Ibnu Hadjar, Mantan Prajurit TNI yang Balik Badan Jadi Pembelot
Ibnu Hadjar merupakan mantan Letnan Dua TNI yang berujung menjadi pemberontak pemerintah dalam pasukan DI/TII.
Ibnu Hadjar merupakan mantan Letnan Dua TNI yang berujung menjadi pemberontak pemerintah dalam pasukan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Pembelotan yang dilakukannya ini lantaran bersimpati pada kawan-kawan seperjuangannya yang tertolak masuk TNI. Nama asli Ibnu Hadjar adalah Haderi atau Angli. Ia lahir di Ambutun, Telaga Langsat, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan pada April 19 1920.
-
Bagaimana Sultan Hamid II memimpin DIKB? Dalam deklarasi tersebut, Sultan Hamid II dipilih sebagai kedua dewan serta dibantu oleh badan pemerintahan harian yang berjumlah lima orang. Selanjutnya, gabungan kesultanan dan kerajaan sepakat untuk mewujudkan pemerintahan federasi yang lebih kuat dengan menaikkan kedudukan Dewan Kalimantan Barat menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB).
-
Kapan Kabinet Hatta II dibentuk? Kabinet Hatta II adalah susunan kabinet ke-9 yang dibentuk pada era perjuangan kemerdekaan.
-
Kapan Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi meninggal? Makam Habib Muhammad meninggal di Kota Surabaya pada tahun 1917 Masehi.
-
Bagaimana Sayyidul Istighfar dibaca? Sayyidul Istighfar diucapkan dengan penuh penghormatan dan kesadaran akan dosa-dosa yang telah dilakukan oleh seseorang.
-
Apa pengertian Dzikir Kahfi? Dzikir kahfi adalah sebuah bacaan hizib atau wirid yang merupakan karya ulama besar Islam Syekh Abdul Qodir Jaelani. Dzikir ini mengandung nama Allah yang mencukupi (Allahul Kaafi) dan mengungkapkan kepercayaan kepada-Nya sebagai Tuhan yang mencukupi segala kebutuhan kita.
-
Siapa calon kakak ipar Syifa Hadju? Aktor ganteng Rizky Nazar memiliki seorang saudari perempuan cantik bernama Rizkina Nazar, yang usianya hanya berjarak 3 tahun dari usianya.
Sejak kecil, Ibnu Hadjar dikenal sebagai sosok yang tegas dan berani. Selain itu, ia juga dianggap sebagai seorang yang taat dalam beragama. Revolusi Indonesia yang berlangsung pada tahun 1945-1949, menjadi tempat untuk Haderi bertarung untuk menyalurkan kepribadiannya yang bermental pemberani dan jagoan.
Mengutip dari Darul Islam: Sebuah Pemberontakan, Cornelis Van Dijk mengatakan, Haderi mulai memakai nama Ibnu Hadjar ketika ia ikut dalam revolusi Indonesia berperang melawan Belanda.
Pada masa itu, mengganti nama asli dengan nama panggilan adalah tindakan yang lumrah.Awalnya, Ibnu Hadjar adalah seorang petani dan pencari madu sebelum akhirnya terjun di bidang militer dengan bergabung ke dalam pasukan ALRI Divisi IV.
Ibnu Hadjar di ALRI Divisi IV berpangkat sebagai letnan dua dan ia bertugas memimpin satuan gerilya di Kalimantan.Perjuangannya dan pasukannya layak dikenang berkat Proklamasi 17 Mei 1949 yang menyatakan bahwa Kalimantan adalah bagian dari Republik Indonesia.
Pada saat itu, Kalimantan masih berada di bawah pendudukan Belanda, namun para pendukung Republik Indonesia terus bergerak dalam gerakan bawah tanah.
- Mediasi Perkelahian Prajurit TNI, Pangdam Bukit Barisan Langsung Temui Keluarga Korban Tewas
- PBNU Kecewa Cak Imin Tak Hadiri Panggilan: Padahal Kami Sudah Tunjukkan Niat Baik
- Bantah Dadakan, Istana: Pembicaraan Mundurnya Kepala dan Wakil OIKN Sudah Lama
- Tak Hadiri Sidang PTUN, Negara Dianggap Abai pada RUU Masyarakat Adat
Setelah pengakuan kedaulatan, ALRI Divisi IV dibubarkan dan para anggota pasukannya bergabung dengan Angkatan Darat, tak terkecuali Ibnu Hadjar. Ibnu Hadjar kemudian ditugaskan ke Kalimantan Barat.
Pada akhir tahun 1949, pemerintah melakukan program reorganisasi ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS), yang kemudian berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) setelah RIS dibubarkan pada 17 Agustus 1950.
Kenapa Ibnu Hadjar Membelot?
Dalam kebijakan baru tersebut, anggota yang masuk TNI tidak boleh buta huruf dan harus memiliki fisik yang sehat. Oleh karena itu, banyak pejuang yang dulunya berjuang pada masa revolusi tidak bisa bergabung ke dalam TNI karena tidak memenuhi syarat.
Hal ini menimbulkan kekecewaan dalam diri Ibnu Hadjar. Ia melihat banyak rekan seperjuangannya yang tidak bisa bergabung ke dalam TNI lantaran buta huruf dan tidak sehat secara fisik tanpa mempertimbangkan kesetiaan dalam perjuangan revolusi.
Tak hanya itu, ia juga merasa kecewa karena pemerintah cenderung lebih pilih kasih. Pasalnya, mantan anggota Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL), yang dulunya musuh para pejuang malah dengan mudah bergabung ke dalam TNI.
Mereka bahkan menerima kenaikan pangkat beberapa tingkat lebih tinggi saat bergabung, seperti seorang prajurit yang diangkat menjadi kopral atau sersan.Padahal banyak eks gerilya yang tidak masuk ke dalam TNI dan Ibnu Hadjar termasuk salah satu mantan pejuang yang beruntung.
Taufik Abdullah dalam Sejarah Ummat Islam Indonesia mengatakan Ibnu Hadjar sebenarnya tidak termasuk golongan yang dikeluarkan atau di kembalikan dari TNI.
Sempat Menyerah, Tapi Berkhianat Lagi
Namun, rasa solidaritasnya begitu tinggi, ia menyaksikan kesedihan rekan-rekannya yang dulu berjuang bersamanya. Akhirnya, Ibnu Hadjar memilih untuk mencari massa dan membuat organisasi gerilya baru yang dipimpinnya, yakni Kesatuan Rakyat Yang Tertindas.
Pengikutnya sebanyak 60 anggota.Pada 1957, Ibnu Hadjar dan pasukannya menyatakan diri menjadi bagian DI/TII di mana Ibnu Hadjar diangkat menjadi panglima angkatan Perang Tentara Islam (APTI) wilayah Kalimantan. Ibnu Hadjar dan pasukannya melakukan berbagai perlawanan.
Ibnu Hadjar sempat menghentikan perlawanannya dan setuju untuk bergabung dengan TNI. Namun, setelah memperoleh persenjataan lengkap, ia kembali membelot, melarikan diri, dan melanjutkan pemberontakannya.
Akhirnya, pemerintah mengambil langkah tegas dengan menyerang pasukan Ibnu Hadjar. Baru pada tahun 1963, perlawanan Ibnu Hadjar dan pasukannya berhasil dipadamkan.
Tragedi ini berakhir ketika pengadilan militer menjatuhkan hukuman mati kepada Ibnu Hadjar pada 23 Maret 1965.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti