Akibat Anak Sering Dipukul dan Dimarahi, Munculkan Perilaku Negatif
Mendisiplinkan anak bisa menjadi salah satu hal yang paling menantang bagi orang tua, apalagi jika ini adalah anak pertama. Saat anak-anak tumbuh, mereka akan menjadi lebih menuntut dan tentunya menguji kesabaran.
Mendisiplinkan anak bisa menjadi salah satu hal yang paling menantang bagi orang tua, apalagi jika ini adalah anak pertama . Saat anak-anak tumbuh, mereka akan menjadi lebih menuntut dan tentunya menguji kesabaran.
Jumlah tantrum pada anak meningkat. Awalnya, orang tua mungkin akan menghadapinya dengan ramah dan sabar, tetapi semakin lama, pendisiplinan bisa saja memburuk dan berubah menjadi amarah dan pemukulan.
-
Bagaimana cara gondongan menyebar pada anak? Cara penularan gondongan pada anak juga tidak berbeda, yaitu melalui kontak dengan cairan dari mulut, hidung, atau tenggorokan saat anak yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara. Virus ini juga bisa hidup di permukaan seperti gagang pintu, peralatan makan, dan gelas minum yang kemudian disentuh oleh orang lain.
-
Bagaimana cara menangani radang paru-paru pada anak? Penanganan radang paru-paru pada anak bergantung pada penyebabnya, tingkat keparahan, dan faktor-faktor lain seperti usia dan kondisi kesehatan anak. Namun, berikut adalah beberapa langkah umum yang biasanya dilakukan dalam penanganan radang paru-paru pada anak: 1. Konsultasi dengan Dokter: Segera konsultasikan anak Anda ke dokter jika Anda mencurigai adanya radang paru-paru. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, mungkin termasuk pemeriksaan darah dan foto rontgen dada, untuk mengonfirmasi diagnosis. 2. Obat Antibiotik: Jika radang paru-paru disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk membantu mengatasi infeksi. Pastikan untuk memberikan antibiotik sesuai petunjuk dokter dan selesai mengonsumsinya meskipun gejalanya sudah mereda. 3. Pengobatan untuk Gejala: Dokter mungkin juga meresepkan obat-obatan untuk mengurangi gejala seperti demam, batuk, atau sesak napas. Ini bisa termasuk obat penurun demam dan obat batuk yang sesuai untuk anak-anak. 4. Istirahat: Anak Anda membutuhkan istirahat yang cukup untuk membantu tubuhnya memerangi infeksi. Pastikan anak Anda cukup tidur dan tidak terlalu banyak aktivitas. 5. Cukup Cairan: Pastikan anak Anda cukup minum untuk mencegah dehidrasi. Air putih, jus buah, atau kaldu hangat dapat membantu menghidrasi anak Anda. 6. Nutrisi yang Baik: Pastikan anak Anda tetap makan makanan bergizi meskipun mungkin kehilangan nafsu makan. Berikan makanan ringan yang mudah dicerna dan tinggi nutrisi. 7. Pemantauan dan Perawatan Diri: Pantau gejala anak Anda dengan cermat dan perhatikan tanda-tanda keparahan seperti sesak napas yang memburuk atau penurunan kesadaran. Ikuti instruksi dokter dan jangan ragu untuk menghubungi dokter jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan. 8. Vaksinasi: Vaksinasi merupakan langkah preventif terbaik untuk mencegah radang paru-paru. Pastikan anak Anda mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan sesuai jadwal.
-
Bagaimana cara menurunkan demam anak? Jika demam tetap tinggi, langkah selanjutnya adalah melakukan kompres dengan air hangat.
-
Bagaimana cara mentahnik bayi? Dalam Kitab Fathul Baari disebutkan, tahnik adalah praktik memberikan sesuatu yang manis dengan cara mengunyahnya terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke mulut bayi lalu dioleskan sedikit ke langit-langit mulutnya.
