Letnan Komarudin, Si Kebal Peluru dan Salah Tanggal
Letnan Komarudin atau yang memiliki nama asli Eli Yakim Teniwut, adalah salah satu prajurit yang dikenal dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret.
Letnan Komarudin atau yang memiliki nama asli Eli Yakim Teniwut, adalah salah satu prajurit yang dikenal dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret.
Letnan Komarudin juga dikenal sebagai sosok yang kebal peluru.Letnan Komarudin adalah komandan peleton di SWK 101, Brigade X pimpinan Mayor Sardjono (saat itu anak buah Letnan Kolonel Soeharto).
-
Di mana gudang peluru yang meledak? Gudang peluru di Bantargebang, Bekasi meledak.
-
Mengapa Lettu Budi memelihara perkutut? Lettu Budi memelihara ratusan burung perkutut berawal dari hobinya dengan burung love bird. Berkat hobi yang menghasilkan tersebut, kini Lettu Budi sudah bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari burung perkututnya.
-
Kapan Lettu Budi mulai beternak perkutut? Lettu Budi mengaku awal memelihara burung perkutut hanya mengisi kandangnya dengan 50 pasang saja.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Apa bentuk khas Kue Petulo Kembang? Kue petulo kembang ini terbilang unik karena bentuknya seperti mi gulung yang memiliki beragam warna.
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
Sebelumnya, Komarudin adalah mantan prajurit PETA. Pria kelahiran Maluku Tenggara ini dikenal sebagai sosok yang kebal peluru oleh anak buahnya.Kisah ini sering diceritakan oleh para mantan anak buahnya.
Dalam setiap pertempuran yang dilaluinya, Letnan Komarudin selalu dikenal sebagai sosok yang pemberani dan kebal peluru. Ketika memimpin serangan terhadap tentara Belanda, Letnan Komarudin sering kali maju menyerang sendirian.
Menariknya, meskipun pasukan Belanda terus meluncurkan pelurunya, tapi tak ada satupun yang mengenai Letnan Komarudin.
“Entah mungkin karena nasib Komarudin waktu itu belum waktunya atau betul-betul karena dia anti peluru. Tapi yang jelas Komarudin tidak mati,” ungkap Hendi Jo, seorang sejarawan, dikutip dari kanal YouTube merdekadotcom.
Kebal Peluru
Anak buahnya menyebut Letnan Komarudin kebal peluru karena diyakini memiliki garis keturunan dari Bantengwareng, salah satu panglima perang Pasukan Diponegoro.
Berkat darah keturunan dari orang-orang sakti tersebut, banyak anggota pasukannya percaya bahwa ia kebal terhadap senjata apa pun.
Tak hanya dikenal sebagai sosok anti peluru, nama Komarudin juga dikenal karena keteledorannya ketika Serangan Umum 1 Maret.
Sebelumnya, Letkol Soeharto telah mengatur penyerbuan besar-besaran terhadap markas Belanda di Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 1949. Namun, Letnan Komarudin bersama pasukannya melancarkan serangan sehari sebelumnya, yakni pada 28 Februari 1949.
Serangan lebih awal dari rencana yang telah ditetapkan ini disebabkan karena Komarudin salah melihat tanggal.
"Begitu sirine berbunyi pukul 6 pagi, dia langsung memerintahkan pasukannya menyerbu Yogyakarta. Pertempuran hebat pun terjadi dengan Belanda. Akibatnya, Soeharto marah dan mengirim pengawal untuk menemui Komarudin, memberitahukan bahwa dia salah tanggal," ujar Hendi Jo.
Keteledoran yang Menguntungkan
Namun, siapa sangka bahwa keteledoran Letnan Komarudin justru membawa hasil yang menguntungkan? Serangan dini yang dilancarkan Komarudin bersama pasukannya membuat Belanda lengah.
Mereka mengira bahwa serangan tersebut adalah puncak dari kabar yang beredar mengenai rencana besar-besaran prajurit Indonesia. Padahal, itu hanyalah aksi awal dari pasukan Komarudin.
Karena merasa serangan tersebut tidak seberapa, pasukan Belanda menurunkan kewaspadaan mereka. Akibatnya, saat serangan besar yang sesungguhnya terjadi pada 1 Maret 1949, pasukan Belanda tidak siap.
Mereka kalang kabut menghadapi strategi yang dilancarkan oleh pasukan TNI. Dalam serangan besar itu, pasukan TNI berhasil menguasai Yogyakarta selama enam jam. Peristiwa ini dikenal sebagai Serangan Umum 1 Maret.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti