Peneliti Temukan Kerangka Dua Bocah dari Abad ke-16, Tulangnya Kena Infeksi Langka Akibat Penyakit Cacar
Temuan ini memberikan pengetahuan baru terkait penyebaran wabah cacar di Amerika Selatan.
Temuan ini memberikan pengetahuan baru terkait penyebaran wabah cacar di Amerika Selatan.
-
Siapa yang menemukan kerangka manusia purba? Pada 1911, penambang yang mencari bahan baku pupuk menginjak benda aneh di sebuah gua yang dekat dengan Lovelock, Nevada.
-
Mengapa arkeolog menemukan kerangka bayi di dekat perapian? 'Sebenarnya kami sudah menduga-duga adanya kuburan ini karena kami menemukan sisa-sisa perapian di sisi timur. Itu sudah menjadi aturan dalam arkeologi. Dari Zaman Batu hingga akhir zaman, jika menemukan perapian dugaan akan adanya kuburan bayi atau anak di dalam atau di luar rumah semakin meningkat. Saat kami sudah menduga-duga, kami menemukan kuburan itu,' Katanya.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi Zaman Es? Kerangka bayi ini ditemukan di Italia selatan pada 1998 silam dan dikenal dengna nama 'bayi Grotta delle Mura'.
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi? Selama penggalian pada 2024, telah ditemukan kerangka anak di lapisan yang diperkirakan berusia 7.600 tahun dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi.
-
Siapa yang menemukan kerangka tersebut? Para ahli arkeologi menemukan situs pemakaman khusus wanita dan anak-anak tepat di bawah permukaan bukit pasir Teluk Whitesands di Kota St David’s, Wales.
-
Di mana kerangka bayi itu ditemukan? Penggalian berakhir tahun ini Tekin, mengatakan dua kerangka itu adalah milik seorang bayi dan seorang anak yang berusia sekitar 6-7 tahun yang ditemukan 2 pekan lalu di area yang sama selama proses penggalian berlangsung.
Peneliti Temukan Kerangka Dua Bocah dari Abad ke-16, Tulangnya Kena Infeksi Langka Akibat Penyakit Cacar
Peneliti di Peru menemukan dua kerangka bocah dari abad ke-16 dan menyimpulkan keduanya merupakan korban penyakit cacar. Kedua bocah ini mengalami infeksi tulang langka yang disebabkan virus cacar.
Bocah ini meninggal pada masa kolonisasi Eropa awal di Amerika Selatan dan temuan ini memberikan pengetahuan baru terkait wabah cacar di kawasan tersebut.
Dikutip dari laman Smithsonian Magazine, Rabu (3/7), kerangka bocah ini ditemukan di pemakaman di Huanchaco, kota di pantai Pasifik utara Peru.
Huanchaco terkenal karena arkeolog pernah menemukan kuburan massal anak-anak berisi 260 jasad tanpa jantung,
yang diduga korban tumbal 500 tahun lalu.
Menurut para sejarawan, penyakit cacar ini dibawa oleh orang-orang Eropa yang menduduki Amerika Selatan.
"Cacar dan penyakit menular lainnya menjangkiti segmen paling rentan dari populasi pantai utara Andean," tulis para peneliti.
Cacar mungkin menyebar dari Eropa ke Peru bersama penakluk Francisco Pizarro pada tahun 1530-an. Pada tahun 1620, penyakit menular ini telah memusnahkan lebih dari 70 persen penduduk Pribumi di pantai utara Peru.
Anak-anak yang paling sering terjangkit penyakit ini. Lebih dari 67 persen jasad yang dimakamkan di pemakaman Huanchaco adalah bayi dan anak-anak berusia di bawah 12 tahun, yang sistem kekebalan tubuhnya sedang berkembang sehingga lebih rentan terkena penyakit tersebut.
Setelah diperiksa dengan cermat, para peneliti menemukan kerangka dua anak yang dikuburkan—yang meninggal antara usia 1 dan 2 tahun—tidak normal. Menurut Kristina Killgrove dari Live Science “banyak lesi yang merusak, hampir seperti lubang ngengat, di persendian bahu, siku, pergelangan tangan, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki anak-anak." Lesi tersebut merupakan tanda infeksi tulang, osteomyelitis variolosa, yang disebabkan oleh virus cacar.
Kasus osteomielitis variolosa ini adalah yang paling awal yang pernah ditemukan di Amerika Selatan dan menurut Live Science, banyak wabah cacar muncul setelah terjadi kontak dengan orang Eropa.
Penulis utama studi dan ahli bioarkeologi di Universitas Hamline, Khrystyne Tschinkel mengatakan terdapat kekurangan data yang dapat diandalkan mengenai penyebaran dan dampak penyakit cacar pada beberapa populasi penduduk asli Amerika Selatan. Namun, lesi tersebut memberikan beberapa petunjuk tentang pengalaman anak-anak tersebut.
“Kami dapat menebak bahwa mungkin saja, setelah gejalanya muncul, mereka hidup dengan penyakit cacar selama beberapa minggu,” kata Tschinkel kepada Live Science.
“Ada cukup waktu bagi tulang untuk mengalami infeksi parah.”
Tschinkel mengatakan, mengidentifikasi kasus cacar ini membantu para sejarawan mengembangkan pemahaman yang lebih komprehensif terkait wabah di masa kolonial awal.
"Yang bisa kami sampaikan adalah bahwa ada wabah seperti cacar di Huanchaco sekitar tahun 1540, dan itu terjadi di sana yang kemungkinan besar juga terjadi di sekitarnya," jelasnya.