Bystander Effect, Jadi 'Penonton' Tanpa Menolong
Bystander effect atau efek pengamat merupakan fenomena sosial yang jamak terjadi di sekitar.
Kamu mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami, ketika ada seseorang mengalami kecelakaan atau pelecehan seksual dan orang lain hanya melihat, nggak membantu.
Kebanyakan dari mereka hanya membuka smartphone, merekam,, atau berlalu begitu saja. Bahkan nggak jarang, saat ada insiden tersebut terjadi, mereka cuma diam, nggak membantu atau mencegah. Situasi dan kondisi inilah yang disebut bystander effect.
Laman Psychology Today menjelaskan, bystander effect atau efek pengamat merupakan fenomena sosial yang jamak terjadi di sekitar, ketika seorang individu enggan bertindak di situasi darurat.
Situasi darurat termasuk saat terjadi pelecehan seksual, bullying, atau serangan kejahatan lain.
-
Kenapa Hari Kesehatan Mental Sedunia penting? Kesehatan mental sendiri merupakan salah satu unsur penting yang perlu ada di setiap manusia. Jika kesehatan mantal terganggu, maka tak mustahil jika seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan lainnya. Bahkan, kesehatan mental yang mengalami gangguan dapat mendatangkan beragam permasalahan sosial hingga ekonomi. Maka dari itu, penting bagi kita untuk selalu menjaga kesehatan mental.
-
Mengapa kesehatan mental sangat penting? Sebab, kesehatan mental merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan pada setiap manusia. Sejatinya, kesehatan mental sama pentingnya dengan kondisi jasmani seseorang.
-
Bagaimana cara menjaga kesehatan mental agar tetap baik? Menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya.Berpikir positif dan optimis tentang masa depan.Mencari dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas yang peduli.Melakukan aktivitas fisik secara rutin untuk meningkatkan mood dan kesehatan tubuh.Melakukan hobi atau kesenangan yang dapat menyalurkan ekspresi diri dan mengurangi stres.Meditasi atau teknik relaksasi lainnya untuk menenangkan pikiran dan emosi.Menghindari zat-zat yang dapat merusak otak dan memperburuk kondisi kesehatan mental.Membuat tujuan hidup yang realistis dan dapat dicapai.Mencari informasi seputar kesehatan mental dari sumber-sumber terpercaya.
-
Apa yang dimaksud dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia? 10 Oktober secara resmi ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Hal ini tak lain berdasarkan pertimbangan organisasi WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia yang menyatakan perlu memberi perhatian khusus kepada banyaknya kasus kesehatan mental di dunia.
-
Kapan Hari Kesehatan Mental Sedunia diperingati? World Health Organization (WHO) menetapkan 10 Oktober sebagai peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia.
-
Bagaimana cara agar orang yang tinggal sendiri tetap sehat secara mental? Individu yang tinggal sendiri terlibat aktif dalam aktivitas pekerjaan atau kegiatan komunitas, aktif dalam media sosial, dan dukungan emosional yang membantu menjaga kesehatan mental mereka.
Pada 13 Maret 1964, Kitty Genovese (28) ditikam dan diperkosa di New York City. Saat kejadian, menurut cerita yang dikutip laman All That Interesting, diduga ada 37 saksi yang melihat dan mengetahui insiden itu, dan nggak melakukan apa-apa sampai akhirnya Genovese meninggal dunia.
Kematiannya pun memicu teori psikologis (bystander effect) yang paling banyak dibicarakan sepanjang masa, bahkan sampai disiarkan dalam surat kabar The New York Times dengan headline 37 Who Saw Murder Didn't Call the Police.
Dalam surat kabar itu, dikisahkan bahwa para saksi nggak langsung menghubungi polisi selama penyerangan dilakukan. Dari berita kematian Genovese, lahirlah gagasan tentang bystander effect yang diciptakan Psikolog Bibb Latane dan John Darley. Mereka menyebutnya dengan sindrom Kitty Genovese. Masih dikutip di laman yang sama, diketahui bahwa ada tetangga (Robert Mozer) yang berupaya menakut-nakuti penyerang bernama Winston Moseley.
Saat itu, Genovese nggak terlihat lagi dari pandangan Mozer, namun masih terdengar teriakan dan tetangga lain gagal melakukan intervensi tepat waktu.