-
Bagaimana cara memberikan jahe untuk meredakan batuk anak? Cukup rendam 20-40 gram irisan jahe ke dalam segelas air panas dan biarkan selamam beberapa menit sebelum diminum, hingga air sedikit menghangat. Atau bisa juga dibuat menjadi rebusan jahe.
-
Bagaimana cara menghindari sindiran ke anak? Jika Anda ingin mendidik anak tanpa menggunakan sindiran, berikut adalah beberapa tips yang dapat Anda ikuti: Fokus pada perilaku, bukan pada diri anak Saat anak melakukan kesalahan, fokuslah pada perilakunya, bukan pada diri anak. Misalnya, Anda dapat mengatakan, "Jangan melempar mainan," bukan "Kamu anak yang nakal."
Dalam kebanyakan kasus, orang tua terpaksa mengeraskan suaranya atau menggunakan kekerasan. Mereka mungkin putus asa karena telah mencoba semua metode untuk membuat anak mengerti, sampai satu-satunya yang tersisa adalah menggunakan kekerasan. Setelah hal tersebut dinilai efektif untuk menenangkan si anak, hal ini bisa menjadi kebiasaan orang tua setiap anak mereka melakukan kesalahan.
Memukul dan memarahi anak untuk mendisiplinkannya memang tampak mudah bagi orang tua. Tapi apakah tindakan itu adalah hal yang benar? Adakah akibat anak sering dipukul dan dimarahi?
Perlu diingat, bahwa setiap tindakan kita akan memberi dampak bagi anak-anak, bahkan dalam jangka panjang. Ada akibat anak sering dipukul dan dimarahi yang akan dirasakannya hingga dewasa. Berikut kami sampaikan apa akibat anak sering dipukul dan dimarahi yang kami kutip dari berbagai sumber.
Akibat Anak Sering Dipukul dan Dimarahi
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak memiliki energi yang berbeda. Sebagian besar waktu, mereka dihabiskan secara aktif, berisik, dan menikmati semua yang mereka lakukan. Orang tua pastinya juga senang melihat anak-anak mereka yang ceria dengan mengeluarkan ekspresi gembira, bermain, berbicara, berimajinasi, dan sebagainya.
Tetapi, orang tua terkadang juga bereaksi berlebihan ketika anak berperilaku buruk. Dilansir dari laman parentcircle.com, memarahi dan bahkan memukul anak adalah reaksi yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan oleh orang tua. Sebaliknya, kita perlu bersabar dan memahami alasan di balik tindakan seorang anak. Tapi, memahami emosi dan perasaan anak datang dengan mengetahui keterbatasan kita.
©Shutterstock.com/ David Castillo Dominici
Ingatlah bahwa anak-anak adalah peniru yang hebat. Jadi, salah satu akibat anak sering dipukul dan dimarahi, mereka akan meniru tindakan kita. Misalnya, jika Anda berteriak, mereka akan berteriak balik; jika memarahi mereka, mereka akan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Karena anak akan tumbuh dengan meniru perilaku dan tindakan, akan bijaksana jika Anda menunjukkan perilaku seperti yang diimpikan dari seorang anak yang baik.
'Anak yang sempurna' atau 'orang tua yang sempurna' tidak benar-benar ada. Jadi, akan ada saatnya tingkah anak akan menjadi penguji kesabaran Anda. Tetapi memarahi anak ketika Anda kesal dapat menyakitinya dari dalam. Mungkin ada beberapa anak yang mengungkapkan ketidaksenangan mereka karena dimarahi, namun anak yang lain mungkin menahan rasa sakit itu.
©shutterstock.com/Pixel Memoirs
Menggunakan kata-kata kasar adalah bentuk pelecehan emosional. Para ahli percaya bahwa efek psikologis dari dimarahi sama buruknya, atau bahkan lebih buruk, dengan kekerasan fisik. Karena itu, sebagai orang tua, Anda harus mewaspadai efek psikologis dan akibat anak sering dipukul dan dimarahi.
