Arsitek Asal Belanda Ini Berjasa Bikin Bandung Jadi Indah, Terinspirasi dari Taman Hijau
Dari tangan sosok arsitek Belanda ini, Kota Bandung disulap bak taman yang indah.
Pernah dengar julukan Bandung sebagai kota kembang? Ternyata kiasan ini benar-benar menggambarkan wilayah tersebut di masa silam.
Pada awal abad ke-20, Kota Bandung mengalami perombakan yang cukup besar, sehingga menjadi wilayah tujuan wisata. Pemandangan alamnya yang indah, dengan deretan gedung-gedung khas abad pertengahan menjadi daya tariknya.
-
Siapa yang kuliah di Bandung? Baik Kika maupun Jema tengah menjalani studi di Bandung, Jawa Barat.
-
Bagaimana perubahan daratan terjadi di Bandung pada masa Miosen Tengah? Perubahan daratan kemudian terjadi pada masa Miosen Tengah, berkisar 25 juta tahun silam. Ketika itu, bumi mengalami aktivitas geologi seperti bergeser, menekuk hingga terangkat menjadi sebuah daratan.
-
Kapan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung? Menjelang Perang Pasifik pecah, Sersan Soeharto ditugaskan ke Markas Besar Angkatan Darat di Bandung sebagai pasukan cadangan.
-
Apa alasan utama Bandung dijuluki Kota Kembang? “Namun masih belum jelas apakah sebutan Bloem (bunga/kembang) itu ditujukan pada Kota Bandung, ataukah para noni indo yang cantik dari Onderneming (perkebunan) Pasirmalang. Entahlah, sejarah jualah yang lebih tahu,” beber Haryoto Kunto.
-
Kapan Museum Patah Hati Bandung berlangsung? Adapun Museum Patah Hati Bandung merupakan event yang digelar terjadwal mulai tanggal 9 Oktober sampai 8 Desember 2023 mendatang.
-
Kapan Museum Batubara Tanjung Enim diresmikan? Melansir dari situs resmi ptba.co.id, Museum Batubara di Tanjung Enim ini baru diresmikan pada tahun 2022 lalu.
Tak hanya itu, karena banyak taman yang didirikan di sana, dengan daya tarik tumbuhan hijau juga bunga yang berwarna warni. Wilayah tersebut lambat laun menjadi sebuah metropolitan besar, dengan tetap menonjolkan identias kelokalan Sunda.
Kabarnya ada seorang arsitek Belanda yang mendesain Bandung dengan sangat indah bernama Thomas Karsten. Ia disebut membuat Bandung lebih asri, mirip taman hijau. Berikut kisahnya.
Besar di Tengah Kondisi Perang
Mengutip Wikipedia, Thomas Karsten lahir dan dibesarkan di Amsterdam, Belanda, dengan kondisi sosial dan politik yang kacau. Ketika itu, negaranya mengalami kondisi yang porak poranda setelah dihantam industrialisasi.
Ketika duduk di bangku kuliah, dirinya banyak melihat kemiskinan ekstrim, serta lingkungan perkotaan dengan segregasi dan diskriminasi etnis.
Dari sana, dirinya pindah ke Hindia Belanda dan memiliki mentap di Jawa atas undangan temannya Henri Maclaine Pont. Lewat Henry ini, kemampuan arsitekturalnya dilatih dengan maksimal, hingga dipercaya menjadi konsultan perancangan kota.
- Melihat Bekas Gedung Perikanan Peninggalan Belanda, Kini Masih Berdiri Kokoh tapi Kondisinya Memprihatinkan
- Rehat Sejenak di Taman Dewi Sartika, Ajak Pengunjung Nikmati Sisi Teduh Kota Bandung
- Intip Benteng Peninggalan Belanda di Atas Gunung Palasari Sumedang, Dulunya Penjara dan Gudang Senjata
- Andra Matin, Sosok di Balik Bandara Banyuwangi Berkonsep Ramah Lingkungan yang Diakui Dunia Internasional
Merancang Banyak Kota di Jawa dari Nol
Tak pernah terpikirkan bagi Karsten untuk mendesain banyak kota di Jawa. Namun visi sosial yang tertanam sejak remaja, membuatnya ingin membangun kota tersebut berbeda dari Eropa.
Alih-alih membuat desain yang modern dan megah, ia justru membuat desain dengan unsur kearifan lokal yang kuat. Gaya ini, ia terapkan di 12 dari 19 rancangan di pulau Jawa, 3 dari 9 kota di Sumatra, dan 1 kota di Kalimantan.
Kota-kota tersebut yakni Semarang, Buitenzorg (Bogor), Madiun, Malang, Batavia, Magelang, Bandung, Cirebon, Meester Cornelis (Jatinegara), Yogyakarta, Surakarta, Purwokerto, Padang, Medan, dan Banjarmasin
Terapkan Konsep Garden City di Bandung
Mengutip bandung.go.id, pola yang dibuat Karsten di tiap kota berbeda-beda, namun memiliki sedikit kemiripan. Di sana, Karsten biasanya membuat beberapa taman sebagai area terbuka hijau.
Mulai dari Taman Ganesha, Taman Merdeka, Taman Maluku, Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani, atau Taman Gasibu. Taman-taman tersebut memiliki ciri khas seperti didominasi rumput dan tanaman hijau, lalu adanya pedestrian yang mengelilingi area taman sampai adanya kolam dengan air mancur di tengah sebagai penghias.
Garden City Bandung
Mulanya, konsep garden city diperkenalkan oleh Ebenezer Howard dalam bukunya “To-Morrow: A Peaceful Path to Realm Reform” (1898) sebagai solusi untuk peradaban perkotaan yang lebih baik. Howard mengembangkan ide ini untuk mengatasi turunnya kualitas hidup di kota-kota Eropa akibat industrialisasi massal.
Garden city memiliki tiga elemen utama: desentralisasi, taman, dan kota. Desentralisasi mengacu pada pemindahan populasi dan industri dari pusat kota yang padat ke daerah yang lebih terpencil, sehingga aktivitas kota tidak terpusat di satu tempat.
Elemen taman mencakup sabuk pertanian di tepi kota yang berfungsi sebagai penghalang perluasan kota dan memberikan area pedesaan bagi penduduk. Sementara itu, konsep kota menekankan kepemilikan tanah yang harus dikelola bersama oleh masyarakat atau pemerintah kota untuk kepentingan umum, bukan oleh individu atau perusahaan.
Jadi Tujuan Wisata Sejak Zaman Belanda
Konsep garden city yang dikembangkan oleh Karsten semakin menegaskan bahwa kota tersebut merupakan tujuan wisata sejak zaman Hindia Belanda.
Di masa itu, Bandung sudah memiliki wisata populer berupa Gunung Tangkuban Perahu, Pemandian Cihampelas, serta beberapa curug (Curug Dago, Curug Halimun dan Curug Panganten).
Bandung mulai dikenal sebagai pusat elit pada tahun 1930-an, dengan keberadaan deretan bangunan toko dan kedai makanan di Jalan Braga dan sekitarnya. Tempat ini kemudian menjadi tempat nongkrong elit warga Eropa di Bandung.