Banyak dari mereka mengira, insiden itu karena perselisihan rumah tangga. Hal itulah yang membuat mereka enggan melakukan intervensi. Meski The New York Time dinilai membesar-besarkan banyaknya saksi yang melihat langsung insiden itu, namun pemberitaan itu justru mengubah dunia. Salah satunya sebagai awal mula penciptaan nomor darurat (911).
Setelah kasus Genovese, Bibb Latane dan John Darley adalah psikolog sosial yang mempopulerkan konsep bystander effect. Menurut mereka, ada dua faktor yang membuat orang lain enggan memberi pertolongan.
Pertama adalah difusi tanggung jawab yang artinya, semakin banyak orang yang melihat sebuah kejadian, semakin sedikit tanggung jawab yang dirasakan tiap orang untuk ambil tindakan. Sederhananya: orang enggan menolong karena yakin akan ada orang lain yang menolong.
Kedua adalah pengaruh sosial, dimana ketika terjadi sebuah peristiwa, pengamat akan melihat dulu kondisi di sekitarnya sebelum bertindak. Mereka cenderung nggak ikut campur, ketika situasinya dinilai ambigu.
- Dampak Bullying pada Anak, Pengaruhi Kondisi Psikologis Korban dan Pelaku
- Gambar Perubahan Sosial Budaya Beserta Penjelasannya, Ketahui Faktor Pendorongnya
- Berkas Dua Pelaku Bullying di Cilacap Dilimpahkan ke Jaksa
- Viral Bullying Siswi SMP di Bandung, Korban Kesakitan Ditampar 3 Temannya hingga Diancam Jangan Lapor
Mengenai fenomena sosial ini, faktanya banyak terjadi di ruang publik, terutama di transportasi umum, seperti komuter.
Data dari Kementerian Perhubungan mencatat, jumlah penumpang wanita mendominasi perjalanan KRL Jabodetabek sebesar 53%.
Bayangkan dari banyaknya wanita yang menggunakan transportasi umum, ternyata pernah mengalami pelecehan seksual. Saat insiden itu terjadi, nggak menutup kemungkinan terjadi bystander effect.
"Survei yang dilakukan Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) Tahun 2022 pun mencatat dari 3.539 responden perempuan dari 4.236 mengatakan bahwa mereka pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik dan 23% terjadi di transportasi umum termasuk sarana dan prasarana."
-Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA)-
Selain itu, data IPSOS juga mengungkapkan sebanyak 91% orang pernah menyaksikan pelecehan seksual di ruang publik dan nggak tahu harus berbuat apa. Sementara 71% mengatakan situasi akan membaik, jika ada seseorang yang membantu.
Fenomena bystander effect ini menjadikan para saksi terpaku menyaksikan korban meminta tolong dengan berharap ada orang lain akan membantunya.
Pelecehan seksual di ruang publik diidentifikasi sebagai isu terpenting yang dihadapi perempuan di seluruh dunia, dimana 8 dari 10 perempuan pernah mengalami pelecehan seksual di ruang publik
-IPSOS (2021)-
Beberapa waktu lalu, JakLingko Indonesia bekerja sama dengan Loreal Indonesia, PT KAI (Persero), PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), PT LRT Jakarta, PT MRT Jakarta, dan PT Transjakarta, yang didukung Kementerian Perhubungan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pemprov DKI Jakarta dan jajarannya mendukung kampanye StandUP.
StandUP adalah gerakan untuk melawan pelecehan seksual yang dapat mengganggu self-worth, melalui upaya nyata yang memobilisasi semua pemangku kepentingan dan membekali masyarakat yang sekiranya mengalami fenomena bystander effect dalam menyaksikan peristiwa pelecehan seksual di ruang publik.
Mengenai fenomena bystander effect, publik figur, Cinta Laura pun sempat menyapa para pengguna komuter. Dia ingin memahami mengapa sebagian dari para komuter yang menyaksikan pelecehan, mungkin ada yang enggan melakukan intervensi pada saat kejadian.
"Dengan mendengar langsung dari mereka, saya mendapatkan perspektif lebih luas akan pentingnya pemahaman masyarakat akan teknis Metode Intervensi 5D agar para saksi dapat melakukan intervensi secara efektif untuk melawan kejadian pelecehan seksual di ruang publik."
-Cinta Laura Kiehl-
Berangkat dari fenomena bystander effect, 5D digunakan sebagai metode yang diakui sejumlah ahli sebagai pilihan yang aman, mudah diaplikasikan, praktis, dan efektif untuk digunakan baik bagi saksi maupun korban pelecehan seksual sebagai solusi yang dapat membantu saksi untuk berani mengambil tindakan.