Wajah "Vampir" Abad ke-19 Berhasil Direkonstruksi, Begini Parasnya
Pada 1990 arkeolog yang menggali makam abad ke-19 di Kota Giswold, Negara Bagian Connecticut, Amerika Serikat, menemukan sisa-sisa jasad manusia yang tersusun rapi bentuk tengkorak dan tulang-belulangnya. Praktik itu biasanya dilakukan di masa The New England Vampire Panic untuk mencegah vampir bangkit dari kubur.
Pada 1990 arkeolog yang menggali makam abad ke-19 di Kota Giswold, Negara Bagian Connecticut, Amerika Serikat, menemukan sisa-sisa jasad manusia yang tersusun rapi bentuk tengkorak dan tulang-belulangnya. Praktik itu biasanya dilakukan di masa The New England Vampire Panic untuk mencegah vampir bangkit dari kubur.
The New England Vampire Panic adalah masa ketika teror dan histeria massa terjadi di abad ke-19 akibat wabah penyakit paru-paru yang dianggap disebabkan oleh vampir.
-
Mengapa penggalian arkeologi ini dianggap penting? "Situs ini memiliki (peninggalan) arkeologi yang luar biasa dan memudahkan kita mendapatkan pemahaman seperti apa kehidupan orang-orang yang menempati negeri ini pada abad ketujuh."
-
Siapa yang memimpin misi arkeologi ini? Misi arkeologi ini dipimpin Ramadan Helmy sebagai Kepala Misi dan Direktur Kepurbakalaan Sinai Utara.
-
Mengapa para arkeolog mempelajari makam ini? Wali kota Corinaldo Gianni Aloisi mengatakan temuan tambahan di pekuburan Nevola semakin menunjukkan pentingnya area tersebut dan mungkin "memungkinkan kita untuk mengenal, dan mungkin menulis ulang, sejarah koleksi kita."
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Mengapa penemuan ini penting bagi para arkeolog? Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir yang mengumumkan temuan ini pada 23 Juli lalu menyampaikan, artefak ini bisa memberikan pemahaman lebih luas terkait "rahasia peradaban Mesir kuno", termasuk praktik penguburan pada masa itu dan juga peran kota pesisir tersebut dalam perdagangan dengan negara lain di zaman kuno.
Penyakit paru-paru itu yang kini dikenal dengan nama TBC, adalah penyakit menular yang disebabkan bakteri Mycobacte-rium tuberculosis. Penyakit ini menyerang paru-paru sehingga menimbulkan batuk berdarah, demam, keringat dingin dan berkurangnya bobot tubuh.
Dikutip dari laman Heritage Daily, Rabu (4/7), di seantero Connecticut, Maine, Massachusetts, New Hampshire, Rhode Island dan Vermont, wabah TBC menyebar di berbagai anggota keluarga. Saking parahnya epidemi itu hingga sekitar 2 persen penduduk di wilayah itu meninggal antara tahun 1786 hingga 1800.
Ketika seorang korban TBC meninggal, mereka dianggap menyedot nyawa kerabat mereka yang masih hidup sehingga mereka menjadi sakit TBC juga. Untuk melindungi keluarga yang masih hidup dan menangkal gejala penyakit itu, mayat kerabat mereka kemudian digali untuk diperiksa ciri-ciri vampirnya.
Suatu mayat dianggap vampir jika jasad terlihat masih segar, terutama jika jantung dan organ tubuh lainnya masih mengandung darah. Setelah mayat vampir itu diidentifikasi, jasadnya akan ditelungkupkan, dimutilasi, atau dikubur kembali dalam bentuk tengkorak dan tulang saja.
Selama beberapa dasawarsa "vampir Connecticut" hanya dikenal dengan nama "JB55" berdasarkan paku payung yang memuat nama inisial dan usia mayat ketika dia meninggal.
Peneliti di Laboratorium Identifikasi DNA Angkatan Bersenjata dan Parabon Nanolabs bekerja sama dengan Laboratorium Kurasi Virtual di Universitas Commonwealth Virginia mengungkap wajah "vampir Connecticut" menggunakan rekonstruksi wajah forensik.
Tim peneliti menggunakan pemindai laser 3D dan cahaya untuk menangkap bentuk tengkorak lalu mengaplikasikannya ke perangkat lunak fotogrameterik untuk membentuk model digital 3D.
(mdk/pan)