Dinas Rahasia Israel di Balik Penumpasan Partai Komunis Indonesia
Tak cuma dengan Mossad, Pangkokamtib mengakui bekerja sama dengan MI-6, dinas rahasia Inggris. Tujuannya sama, memerangi komunisme di Indonesia.
Pemerintah Orde Baru menghancurkan gerakan komunis hingga akar-akarnya usai peristiwa G30 September 1965. Ada peran Mossad, dinas rahasia Israel di balik penumpasan PKI Indonesia.
Hal itu diakui mantan Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkokamtib), Jenderal TNI Soemitro. Di awal berdirinya Orde Baru, lembaga ini sangat powerful.
-
Apa saja yang dilakukan Intel di Israel? Intel pertama kali beroperasi di Israel pada tahun 1974, dan menjadikan negara tersebut sebagai pusat pengembangan dan manufaktur Intel Corporation. Dalam hal ini, Intel juga menjadikan negara Israel sebagai pusat pengembangan dan produksi teknologi digital dan platform komputasi yang terintegrasi dan terhubung.
-
Mengapa Kopkamtib menjalin kerja sama intelijen dengan Mossad? Tujuannya sama, memerangi komunisme di Indonesia. "Kami mengadakan hubungan intelijen dengan Mossad (Israel) dan dengan MI-6 (Inggris). Kedua-duanya sangat peka mengenai masalah komunis,"
-
Apa yang dilakukan agen Mossad di Jakarta? Berkedok misi dagang, berbagai operasi intelijen dijalankan Israel dari Jakarta. Sejumlah hubungan kerja sama pernah dilakukan oleh militer dan intelijen Indonesia dengan Dinas Rahasia israel, Mossad. Bahkan Mossad pernah memiliki sebuah kantor di Jakarta yang disamarkan dengan 'misi perdagangan' agar orang-orang tidak curiga.
-
Bagaimana kerja sama intelijen Kopkamtib, Mossad, dan MI-6 berlangsung? Menurut Soemitro, kerja sama intelijen antara Kopkamtib, Mossad dan MI-6 berjalan dengan baik.
-
Mengapa Eli Cohen direkrut oleh Mossad? Eli Cohen Adalah Seorang Yahudi Kelahiran Mesir Dia direkrut oleh Mossad untuk menyusup ke Suriah.
-
Siapa yang diklaim telah meretas situs Mossad? Pada 2013, kelompok peretas atau hacker Anonymous mengaku telah meretas situs milik badan intelijen Israel yang terkenal sebagai agen mata-mata terbaik dunia, Mossad.
Tak cuma dengan Mossad, Soemitro mengakui bekerja sama dengan MI-6, dinas rahasia Inggris. Tujuannya sama, memerangi komunisme di Indonesia.
"Kami mengadakan hubungan intelijen dengan Mossad (Israel) dan dengan MI-6 (Inggris). Kedua-duanya sangat peka mengenai masalah komunis," kata Jenderal Mitro.
Mosad Lebih Unggul dari CIA
Menurutnya, intelijen CIA kalah dari Israel dan Inggris dalam hal menghadapi komunisme. Dinas rahasia dua negara itu lebih bisa diandalkan ketimbang AS. Apalagi setelah terjadinya skandal Watergate 1972-1974.
"Hancur intelijen Amerika waktu itu," jelasnya.
Hal ini dikisahkan Jenderal Soemitro dalam biografinya Dari Pangdam Mulawarman Sampai Pangkopkamtib yang ditulis Ramadhan KH dan diterbitkan Pustaka Sinar Harapan.
Soemitro membenarkan pernah menemui perwakilan mata rantai Israel di Jalan Tosari, Jakarta Pusat. Dia juga mengizinkan tiga orang jenderal, anak buahnya mengadakan hubungan dengan Israel.
"Itu sehubungan dengan penumpasan PKI," kata dia.
Menurutnya, kerja sama intelijen antara Kopkamtib, Mossad dan MI-6 berjalan dengan baik. Kekuatan komunis di Indonesia bisa dihancurkan. Tokoh-tokoh yang dianggap tersangkut PKI ditangkapi dan dijadikan tahanan politik.
Menunggangi Ombak
Walau Soemitro menganggap CIA kalah dari Mossad dan MI-6, namun dinas rahasia AS itu pun punya keterlibatan di Indonesia saat geger 1965.
AS menganggap, sangat berbahaya jika Indonesia sampai jatuh menjadi negara komunis. Apalagi saat itu di Vietnam, AS pun tengah menghadapi Vietnam Utara.
Setelah terjadi peristiwa G30S, bantuan pertama dari AS adalah 14 unit walkie-talkie dari Kedutaan Besar AS di Jakarta. Alat komunikasi ini diserahkan langsung kepada Soeharto oleh Duta Besar AS, Marshall Green.
Hal ini ditulis dalam buku 'Membongkar Kegagalan CIA: Spionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya' karya Tim Weiner. Buku ini diterbitkan oleh PT Gramedia, Jakarta dan dicetak pada Desember 2008.
Selain memberikan kemudahan terhadap proses pembersihan PKI, alat ini memudahkan CIA memantau operasi-operasi penumpasan komunis oleh TNI di Jawa Tengah dan Timur.
Tak hanya alat komunikasi, CIA juga memberikan bantuan berupa obat-obatan yang diserahkan kepada TNI AD senilai USD 500 ribu. Obat-obatan itu diharapkan CIA dijual oleh militer untuk mendapat uang tunai. Jadi bantuan tersebut tidak terlalu mencurigakan.
Green juga mencoba meminta pemerintah AS untuk memberikan uang sebesar Rp50 juta atau USD10 ribu untuk mendukung kontra-kup.
Namun mengenai jatuhnya Presiden Soekarno dan korban ratusan ribu korban jiwa, Amerika Serikat menolak bertanggung jawab. Mereka mengaku tidak menciptakan kondisi tersebut, hanya memanfaatkan kondisi yang muncul setelah G30S.
"Kami tidak menciptakan ombak-ombak itu. Kami hanya menunggangi ombak-ombak itu ke pantai," ungkap Green.