Kunjungi Umat Muslim Korban Genosida, Presiden Soeharto Tembus Medan Perang Penuh Sniper
PBB tak mau bertanggung jawab, tapi Soeharto nekat pergi. Tanpa ragu dia berangkat tanpa rompi antipeluru.
PBB tak mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu. Namun Presiden Soeharto bersikeras untuk pergi.
Kunjungi Umat Muslim Korban Genosida, Presiden Soeharto Tembus Medan Perang Penuh Sniper
Tahun 1992-1995, konflik di Balkan memakan korban ribuan Muslim Bosnia.
Tentara Republik Srpska dan pasukan paramiliter Serbia-Bosnia melakukan genosida kepada etnis Muslim Bosnia.
Pembantaian, pemerkosaan dan pemusnahan etnis terjadi di sini.
-
Apa yang dilakukan Soeharto saat bertemu dengan sahabatnya di Cendana? Pertemuan keempat orang itu berlangsung hangat. Sudah puluhan tahun tidak bertemu. Mereka berpisah tahun 1940, saat Soeharto mendaftar masuk tentara KNIL. Kamin Bercerita Dia Pernah Mimpi Bertemu Singa Besar 'Ternyata saya dipanggil oleh Presiden,' katanya disambut tawa Soeharto dan yang lain.
-
Di mana anak-anak Soeharto berziarah? Titiek berada di antara Bambang dan Tommy saat berziarah ke makam Presiden Soeharto dan Ibu Tien di Astana Giribangun, Karanganyar Jawa Tengah.
-
Siapa yang Soeharto katakan sebagai patriot Indonesia? “Saya ini tentara. Tentara itu pedoman hidupnya Sapta Marga. Kami patriot Indonesia, pendukung dan pembela ideologi negara yang bertanggungjawab dan tidak mengenal menyerah.“
-
Di mana Ir. Soekarno diasingkan? Melansir dari situs indonesia.go.id, pada tanggal 6 Februari 1949, Ir. Soekarno, Agus Salim, Mohammad Roem, dan Mr. Ali Sastroamidjojo pun diasingkan ke Muntok yaitu Pesanggrahan Menumbing.
-
Kenapa Presiden Soeharto mengeluarkan pernyataan kontroversial di Pekanbaru? Pidato Kontroversi Sebuah pernyataan yang disampaikan Presiden Soeharto di Pekanbaru, Riau itu bukanlah pernyataan satu-satunya. Namun, Ia kembali mengulang pernyataan tersebut pada saat peringatan Hari Jadi Kopassus.Lantas, pernyataan tersebut membuat banyak pihak yang merasa kecewa dan mengundang kritik serta cemooh dari kaum intelektual maupun tokoh militer saat itu.
-
Bagaimana Soeharto bertemu Ibu Tien? Rupanya mereka sudah punya calon. Wanita itu adalah Siti Hartinah. Teman sekelas adik Soeharto, saat sekolah di Wonogiri.
Di Tengah Kondisi Pertempuran itulah Presiden Soeharto Memutuskan Berkunjung ke Sarajevo
Anggota rombongan kaget. Baru saja mereka mendengar kabar pesawat yang ditumpangi Utusan Khusus PBB Yasushi Akashi ditembaki saat terbang ke Bosnia.
Namun insiden penambakan itu tidak menyurutkan langkah pemimpin negara Non Blok ini berangkat ke Bosnia.
Setelah berdebat, PBB mengizinkan Soeharto terbang ke Bosnia
Syaratnya, Soeharto harus menandatangani surat pernyataan risiko.
Artinya PBB tak bertanggung jawab jika suatu hal menimpa Presiden RI kedua ini di Sarajevo.
Tanpa Ragu, Soeharto Menandatangani Surat itu
Kolonel Sjafrie Sjamsoeddin, Komandan Grup A Pasukan Pengaman Presiden sempat ketar-ketir juga
Apalagi saat Soeharto menolak mengenakan helm baja. Dia juga tak mau menggunakan rompi antipeluru seberat 12 kg yang dikenakan oleh setiap anggota rombongan.
"Eh, Sjafrie, itu rompi kamu cangking (jinjing) saja," ujar Soeharto pada Sjafrie.
Saat mendarat di Sarajevo, Sjafrie melihat senjata 12,7 mm yang biasa digunakan untuk menembak jatuh pesawat terbang terus bergerak mengikuti pesawat yang ditumpangi rombongan Presiden Soeharto.
"Pak Harto turun dari pesawat dan berjalan dengan tenang."
"Melihat Pak Harto begitu tenang, moral dan kepercayaan diri kami sebagai pengawalnya pun ikut kuat, tenang dan mantap. Presiden saja berani, mengapa kami harus gelisah," beber Sjafrie.
Setelah mendarat, bukan berarti masalah selesai. Mereka harus melewati Sniper Valley, sebuah lembah yang menjadi medan pertarungan para penembak jitu
Pak Harto naik panser VAB yang sudah disediakan Pasukan PBB. Walau di dalam panser, bukan berarti mereka akan aman 100 persen dari terjangan peluru sniper.
Tapi Presiden Soeharto santai-santai saja.
Mereka sampai di Istana Presiden Bosnia, keadaannya sangat memprihatinkan.
Tidak ada air mengalir, sehingga air bersih harus diambil dengan ember. Pengepungan yang dilakukan milisi Serbia benar-benar meluluh-lantakan kondisi Bosnia.
Presiden Bosnia Herzegovina Alija Izetbegovic menyambut hangat kedatangan Presiden Soeharto. Dia benar-benar bahagia Soeharto tetap mau menemuinya walaupun harus melewati bahaya.
Sjafrie yang Heran Kenapa Presiden Soeharto Nekat Berangkat pun Bertanya
"Ya kita kan tidak punya uang. Kita ini pemimpin Negara Non Blok tetapi tidak punya uang. Ada negara anggota kita susah, kita tidak bisa membantu dengan uang ya kita datang saja. Kita tengok," jawab Pak Harto.
Tapi kan Resikonya Sangat Besar, Pak? Tanya Sjafrie Lagi.
"Ya itu bisa kita kendalikan. Yang penting orang yang kita datangi merasa senang, morilnya naik, mereka jadi tambah semangat," kata Pak Harto.
Kata-kata itu membekas di hati Sjafrie. Bahkan sampai puluhan tahun kemudian, dia masih ingat kata-kata Presiden Soeharto tersebut.
Demikian ditulis dalam buku Pak Harto The Untold Stories.