4 Fakta Unik Bahasa Jawa Serang yang Populer di Banten, Bukan Sunda
Bahasa Jawa Serang diketahui juga berbeda dengan bahasa Jawa di daerah lainnya, karena terdapat akhiran e (pepet). Ini cukup tegas membedakan dengan akhiran e yang biasa ditemui di wilayah pulau Jawa bagian tengah sampai timur.
Sunda menjadi bahasa yang dituturkan oleh masyarakat di Provinsi Banten. Kondisi geografis yang berdekatan dengan Jawa Barat membuat kebudayaan di sana yang tak jauh berbeda. Namun siapa sangka jika bahasa Jawa juga populer di daerah berjuluk tanah jawara itu.
Kota dan Kabupaten Serang menjadi wilayah dengan penutur bahasa Jawa tertinggi di sana. Bahkan selama ini bahasa khasnya memiliki julukan Jaseng alias Jawa Serang. Ini merujuk ke dialek yang unik dan hanya dituturkan khususnya oleh masyarakat di wilayah pesisir tersebut.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Bahasa Jawa Serang diketahui juga berbeda dengan bahasa Jawa di daerah lainnya, karena terdapat akhiran e (pepet). Ini cukup tegas membedakan dengan akhiran e yang biasa ditemui di wilayah pulau Jawa bagian tengah sampai timur.
Lantas bagaimana asal usul bahasa Jawa Serang ini muncul dan berkembang di sana? Berikut 4 faktanya yang berhasil dirangkum merdeka.com, Selasa (2/5).
Identik dengan Banten
Kota Serang ©2023 kesbangpol.serangkota.go.id/ Merdeka.com
Dikutip dari tulisan Asep Muhyidin dalam Jurnal Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), bahasa Jawa ini ternyata cukup melekat bagi masyarakat Banten. Walau sebagian besar penuturnya menggunakan bahasa Sunda, mereka turut memahami bahasa Jawa Serang yang banyak diucapkan oleh masyarakat pantura di sana.
Menurut Asep, bahasa Jawa Serang ini juga lebih dikenal dengan Bahasa Jawa Dialek Banten (BJB). Para penuturnya tak hanya masyarakat Kota dan Kabupaten Serang, melainkan sampai ke wilayah Cilegon termasuk sebagian Tangerang.
Disebutkan bahwa bahasa Jawa Serang atau Jawa Dialek Banten ini merupakan bahasa pergaulan yang biasa digunakan sehari-hari.
Asal Mula Munculnya Bahasa Jawa Serang
Bahasa Jawa Serang ini diperkirakan muncul sejak pertengahan abad ke-15 masehi tepatnya tahun 1526. Saat itu, bahasa ini mulai dikenalkan oleh kalangan kerajaan Kasultanan Banten, lewat pemimpinnya Sultan Maulana Hasanuddin.
Saat itu, bahasa di lingkungan kerajaan menggunakan bahasa Jawa tersebut sebagai bahasa pergaulan. Sejak saat itu penguncapannya mulai berpengaruh hingga ke luar kerajaan, dan menjadi dialek sehari-hari warga.
Berdasarkan sejarahnya, bahasa Jawa tersebut termasuk kategori bahasa kuno yang beberapa unsurnya juga terpengaruh oleh bahasa Sunda.
Sementara itu, hanya wilayah Kota dan Kabupaten Serang serta Cilegon dan sebagian Tangerang yang menggunakan dialek ini. Selebihnya seperti di Banten selatan dengan kota-kota seperti Pandeglang dan Lebak masih menggunakan bahasa Sunda.
Alasan Bahasa Jawa Muncul di Banten
Masih dari sejarahnya, bahasa Jawa Dialek Banten atau Jawa Serang ini awalnya diperkenalkan oleh Sultan Maulana Hasanuddin yang merupakan pendiri Kasultanan Banten.
Merujuk Danasasmita dalam Iskandarwassid (1985: 10), Sultan Maulana Hasanuddin sendiri memiliki darah keturunan Cirebon yang sebelumnya sudah menggunakan bahasa Jawa dialek pantura.
Cirebon juga memiliki kerja sama dan ikatan kekeluargaan dengan kerajaan Demak, ini semakin mendukung barakulturasinya bahasa Jawa di wilayah pantura Jawa Barat tersebut. Dari sejarahnya juga, bahasa Jawa Dialek Banten dan Serang di awal-awal penggunaannya masih identik dengan kromo alus sehingga berakhiran O.
Walaupun demikian, bahasa Jawa ini hanya digunakan sebagai dialek sehari-hari, dan untuk kegiatan formal seperti kerja sama dan perniagaan, masih menggunakan bahasa Sunda.
Terdapat Dua Versi dengan Akhiran e dan a
Keunikan lainnya dari bahasa Jawa Dialek Banten adalah terdapatnya dua variasi yakni dengan akhiran ‘e’ dan ‘a’.
Seperti disinggung sebelumnya, untuk akhiran ‘e’ biasanya diucapkan dengan sedikit samar seperti “kule”, “ore”, “kite”, “sire”, dengan contoh misalnya kule bade tumbas daging (saya mau membeli daging). Atau priben kabare sire? (gimana kabarmu).
Sedangkan untuk dialek akhiran ‘a’ mirip dengan bahasa Jawa dialek kuno dan Banyumasan yakni, ‘sira’, ‘kita’, ‘kula’ dan ‘ora’.
Daerah pelafalan ‘e’ meliputi Kecamatan Serang, Kasemen, Bojonegara, Kramatwatu, Ciruas, Anyer sampai Cipocok Jaya. Sedangkan untuk akhiran ‘a’ populer di Kecamatan Cikande, Kopo sampai Pamarayan.