Cara Survive Buat Pelaku Industri Kelapa di Tengah Turunnya Harga Produk Kelapa Dunia
Industri kelapa yang sebelumnya sempat susah payah bertahan di tengah pandemi harus kembali dihantam dengan fenomena perang Rusia-Ukraina.
Pandemi yang melanda dunia selama dua tahun belakangan memberi dampak besar dalam berbagai lini kehidupan, termasuk industri dan bisnis. Belum selesai dengan pandemi, munculnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang melibatkan negara-negara Eropa hingga Amerika semakin memperkeruh keadaan.
Stabilitas global yang tengah terganggu memberikan pengaruh besar dalam hubungan dan perdagangan internasional. Negara-negara dengan tingkat ekspor tinggi dibanding konsumsi domestik mereka dibuat kalang kabut. Pasalnya, akibat ‘perang’ Rusia-Ukraina ini permintaan pasar terhadap berbagai komoditas turut berpengaruh. Bahkan beberapa di antaranya mengalami penurunan drastis. Seperti yang terjadi dalam industri kelapa misalnya.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Apa manfaat kelapa sawit untuk kesehatan manusia? Minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit adalah salah satu bahan pokok yang banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk memasak berbagai macam makanan. Minyak goreng kelapa sawit memiliki kandungan lemak jenuh yang rendah dan lemak tak jenuh yang tinggi, sehingga dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan mencegah penyakit jantung.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Mengapa kelapa sawit cocok dibudidayakan di Indonesia? Kelapa sawit hanya hidup di daerah tropis, seperti Indonesia, Malaysia, sebagian kecil wilayah Afrika, dan Amerika Latin.
-
Apa itu kecap? Kecap adalah jenis saus berbahan kedelai yang banyak digunakan pada masakan Asia.
-
Apa keistimewaan Desa Kalipait? Desa Kalipait di Kecamatan Tegaldlimo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, merupakan desa terluas di Pulau Jawa. Berdasarkan data Badan Informasi Geospasial, luas desa ini mencapai 428,98 kilometer persegi.
Industri kelapa yang sebelumnya sempat susah payah bertahan di tengah pandemi harus kembali dihantam dengan fenomena perang kawasan tersebut. Meski tak berdekatan langsung secara fisik, nyatanya negara-negara pengekspor kelapa dan produk turunannya merasakan dampak besar, khususnya di beberapa negara kawasan Asia Tenggara.
Di Filipina, Kopra pada bulan Maret 2022 berkisar USD 1.221/MT dan turun menjadi sekitar USD 773/MT di bulan Juli 2022. Sementara kelapa parut (desiccated coconut) di Filipina diperdagangkan masih di kisaran USD 2.700/MT di Maret, menjadi hanya sekitar USD 2.000/MT di Juli 2022. Bahkan untuk produk komoditas seperti kelapa kupas (coconut dehusked) yang minim nilai tambah, juga mengalami penurunan harga yang signifikan. Di Filipina dalam perdagangan domestik pada bulan Maret 2022 harganya masih USD 234/MT, sedang pada Juli 2022 menurun signifikan hanya di angka USD 151/MT.
Tak hanya di Asia, negara kawasan Eropa pun mengalami dampak penurunan demand tersebut. Seperti produk minyak kelapa atau coconut oil. Di perdagangan Eropa pada Maret 2022 masih senilai USD 2.243 /MT, namun pada Juli 2022 harganya turun hanya di kisaran USD 1.433 /MT.
Hal serupa ternyata juga terjadi di Indonesia, Thailand, Vietnam dan negara eksportir kelapa lain. Di mana industri kelapa dan produk turunannya ikut terguncang. Indonesia sendiri sebagai salah satu eksportir kelapa terbesar dibuat kelabakan dengan menurunnya demand dari negara importir.
Seperti yang diungkapkan oleh Alit Pirmansah, Market Statistic Officer International Coconut Community (ICC). Menurut Alit, saat ini pelaku industri kelapa sedang tidak baik-baik saja. Di Indonesia maupun negara anggota ICC lain tengah menghadapi permasalahan yang sama.
“Permasalahan terbesar saat ini adalah menurunnya demand karena adanya ketidakstabilan global. Saat pandemi kemarin pelaku industri kelapa sudah berusaha survive dan masih bisa bertahan. Namun adanya gempuran ekonomi baru yang disebabkan dampak dari perang Rusia-Ukraina ini berbeda. Fenomena tersebut membuat industri kelapa semakin terpuruk,” kata Alit.
Perang Rusia-Ukraina menyebabkan stabilitas negara-negara kawasan Eropa dan Amerika menjadi tak stabil. Perekonomian di negara-negara tersebut juga terganggu. Alhasil, daya beli masyarakat menurun drastis. Hal inilah yang memberikan dampak besar terhadap anjloknya harga kelapa butir maupun olahan.
Alit menjelaskan, dengan kondisi market dunia yang saat ini tengah mengalami penurunan demand, meski harga jual produk diturunkan di bawah harga pasar pun, belum tentu akan laku. Karena penyebab utamanya adalah minimnya permintaan dan kebutuhan terhadap produk tersebut. Sehingga, meski saat ini harga kelapa sudah turun, permintaan impor kelapa dari negara lain tetap rendah.
Untuk menyikapi kondisi demikian, Alit menuturkan, ada beberapa opsi yang bisa dilakukan oleh para pelaku bisnis di industri kelapa. Yakni dengan meningkatkan konsumsi domestik dalam negeri. Hal ini juga bisa terwujud dengan sinergitas antar beberapa lini.
Meningkatnya konsumsi domestik terhadap kelapa dan produk turunannya akan menjadi jalan keluar terbaik. Alit mencontohkan, seperti di India, di mana konsumsi domestik mereka akan kelapa cukup besar. Sehingga adanya penurunan demand dari negara importir tak membuat mereka limbung. Industri kelapa di India yang besar akan tetap bisa terserap dengan baik karena konsumsi domestik yang tinggi.
Selain itu, ia melanjutkan, opsi lain yang bisa diterapkan adalah meningkatkan nilai tambah produk kelapa tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan saran supaya jangan hanya menjual kelapa butiran saja. Keseluruhan kelapa sebenarnya bisa dimanfaatkan menjadi produk bernilai jual tinggi, baik itu air, daging, batok kelapa hingga sabut kelapa.
“Kemampuan mengolah keseluruhan kelapa ini penting di masa seperti sekarang ini. Sebab kalau hanya mengandalkan penjualan kelapa butiran saja saya rasa akan kesulitan. Lesunya permintaan konsumen justru akan membuat para petani semakin sulit,” papar Alit.
Alit menjelaskan, fluktuasi nilai jual suatu produk di pasar global sebenarnya adalah hal yang biasa terjadi. Sebelumnya, dalam krisis global semua produk juga terdampak, namun memang kondisi pandemi yang dibarengi adanya perang yang memanas menambah keruh suasana.
“Kalau lihat ke belakang sebelum perang sebenarnya pertumbuhan industri kelapa ini bagus. Pandangan 5 tahun ke depan pertumbuhannya positif. Namun karena situasi tak terduga ini cukup terasa di berbagai kalangan. Harapannya setelah perang ini usai industri kelapa akan bisa bangkit lagi. Dan saya optimistis akan hal itu,” pungkasnya.
(mdk/tsr)