Toko Merah, Bangunan Bersejarah era VOC Penuh Kesan Mistis Kini Jadi Cafe Estetik di Jakarta
Di kawasan Kota Tua, terdapat banyak bangunan bersejarah. Salah satu yang paling mencolok adalah Toko Merah.
Di kawasan Kota Tua, terdapat banyak bangunan bersejarah. Salah satu yang paling mencolok adalah Toko Merah, sebuah bangunan berbata merah yang berlokasi di sisi barat kanal utama Kali Besar.
Awalnya, bangunan ini dibangun sebagai tempat tinggal, namun seiring waktu dikenal dengan kesan mistis oleh masyarakat sekitar, hingga akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya.
- Zaman Sudah Modern, Warung Ini Tetap Konsisten Jualan Minyak Tanah Sejak Tahun 1970
- Menghangatkan Badan di Toko Jamu Kembang Menoor Salatiga, Interiornya Vintage Khas Tahun 1950-an
- Kedai Teh Ini Legendaris di Jakarta, Lestarikan Tradisi Minum Teh Sejak 420 Tahun Silam
- Kafe di Lembang Ini Bawa Suasana Bandung Tahun 1800-an, Dulunya Rumah Pengusaha Susu Eropa Paling Sukses
Toko Merah dibangun pada oleh Gustaaf Willem Baron van Imhoff sebagai tempat tinggal. Saat itu, van Imhoff menjabat sebagai Sekretaris II Hooge Regering (Pemerintahan Tinggi) dan juga Kepala Urusan Pabean (Water Fiscal).
Pada tahun 1743, ia diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga tahun 1750. Selama masa jabatannya, bangunan ini berubah fungsi menjadi kampus dan asrama untuk Akademi Angkatan Laut (Academie de Marine).
Sepeninggalan van Imhoff, Academie de Marine dibubarkan yang kemudian membuat Toko Merah berganti-ganti kepemilikan. Bangunan ini beralih fungsi sebagai hotel mewah, kemudian pada 1851 bangunan ini dimiliki oleh orang Tionghoa, Oey Liauw Kong dan dijadikan sebagai toko.
Setelah Oey Liauw Kong meninggal, bangunan ini digunakan sebagai kantor Bank voor Indie.
Jadi Markas Jepang Lalu Diambil BUMN
Pada tahun 1939, bangunan ini menjadi kantor perusahaan asuransi dan industri Belanda, oleh Jacobson van den Berg.Ketika Jepang menduduki Batavia, Jacob Berg dibunuh, dan Toko Merah diambil alih untuk digunakan sebagai dinas kesehatan militer Jepang.
Pada Agustus 1945, setelah Jepang menyerah, Toko Merah sempat ditempati oleh pasukan Sekutu. Setelah itu, bangunan ini digunakan sebagai kantor NV Nigeo Export, sebelum kembali digunakan oleh Jacob Berg.
Pada akhir 1950-an, terjadi nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan milik Belanda.Setelah dinasionalisasi, Toko Merah menjadi kantor bagi beberapa perusahaan BUMN.
Karena nilai sejarahnya yang tinggi, bangunan kolonial ini ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 1993. Sejak 2003, Toko Merah dikelola oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI), bagian dari BUMN.
Kental Aura Mistis
Aura mistis yang melekat pada bangunan ini disebabkan tragedi yang pernah terjadi di sekitar wilayah.Pada tahun 1740, terjadi peristiwa pembantaian brutal terhadap etnis Tionghoa yang dilakukan oleh prajurit VOC atas perintah Gubernur Jenderal Adrian Valckenier.
Pembantaian tersebut dikenal sebagai Geger Pecinan atau Tragedi Angke. Mayat-mayat korban pembantaian itu dibiarkan berserakan di Kali Besar.
Tragedi ini seolah meninggalkan aura misteri yang masih melekat pada bangunan Toko Merah meskipun bangunan tersebut terus beralih fungsi.
Kini, kesan mistis Toko Merah sudah menghilang karena gedung tersebut diubah menjadi kafe estetik yang dapat dikunjungi oleh masyarakat umum. Kafe tersebut bernama Rode Winkel.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti