Seniman ini buat debu tayamum dari sisa tanah pembuatan genteng
Idealnya, debu ini untuk dijual di bandara-bandara dan memudahkan orang untuk beribadah tetapi kesulitan mencari air.
Produk-produk untuk keperluan ibadah islami sudah marak dijual di pasaran. Tapi bagaimana dengan produk berupa debu khusus untuk tayamum? Nah, seniman Julian Abraham, sengaja membuat debu khusus untuk tayamum.
Produk ini sengaja dibuat untuk umat Islam yang hendak mendirikan salat tetapi kesulitan mendapat air untuk berwudu. Produk ini dikemas dalam toples mini ukuran minyak angin sehingga mudah dibawa.
Toples tersebut ditutupi plastik dan dibalut kertas putih bertuliskan merek "Tayamum" dengan huruf latin yang disambung-sambung sehingga mirif huruf Arab. Di kemasan debu ini tertulis keterangan yang dibuka dengan ucapan Bismillah. Debu ini terbuat dari tanah Jatiwangi yang sudah disterilisasi.
“Perlengkapan tayamum ini terbuat dari tanah Jatiwangi yang disterilkan, dibakar dengan suhu 900 derajat, dan disaring dengan mes 200,” terang Julian, seniman yang tengah residensi di Jatiwangi art Factory (JaF).
Pria 28 tahun ini menjelaskan, tahapan membuat debu tayamum dimulai dengan pengambilan tanah sisa pembuatan genteng Jatiwangi, produsen genteng terbesar di Indonesia. “Tanahnya diambil dari sisa-sisa pembuatan genteng,” sebutnya.
Tanah tersebut ditumbuk hingga halus kemudian disaring dengan mess (saringan) ukuran 200 mm. Makin besar ukuran mess, kata pria 28 tahun ini, makin halus hasil saringannya. Ukuran mess antara 10 sampai 600 milimeter. “Jadi mess 200 milimeter cukup untuk menghasilkan debu halus,” tambahnya.
Hasil saringan tersebut kemudian dimasak dengan suhu yang sama untuk membakar genteng Jatiwangi, yakni 900 derajat. Sedangkan hasil saringan kemudian dimasak sampai melepuh, setelah itu dikemas ke dalam toples.
Saat ini ia baru memproduksi 50 toples untuk uji coba pasar. Idealnya, debu ini untuk dijual di bandara-bandara. Mengenai harga, Julian belum menerapkan banderol. “Rencananya kita jual seikhlasnya. Ini kan untuk ibadah, makin besar harganya makin besar pula pahalanya,” kata pria asal Medan ini seraya terbahak.
Pembuatan debu tayamum ini di latar belakangi fungsi tanah Jatiwangi. Selama ini, tanah Jatiwangi selalu dipakai untuk pembuatan genteng. Padahal tanah memiliki banyak fungsi lain di antaranya membuat alat musik, debu sebagai bahan makanan, sabun dan lainnya.
Keberadaan debu tayamum, tambah dia, bisa jadi penting mengingat Islam sangat memudahkan umatnya untuk beribadah. Dalam berwudhu tayamum, debu yang suci bisa didapatkan di mana saja.
“Soal penting tidaknya debu tayamum ini tergantung bagaimana kita memandangnya. Tapi saya membuat debu ini untuk memudahkan dalam beribadah,” kata pria yang pernah bergabung dengan House of Natural Fiber (HONF), kelompok yang menggabungkan seni dan sains di Yogyakarta.
Baca juga:
Bersaing lawan Moskow, Bandung finalis Kota Cerdas Dunia 2015
Indonesia pernah edarkan mata uang rupiah dengan nominal Rp 25 juta
Walhi Jabar sarankan Pemkot Bandung segera bentuk BPBD
Cara ampuh tangkal penyakit di musim peralihan
Banyak warga masih buang sampah sembarangan di Jalan Sukarno
Terry Shahab luncurkan single
Buruh tak puas UMK Bandung 2016 hanya Rp 2,6 juta
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Apa yang bisa dinikmati di Bandung? Bandung menawarkan banyak sekali pilihan untuk menjelajahi dan menikmati keajaiban alam bebas. Wisata Bandung ini bisa jadi destinasi liburan.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Dimana Langgar Merdeka berada? Lokasinya terletak di Jln. Dr. Radjiman No. 565 Laweyan, Solo.
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Apa saja yang bisa dinikmati di Bandung saat Lebaran? Selama liburan Lebaran, kamu tentu dapat menikmati suasana Kota Bandung yang ramai dengan beragam acara festival seni, pertunjukan musik, dan pameran seni. Jika sudah sampai di sini, jangan lupa juga untuk menjelajahi kuliner khas Bandung seperti makanan tradisional Sunda, kue basah, dan kopi lokal yang lezat.