Presiden Soeharto Ungkap Cara Pilih Wapres era Orde Baru, Beda Dengan Pilpres Sekarang
Apakah ada lobi-lobi partai seperti sekarang? Atau dipilih sendiri? ini kata Soeharto.
Di era Orbe, Capresnya pasti Soeharto. Lalu bagaimana cara memilih wakil presiden?
Presiden Soeharto Ungkap Cara Pilih Wapres era Orde Baru, Beda Dengan Pilpres Sekarang
Di Era Orde Baru, belum dikenal pemilihan presiden secara langsung di Indonesia seperti saat ini.
Presiden dipilih melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Selama Orde Baru, Soeharto selalu menjadi calon tunggal untuk presiden.
-
Bagaimana Soeharto menghadapi serangan hoaks? Soeharto menganggap, pemberitaan hoaks yang menyerang dirinya dan keluarganya sebagai ujian. "Tapi tidak apa-apa, ini saya gunakan sebagai suatu ujian sampai di mana menghadapi semua isu-isu yang negatif tersebut. Sampai suatu isu tersebut sebetulnya sudah merupakan penfitnahan," ungkap Soeharto. Meski sering diserang hoaks, Presiden Soeharto memilih berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ditambah dengan senyum dan canda tawa.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Kenapa Soeharto selalu tersenyum? Presiden Indonesia Kedua Soeharto dikenal dengan sebutan ‘The Smiling General’ atau Sang Jenderal yang Tersenyum. Ini karena raut mukanya senantiasa tersenyum dan ramah.
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.
-
Apa yang pernah dititipkan Soeharto kepada Sudjono Humardani? Ceritanya pada tahun 1967, Sudjono pernah diberi tugas oleh Soeharto untuk meminjam topeng Gadjah Mada yang disimpan di Pura Penopengan Belah Batu Bali.
-
Apa yang digunakan untuk meracuni Soeharto? Kopor Tersebut Ternyata Berisi Racun Tikus
Jika Presiden sudah pasti Soeharto? Lalu bagaimana cara memilih wakil presiden?
Presiden Soeharto Mengungkap Bagaimana Caranya Memilih Wapres
Jauh sebelum sidang umum MPR tahun 1983, Soeharto sudah melemparkan isu soal pemilihan ini kepada TNI (ABRI saat itu) dan Golkar selaku pemenang Pemilu.
Namun peranan Partai Politik, hanya sekadar memberi saran, tidak dominan seperti dalam Pilpres kali ini dalam memutuskan calon.
Tidak ada pula yang namanya koalisi antar parpol dalam pemilihan capres.
Dari Golkar dan militer, muncul usulan beberapa nama.
Di tahun 1983, misalnya muncul nama-nama seperti Jenderal M Jusuf, Jenderal Panggabean, Amirmachmud, Umar Wirahadikusumah, Adam Malik, dan lain-lain.
Presiden Soeharto Menunjuk Panitia Lima
Menurut Soeharto, tim ini yang akan memberikan penilaian akhir dari nama-nama yang muncul untuk menjadi wakil presiden Soeharto.
"Saya tidak sendiri memilih wakil presiden," kata Soeharto.
Tahun 1983, berdasarkan berbagai pertimbangan, pilihan jatuh pada Jenderal (Purn) Umar Wirahadikusumah.
Umar dilantik menggantikan Adam Malik sebagai wakil presiden.
Umar Wirahadikusumah memiliki hubungan cukup dekat dengan Soeharto.
Umar menjabat Panglima Kodam di Jakarta saat G30S/PKI meletus.
Dukungan Umar membuat Soeharto bisa menumpas gerakan tersebut dan akhirnya membubarkan PKI.
- Desa Kelahiran Presiden Soeharto Terdampak Pembangunan Tol Jogja-Bandara YIA, Begini Kondisinya Sekarang
- Orang Desa Yang Sederhana ini Dianggap Sahabat Paling Setia Oleh Presiden Soeharto, Sampai Diundang ke Cendana
- Sederet Dosa Soeharto kepada Soekarno
- Awal Kisah Cinta Soeharto & Ibu Tien, Awalnya Tak Pede karena Turunan Ningrat
Karir Umar Melejit di Era Orde Baru
Dari Panglima Kodam, lalu menjadi Panglima Kostrad. Kemudian menjadi Kepala Staf Angkatan Darat.
Umar juga sempat menjadi Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) setelah pensiun dari militer.
Puncaknya saat Umar Wirahadikusumah dilantik menjadi wakil Presiden mendampingi Soeharto yang akan memasuki masa jabatan empat periode.
Soeharto mengaku bisa bekerja sama dengan baik bersama Umar sebagai wakil presiden. Intinya adalah tahu kewajiban masing-masing.
"Kerja sama dengan Pak Umar terasa lancar. Lagipula saya tidak mengajukan persyaratan yang sulit," kata Soeharto.