Segmen Sianok Picu Gempa Bukittinggi, Pernah Sebabkan Ratusan Orang Meninggal Dunia
Gempa dengan magnitudo (M) 4,5 mengguncang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin (4/4) dini hari. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa dipicu segmen Sianok yang pernah memicu gempa besar yang menyebabkan ratusan orang menjadi korban.
Gempa dengan magnitudo (M) 4,5 mengguncang Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Senin (4/4) dini hari. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa dipicu segmen Sianok yang pernah memicu gempa besar yang menyebabkan ratusan orang menjadi korban.
"Dalam catatan sejarah segmen Sianok pernah memicu gempa besar berkekuatan sekitar 7,0 pada 28 Juni 1926, menyebabkan setidaknya 354 orang meninggal dunia," ujar Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin.
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Kapan Gempi menunjukkan bakat berenang? Hal ini dapat dilihat dari unggahan Gisel beberapa waktu yang lalu. Di dalam gambar-gambar itu, Gempi sedang menjalani pelajaran berenang.
-
Bagaimana dampak gempa bumi bagi warga? Getaran yang cukup kuat seketika membuat warga berhamburan ke luar rumah. Mereka juga berteriak untuk mengingatkan para tetangga agar segera menyelamatkan diri.
-
Di mana Jenang Gempol Bu Tum berjualan? Dilansir dari Jogjakota.go.id, salah satu penjual jenang gempol yang masih bertahan dan eksis adalah Jenang Gempol Bu Tum yang berlokasi di Pasar Pathuk Yogyakarta.
-
Di mana gempa Bantul berpusat? Gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Bantul menjadi sebuah alarm pengingat tentang keberadaan zona subduksi yang masih aktif di wilayah selatan Pulau Jawa.
-
Apa itu Gendang Pampat? Salah satu hal yang menjadi produk kebudayaan adalah alat musik. Beberapa kelompok suku di Indonesia punya alat musik yang khas. Kelompok Suku Dayak Iban misalnya, mereka punya alat musik tradisional bernama Gendang Pampat. Alat musik ini biasanya dimainkan pada saat upacara adat.
Daryono memaparkan gempa tektonik di Bukittinggi terjadi pada pukul 01.14 WIB memiliki parameter dengan magnitudo (M) 4,5. Episenter gempa terletak pada koordinat 0,20 LS (Lintang Selatan) dan 100,34 BT (Bujur Timur), tepatnya di darat pada jarak 12 kilometer arah barat laut Bukittinggi, dengan kedalaman 10 kilometer.
Guncangan Bangunkan Warga
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini memiliki mekanisme sesar geser menganan (dextral strike-slip) yang merupakan karakteristik mekanisme Sesar Besar Sumatra (The Sumatra Fault Zone).
"Dengan memperhatikan lokasi episenter, mekanisme sumber dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas Sesar Sumatera Segmen Sianok," kata dia.
Guncangan gempa ini dirasakan dalam skala intensitas III-IV MMI (Modifies Mercalli Intensity) di Bukittinggi, Payakumbuh dan Agam. Menurut laporan saking kuatnya guncangan gempa ini mampu membangunkan beberapa warga yang sedang tidur.
Gempa juga dirasakan dalam skala intensitas III MMI di Padang Panjang dan Tanah Datar. Sementara di Pasaman, Solok dan Pariaman guncangan dirasakan dalam skala intensitas II MMI.
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami, karena sumbernya di daratan.
Daryono mengatakan selain gempa mengguncang Bukittinggi Sumatra Barat pagi dini hari tadi, beberapa aktivitas gempa juga terjadi di (1) Gempa Banda Pertama magnitudo 2,8 dirasakan III MMI pukul 07.58.43 WIT, (2) Gempa Banda Kedua magnitudo 3,3 dirasakan III-IV MMI pukul 08.12.38 WIT (3) Gempa Mamasa Sulawesi Barat magnitudo 3,6 dirasakan II MMI pukul 11.37.11 Wita.
Sebabkan Tsunami di Danau Singkarak
Sebelumnya, gempa dengan kekuatan magnitudo 7,6 dilaporkan terjadi di sekitar Danau Singkarak, Bukit Tinggi, Danau Maninjau, Padang Panjang, Kabupaten Solok, Sawah Lunto, dan Alahan Panjang pada 26 Juni 1926. Sekitar 354 orang meninggal dunia dalam peristiwa yang dikenal dengan Gempa Padang Panjang ini.
Ketika itu korban banyak berjatuhan di Kota Padang Panjang. Bangunan runtuh, bahkan rel kereta api pun rusak diguncang gempa.
Di Kabupaten Agam yakni Bukit Tinggi-Bonjol, tercatat 472 rumah roboh di 25 lokasi, 57 orang tewas, dan 16 orang luka berat. Di Padang Panjang, sebanyak 2.383 rumah roboh dan 247 orang tewas.
"Ribuan rumah runtuh dan terjadi rekahan tanah di daerah Padang Panjang, Kubu Kerambil dan Simabur," kata Fungsional Ahli BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang, Tri Ubaya beberapa waktu lalu seperti dikutip dari Liputan6.com.
Ancaman dari Perairan Sempit
Dari dahsyatnya gempa ini, kata Tri Ubaya, tidak banyak yang tahu bahwa peristiwa itu menyebabkan tsunami di Danau Singkarak.
Dalam surat kabar Harian Soeara Kota Gedang 7 Juli 1926 tertulis, air danau tumpah membanjiri wilayah sekitar danau dan menimbulkan korban jiwa. Tidak diketahui berapa ketinggian maksimum dan luasan wilayah terdampak yang disebabkan oleh gelombang tsunami ini. Sebab ketika itu ilmu kegempaan dan tsunami belum sehebat sekarang.
"Tsunami yang terjadi di Danau Singkarak ini membuka wawasan kita, bahwa ancaman tsunami tidak saja berasal dari perairan luas seperti lautan, namun bisa juga berasal dari perairan sempit," kata Tri Ubaya.