 April. Dia mengatakan tes berikutnya Kamis lalu mendapat hasil negatif dan dia kini tinggal dengan keluarga lokal di Nepal.
-
Virus apa yang ditemukan oleh ilmuwan di Himalaya? Terperangkap di dalam es itu terdapat lebih dari 1.700 spesies virus — hampir semuanya baru bagi sains.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Siapa yang mengukur Gunung Everest? Misalnya, ketika perwira militer Inggris Sir Andrew Scott Waugh dan timnya mengukur Gunung Everest sebagai bagian dari Survei Trigonometri Besar, atmosfer bumi juga berpengaruh.
-
Kenapa ilmuwan meneliti virus purba di Himalaya? Penelitian itu memberi gambaran singkat tentang bagaimana virus beradaptasi dengan perubahan iklim selama ribuan tahun.
-
Apa yang berhasil dikibarkan oleh Asmujiono di puncak Gunung Everest? Asmujiono, warga Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, jadi salah satu warga Indonesia yang berhasil mengibarkan bendera merah putih di puncak Gunung Everest.
-
Apa yang menjadikan Gunung Everest sebagai gunung tertinggi di dunia? Dari jumlah tersebut, salah satunya menonjol karena tingginya dan diakui sebagai gunung terbesar dan tertinggi di dunia.
Dilansir dari laman ABC News, Minggu (25/4), seorang pemandu dari Austria Lukas Furtencah mengingatkan, virus corona bisa menyebar di antara ratusan pendaki, pemandu, dan kuli angkut, yang kini berkemah di Everest jika mereka tidak diperiksa segera dan protokol kesehatan tidak segera diterapkan.
Jika wabah terjadi di antara para pendaki maka itu bisa mengakhiri musim pendakian jelang cuaca yang semakin baik pada bulan Mei, kata dia.
"Kita perlu segera melakukan testing di perkemahan, semua orang harus dites dan setiap tim diisolasi, tidak ada kontak antartim," kata Furtenbach. "Itu harus dilakukan sekarang atau kita akan terlambat."
Furtenbach saat ini memimpin 18 tim pendaki Gunung Everest dan Gunung Lhotse. Dia menuturkan kemungkinan ada lebih dari satu kasus Covid-19 di antara para pendaki karena pendaki Norwegia itu sudah berkontak dengan pendaki lain dalam beberapa pekan terakhir.
Pejabat Nepal yang bertugas mengurus pendakian membantah saat ini ada kasus aktif Covid-19 di Everest.
Mira Acharya, direktur Departemen Pendakian, mengatakan dia tidan punya informasi resmi tentang kasus Covid-19 dan hanya melaporkan ada yang sakit mirip pneumonia dan sakit ketinggian.
Pendakian Everest ditutup tahun lalu karena pandemi dan kini adalah pertama kalinya para pendaki memulai musim pendakian sejak Mei 2019.
Musim pendakian Everest biasanya dimulai Maret hingga dan berakhir Mei.
Baca juga:
China dan Nepal Umumkan Revisi Ketinggian Gunung Everest Setelah 65 Tahun
Kisah Ang Rita Sherpa, Pemegang Rekor 10 Kali Daki Everest Tanpa Botol Oksigen
Pemerintah Nepal Tutup Pendakian Gunung Everest Terkait Corona
Bersih-Bersih Gunung Everest: 11 Ton Sampah dan Empat Jasad Pendaki Diturunkan
Kisah Para Pendaki yang Berkecil Hati di Puncak Tertinggi