‘Duel’ Raden Saleh vs Nicolaas Pieneman di Balik Penangkapan Pangeran Diponegoro
Lewat karya seni Raden Saleh menjawab adegan yang dilukis oleh Nicolaas Pieneman.
Penulis: Arsya Muhammad
Tahun 1830-1835, setelah Perang Jawa berakhir, Nicolaas Pieneman, seorang pelukis Belanda membuat lukisan Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Jenderal de-Cock. Lukisan ini sekarang tersimpan di Rijksmuseum.
Pieneman melukis Diponegoro pasrah menyerah. Bahasa tubuhnya menggambarkan Sang Pangeran benar-benar takluk pada Jenderal De Cock.
Sementara sang jenderal berdiri dengan pongah. Tangannya menunjuk penuh kuasa, seolah-olah memerintahkan Diponegoro segera dibawa pergi dari tempat itu.
“Di sana tidak ada bantahan, tidak ada kehebohan, dan melalui sandiwara yang dangkal serta mengejek, bekibar bendera tiga warna Belanda,”
beber Werner Kraus dalam buku Raden Saleh, Awal Seni Lukis Modern Indonesia.
-
Kapan Raden Saleh menyelesaikan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro? Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Diselesaikan Raden Saleh Tahun 1857
-
Kenapa Raden Saleh memutuskan untuk melukis penangkapan Pangeran Diponegoro? Sesaat setelah itu, dia memutuskan untuk melukis penangkapan pejuang Perang Jawa tersebut.
-
Apa yang dilukis oleh Raden Saleh? Lukisan itu menjadi antitesis dari lukisan seorang pelukis Belanda bernama Nicolaas Pieneman. Penangkapan Diponegoro menggambarkan adegan yang berlawanan dengan yang dilukis Belanda. Dalam Lukisan Pieneman, Pangeran Diponegoro Tampak Pasrah Menghadapi Peristiwa Itu, Jenderal De Cock Terlihat Jumawa dan Berdiri Dengan Pongah, Lebih Tinggi dari Diponegoro
-
Kapan Letjen Muhammad Saleh Mustafa menjabat sebagai Pangkostrad? Letnan Jenderal TNI Muhammad Saleh Mustafa adalah seorang perwira tinggi TNI AD yang saat ini mengemban amanat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Pangkostrad sejak Desember 2023 lalu.
-
Apa yang dilakukan Ruben Onsu terhadap Sarwendah di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan? Kabar tak terduga datang dari keluarga Sarwendah dan Ruben Onsu, ketika Ruben mengajukan gugatan cerai terhadap Sarwendah di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
-
Siapa yang menyatakan kekagumannya terhadap kemajuan peternakan di Indonesia? Sementara itu, Wael W. M Halawa salah satu peserta pelatihan menyampaikan kekagumannya dengan kemajuan dunia peternakan di Indonesia.
Pieneman adalah pelukis besar Belanda. Penerima gelar kehormatan ksatria Orde Singa Kerajaan. Dia juga anggota Akademi Seni Rupa Kerajaan Belanda. Atas karya-karyanya, Pieneman meraih delapan medali penghargaan.
Werner Kraus menduga, saat di Belanda, Raden Saleh kemungkinan pernah melihat lukisan Diponegoro tersebut. Saat itu pelukis nomor satu dari Jawa tersebut mendapat beasiswa untuk mempelajari seni lukis di Benua Eropa.
Setelah kembali ke Batavia, Raden Saleh mengetahui wafatnya Pangeran Diponegoro dari sebuah artikel tanggal 3 Februari 1855. Sesaat setelah itu, dia memutuskan untuk melukis penangkapan pejuang Perang Jawa tersebut.
Raden Saleh punya hubungan emosional yang dekat dengan perjuangan Pangeran Diponegoro. Beberapa saudaranya, berjuang di pihak Diponegoro sebagai panglima perang. Dia juga yang diduga membocorkan buruknya perlakuan Belanda kepada Diponegoro selama di tahanan, pada wartawan di Paris.
Raden Saleh kemudian meminta izin pemerintah Belanda untuk melakukan penelitian ke Magelang. Tempat penangkapan Diponegoro di kediaman Residen Kedu. Namun Pemerintah Kolonial tidak memberikan izin.
Untungnya Raden Saleh pernah mengunjungi Magelang tahun 1852 dan 1853. Dia sudah punya gambaran yang baik tentang lokasi penangkapan tersebut.
Raden Saleh mencurahkan seluruh perhatiannya untuk menyelesaikan lukisan. Ini merupakan pengalaman pertama baginya menggambar 40 orang lebih dalam satu lukisan. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melukis, kemungkinan di studio.
Tahun 1857, selesailah lukisan fenomenal tersebut. Penangkapan Diponegoro, disebut sebagai salah satu mahakarya yang dihasilkan Sang maestro.
Diponegoro dalam lukisan Raden Saleh menunjukkan air muka penuh amarah dan sikap menantang.
Raden Saleh menempatkan Diponegoro dan Jenderal De Cock dalam satu tingkat tangga yang sama. Berbeda dengan Pieneman yang melukis Diponegoro berada lebih rendah.
Lewat simbol, Raden Saleh melukiskan Jenderal De Cock berada di sisi kiri. Melambangkan ketidakjantanan. Tidak ada kegagahan dari De Cock seperti dalam lukisan Belanda. Wajahnya datar, tanpa ekspresi kemenangan.
Bukankah Diponegoro tidak dikalahkan dalam medan perang, tetapi dijebak dalam perundingan yang tidak adil?
Puncaknya, Raden Saleh melukiskan orang-orang Belanda berkepala besar. Hal ini mengingatkan masyarakat pada sosok hantu jahat di Jawa yang berkepala besar. Mungkin ini bentuk ejekan Raden Saleh atas kecurangan Belanda pada Diponegoro.
- Selisih Paham saat Ngopi, 2 Warga Duel hingga Keduanya Tewas
- VIDEO: Jenderal Polisi Panggil Dua ABG Wanita Duel Pakai Celurit ke Ruang Kerja
- 2 Remaja Putri Duel Pakai Celurit di Palembang Sama-Sama Terluka, Orang Tua Saling Lapor Polisi
- Ternyata Jerapah juga Bisa Berkelahi, Momen Pertarungan Antara Sesamanya Mengerikan & Penuh Pertaruhan
Lewat karya seni Raden Saleh menjawab adegan yang dilukis oleh Nicolaas Pieneman.
Lukisan tersebut kemudian diserahkan pada Raja Willem III. Oleh raja Belanda, lukisan tersebut kemudian disumbangkan ke rumah jompo militer di Broenbeek.
Dari sana, tahun 1975 lukisan itu sampai di Indonesia sebagai hadiah dari keluarga kerajaan Belanda. Kini menjadi koleksi dari Istana Presiden Yogyakarta.