Seperti orang dewasa, kata-kata amarah yang terus menerus diterima anak akan membuat mereka merasa terhina, takut, bersalah, malu, cemas, stres, dan merasa tidak berguna. Semua ini dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan, masalah yang berhubungan dengan tidur, masalah perilaku, masalah belajar, dan kesulitan dalam membentuk hubungan sosial.
Dampak Memukul dan Memarahi Anak
Akibat anak sering dipukul dan dimarahi harus dihindari oleh para orang tua, karena efeknya akan memengaruhi kesehatan mental dan mengubah perilakunya menjadi buruk. Dilansir dari fimela.com, berikut adalah dampak dari sering memukul dan memarahi anak:
Anak Tumbuh Menjadi Agresif
Meski terlihat efektif dalam mendisiplinkan anak, cara memarahi dan memukul justru berdampak pada masalah perilaku mereka untuk jangka panjang. Dilansir dari NBC News, dalam sebuah studi yang dilakukan oleh American Academy of Pediastircs, hukuman fisik dan verbal yang diberikan para orang tua, akan membentuk anak memiliki perilaku agresif saat mereka dewasa.
Tidak ada perbedaan khusus jika disiplin keras tersebut dilakukan oleh ayah atau ibu. Studi menemukan hasil yang sama terkait masalah perilaku menjadi lebih buruk.
shutterstock
Mengubah Cara Otak Berkembang
Memikirkan akibat anak sering dipukul dan dimarahi, sebagai orang tua, kita harus memikirkan cara lain yang lebih baik. Cara mendidik anak yang keras seperti memarahi, membentak, hingga memukul dapat mengubah cara otak anak Anda berkembang. Hal ini disebabkan karena manusia umumnya memproses informasi dan peristiwa negatif lebih cepat daripada yang positif.
Hal ini dibuktikan dalam sebuah studi yang membandingkan pemindaian MRI pada otak orang-orang yang memiliki riwayat pelecehan verbal dari orang tua di masa kanak-kanak, dengan pemindaian anak-anak yang tidak memiliki riwayat tersebut. Hasilnya, peneliti menemukan adanya perbedaan fisik yang mencolok di bagian otak yang berperan untuk memproses suara dan bahasa.
Berpengaruh pada Kesehatan Mental
Selain merasa sakit hati, takut, terhina, atau sedih saat mendapat perilaku kasar dari orang tua, memarahi dan memukul anak juga dapat mengakibatkan masalah psikologis yang lebih dalam hingga dewasa.
Studi yang dilakukan oleh American Academy of Pediastircs, menemukan adanya hubungan antara hukuman fisik dan verbal dari orang tua dengan kesehatan mental pada anak. Dalam studi yang melacak peningkatan masalah perilaku pada anak usia 13 tahun yang dimarahi, ditemukan adanya peningkatan gejala depresi.
©2012 Merdeka.com
Memengaruhi Kesehatan Fisik
Selain berdampak pada kesehatan mental, perilaku kasar orang tua juga akan berpengaruh pada kesehatan fisik anak-anak. Stres di masa kanak-kanak akibat orang tua yang melakukan kekerasan fisik dan verbal, akan meningkatkan risiko penyakit di masa yang akan datang.
Penyakit tersebut meliputi radang sendi, sakit kepala akut, masalah punggung dan leher, dan berbagai penyakit lainnya.
Menurunkan Kepercayaan Diri
Akibat anak sering dipukul akan menimbulkan rasa sakit secara fisik, walau mungkin akan segera sembuh. Tetapi rasa sakit secara emosional akan tetap bersamanya hingga dirinya dewasa.
Si anak akan merasa buruk tentang dirinya sendiri dan hal tersebut dapat memengaruhi harga diri dan kepercayaan dirinya. Semakin banyak Anda memukulnya, semakin dia akan melakukan kesalahan, yang pada akhirnya akan membuatnya merasa tidak berguna. Bayangan kekerasan yang dirasakan anak Anda, juga akan membuat mereka merasa takut setiap kali hendak melakukan sesuatu.