Sejarah Penyakit Cacar yang Pernah Menghebohkan Batavia
Bibit cacar pertama kali datang ke Batavia pada 1804. Berasal dari 'Isle de Frence' (Mauritius). Penyakit ini dibawa melalui perantara para anak budak yang berusia 6-12 tahun.
Wabah penyakit cacar pernah menghebohkan Batavia. Penyakit yang disebabkan virus Varicella Zoster dan menjangkiti kulit manusia ini telah berkembang sejak era kolonialisme Belanda. Cacar pertama kali ditemukan pada awal abad ke-19 di Batavia.
Dalam buku Sejarah Kesehatan Nasional Indonesia Jilid I diceritakan, bibit cacar pertama kali datang ke Batavia pada 1804. Berasal dari 'Isle de Frence' (Mauritius). Penyakit ini dibawa melalui perantara para anak budak yang berusia 6-12 tahun. Pemerintah langsung mengambil langkah taktis mencegah perkembangan penyakit cacar. Upaya preventif melalui vaksinasi.
-
Apa itu penyakit cacar monyet? Penyakit cacar monyet merupakan infeksi virus yang ditandai dengan munculnya bintil bernanah di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh virus, tepatnya adalah virus monkeypox.
-
Di mana warugan lemah tercatat dalam sejarah? Dalam catatan sejarah, naskah itu sudah ada sejak 1846 dan dikenalkan oleh Bupati Bandung, Wiranatakusumah IV kepada Masyarakat Batavia. Namun diduga pembuatannya sebelum runtuhnya Kerajaan Padjajaran, sekitar tahun 1400-an masehi.
-
Kapan kakek di cerita anekdot Obat merasa sakit kepala? Sedang asyik-asiknya menonton televisi, tiba-tiba kepala kakek itu merasa sakit. Sang kakek langsung memanggil cucunya yang sedang bermain di dalam kamar untuk membeli obat sakit kepala.
-
Bagaimana sejarah Lembah Anai terbentuk? Konon, dulunya air terjun ini menjadi saksi bisu pergerakan rakyat Minang dalam melawan penjajahan. Pada masa kolonial, masyarakat setempat dipaksa untuk menjadi pekerja membangun jalan lintas Sumatera yang menghubungkan antara Kota Padang dan Padang Panjang via Lembah Anai.Masyarakat Minang yang bekerja dalam proyek pembangunan jalan tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh, bahkan bisa berhari-hari dari tempat mereka tinggal menuju lokasi pembangunan jalan.
-
Apa yang ingin dicapai dari acara Jelajah Histori ini? Bisa dibilang event ini adalah sebuah langkah dari online ke offline yang akan menumbuhkan lagi kecintaan untuk belajar dari sejarah dengan cara melibatkan diri lewat perspektif orang pertama secara langsung. Semoga makin banyak yang terlibat di seri event selanjutnya sehingga orang 'terbangun dari belenggu sejarah' secara personal sekaligus kolektif,” harap Jatun.
-
Apa kelemahan cabai? Cabai memiliki kelemahan yaitu masa simpan yang pendek. Pada suhu ruangan, cabai hanya dapat bertahan sekitar 2 hari, sedangkan dalam kulkas hanya sampai 6 hari.
Pada mulanya vaksinasi hanya ditujukan bagi pribumi yang terbiasa bergaul dengan orang-orang Eropa. Namun, pada akhirnya vaksinasi juga diberikan kepada mereka yang tidak menolak vaksinasi. Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam buku Sejarah Pemberantasan Penyakit di Indonesia.
Sebagai upaya tindak lanjut, pemerintah yang saat itu dipimpin oleh Thomas Stanford Raffles (1811–1816) mengembangkan vaksinasi cacar di wilayah Jawa. Vaksinasi pada saat itu dilakukan oleh para juru vaksin yang dilatih di rumah sakit tentara.
Selain itu, untuk mengawasi proses vaksinasi, pemerintah juga menetapkan tiga orang pengawas (Superintendent) di Betawi, Surabaya dan Semarang. Seperti misalnya di Karesidenan diutus Dr. Grey untuk mengawasi 2 orang juru cacar Belanda dan 14 juru cacar pribumi.
Pada tahun 1820, Peraturan Jawatan Kesehatan Sipil (Reglement voor den BGD) ditetapkan dan diiringi dengan dikeluarkannya Peraturan Pelaksanaan Vaksinasi Cacar (Reglement op de uitofening der koepokvaccinatie in Nederlandsch-Indie).
Peraturan tersebut diantaranya meliputi:
1) Seluruh usaha vaksinasi ditempatkan di bawah seorang Inspektur.
2) Di tiap karesidenan diangkat seorang pengawas (opziener), sedapat-dapatnya dokternya setempat.
3) Pengawas tiap minggu harus memberi vaksinasi di tempat kedudukannya dan sekitarnya.
4) Untuk tempat-tempat yang jauh dari tempat kedudukan pengawas, digunakan juru cacar pribumi, yang sebelumnya dididik oleh pengawas.
5) Tiap bulan pengawas harus mengirimkan laporan kepada Residen dan Inspektur, dan tiap 6 bulan memeriksa hasil pekerjaan para juru cacar.
6) Inspektur bertanggungjawab atas pengiriman bibit cacar ke seluruh karesidenan.
Dari waktu ke waktu, penyempurnaan pelaksanaan pencacaran mulai dilakukan. Bibit cacar yang tadinya didatangkan dari Eropa, kini mulai dibuat sendiri. Dimulai dengan didirikannya 'Parc vacciogene' di Batutulis pada tahun 1879.
Vaksin Cacar Dr. L. Otten
Kemajuan pembuatan vaksin mulai terlihat ketika dr. A. Schucink Kool berhasil membuat vaksin di Meester Cornelis (Jatinegara) dengan menggunakan sapi sebagai tempat pembiakan.
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 6 Agustus 1890, maka lembaga pembuatan vaksin pun dipindahkan ke Batavia. Selain itu, untuk mengimbangi kebutuhan produksi pemerintah juga mendirikan lembaga vaksinasi (Vaccinogen Instituut Pasteur) di Bandung.
Mulai tahun 1918 lembaga pembuatan vaksin dipindahkan ke Bandung. Organisasi pencacaran terus mengalami penyempurnaan disempurnakan dengan sistem jarak dan secara bertahap diberikan sistem terpisah. Pembuatan vaksin juga disempurnakan dari larutan glycerine menjadi vaksin kering vacuo hasil karya Dr. L. Otten (1926).
Menurut data tahun 1933, usaha vaksinasi ditugaskan kepada 455 mantri cacar yang bekerja di bawah dokter karesidenan. Berkat organisasi vaksinasi yang baik, selama kurang lebih 25 tahun sebelum penjajahan Belanda berakhir, bebas dari cacar.
Penyakit ini timbul secara sporadis di wilayah Hindia-Belanda. Tetapi kemudian, cacar muncul lagi pada tahun 1948 karena pelaksanaan vaksinasi cacar menjadi tidak teratur selama masa pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan.
Reporter Magang: Muhammad Rigan Agus Setiawan