Bertaruh Nyawa, Potret Warga Cikeusal Serang Gunakan Jembatan Bambu Rapuh untuk Seberangi Sungai Ini Memprihatinkan
Bahkan dikabarkan pernah ada warga yang meninggal dunia usai terjatuh dari atas jembatan saat menyeberangi sungai tersebut.
Perbaikan infrastruktur menjadi hal yang penting bagi masyarakat terutama di wilayah perdesaan. Sering kali ketiadaan fasilitas penunjang menyulitkan warga untuk beraktivitas sehari-hari, seperti yang dialami warga di Desa Katulisan, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang.
Di sana, penduduk harus menyeberangi Sungai Cisangu menggunakan jembatan ala kadarnya yang terbuat dari batang bambu. Akses penghubung ini dibuat secara swadaya oleh warga sekitar, karena ketiadaan fasilitas jembatan permanen.
-
Kenapa warga di kampung itu susah akses transportasi? Akses menuju kampung itu terbilang sulit. Pengunjung dengan kendaraan roda dua harus melewati jalan berpasir yang sempit di antara pohon-pohon jati yang membentang sejauh empat kilometer.
-
Kapan warga Kampung Adat Lebak Bitung menumbuk padi? Menariknya, padi yang ditumbuk adalah yang disimpan di leuit berusia empat sampai enam tahun dan masih sangat baik untuk dikonsumsi.
-
Apa yang ditemukan warga Dusun Kelor di bawah jembatan? Warga Dusun Kelor, Kalurahan Wonokerto, Kapanewon Turi, Sleman, dikejutkan dengan penemuan potongan tubuh manusia di bawah sebuah jembatan pada Rabu malam (12/7).
-
Bagaimana warga melewati jembatan gantung yang rusak itu? Setiap hari, pengguna harus berjalan perlahan sembari merayap dengan berpegangan pada tali sling baja di bagian sisi.
-
Kapan Jembatan Ciloseh ramai dikunjungi oleh warga untuk ngabuburit? Menurut informasi di kanal YouTube Sunda Katresna, Jembatan Ciloseh juga jadi tempat favorit warga untuk ngabuburit di bulan Ramadan.
-
Kenapa warga Kampung Cinungku kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari? Masyarakat Kampung Cinungku mengeluhkan akses listrik yang belum bisa maksimal masuk ke kampungnya. Sehingga mereka kesulitan untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Sayangnya, akses satu-satunya yang menghubungkan antara Desa Katulisan dengan Desa Panyabrangan ini kondisinya memprihatinkan karena sudah rapuh. Tak ada pilihan, karena jalur lain jaraknya memutar hingga 5 kilometer.
Warga Bertaruh Nyawa
Terlihat di lokasi bahwa jembatan hanya ditumpuk menggunakan 3 sampai 4 batang bambu saja. Warga juga merekatkannya menggunakan paku dan kawat, yang kekuatannya jauh dari kondisi standar.
Mereka harus siap bertaruh nyawa, karena pijakan yang kecil dan licin terutama saat hujan. Apalagi, jembatan dengan Sungai Cisangu terpantau cukup tinggi sekitar 8 meter dan panjang 15 meter sehingga sangat beresiko.
Bahkan menurut pemberitaan dari YouTube SCTV Banten, pernah ada warga yang dikabarkan meninggal dunia usai terjatuh dari atas jembatan saat menyeberangi sungai tersebut.
Jadi Satu-Satunya Akses Warga
Jalan memutar yang amat jauh membuat warga sekitar sangat mengandalkan jembatan ini. Setiap hari, anak-anak sekolah, warga yang bekerja dan ibu-ibu pengajian selalu melewatinya dengan hati-hati.
- Potret Tragis Warga Jember Pakai Air Sungai Kotor untuk Mandi, Tetap Nekat Meski Kulitnya Gatal-Gatal
- Bikin Warga Gemetar dan Takut Jatuh ke Sungai, Jembatan Gantung Desa di Lebak Ini Kondisinya Memprihatinkan
- 10 Potret Cara Kocak Penumpang Demi Tak Mabuk Kendaraan, di Luar Nalar Orang Biasa
- Cerita di Balik Peresmian Jembatan Merah Putih di Brebes, Kini Warga Desa Terpencil Tak Lagi Terisolasi
Jika dirasa tak berani, mereka akan mengurungkan niat untuk menyeberangi menuju desa tetangga karena kondisinya yang mengkhawatirkan.
“Jembatan ini biasa dilalui, paling sering itu anak sekolah, terus ibu-ibu pengajian dan ini jadi jalan umum untuk warga,” kata penduduk Cikeusal, Nuryana.
Sering Hanyut Terbawa Banjir
Karena dibuat dari bambu, maka struktur jembatan pun tidak bisa bertahan lama. Musim penghujan menjadi masa yang rawan bagi keberadaan jembatan, karena sering kali roboh terkena perubahan cuaca.
Kemudian, jembatan ini juga sering kali ambruk karena terbawa arus sungai yang tiba-tiba membesar. Tiang penyangga bambu yang hanya beberapa buah itu belum cukup kuat menahan derasnya aliran air.
“Sering roboh ini, kena banjir. Jadi dibangun lagi, dibangun lagi,” tambah Nuryana.
Warga Membutuhkan Jembatan Permanen
Karena keberadaannya yang sangat penting, warga sekitar pun memiliki mimpi agar jembatan permanen bisa dibangun. Apalagi keberadaannya sangat dibutuhkan untuk mobilitas antar dua desa.
Hadirnya jembatan permanen juga bisa mempermudah anak-anak di Cikeusal menjangkau tempat bersekolahnya. Sehingga tidak ada cerita ketika air sungai meluap ketika hujan, mereka terpaksa kembali ke rumah karena takut hanyut.
“Nggak jarang anak-anak sekolah pulang lagi, atau ada warga yang karena ngeliat posisi jembatannya kaya gini dan takut akhirnya balik lagi,” kata ketua RW setempat, Rojik.