Cerita Latief Hendraningrat Pakai Seragam Tentara Jepang saat Mengibarkan Bendera pada Proklamasi Kemerdekaan 1945, Ini Alasan di Baliknya
Terdapat momen tak terduga saat pengibaran bendera merah putih oleh Latief. Ketika itu, dirinya masih mengenakan seragam tentara Jepang dan tidak melepasnya
Pada 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir mendapat informasi bahwa pasukan Jepang telah menyerah tanpa syarat dan bersedia meninggalkan Indonesia. Pesan kemudian menyebar dan sampai di telinga para tokoh kemerdekaan dari golongan muda yang dipimpin Chairul Saleh.
Ketika itu, Dawis dan Wikana langsung diutus untuk mendesak Soekarno beserta golongan tua untuk lekas memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Tanggal 15 Agustus, mereka menemui Soekarno dan Mohammad Hatta namun gagal lantaran belum ada arahan resmi dari pemerintahan Jepang.
-
Bagaimana Soeharto memperoleh informasi lengkap tentang proklamasi kemerdekaan RI? Dari Koran Matahari yang Terbit di Yogyakarta 19 Agustus 1945, Soeharto Memperoleh Informasi Lengkap Soal Kemerdekaan RI.
-
Siapa yang bersama Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia? Pada tanggal 17 Agustus 1945, Hatta bersama Soekarno resmi memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta.
-
Apa yang sedang dilakukan Soeharto pada saat Proklamasi Kemerdekaan dibacakan? Pada saat Bung Karno mengumandangkan kemerdekaan kita itu, saya masih di Brebeg. Sedang melatih para prajurit
-
Apa arti dari istilah Jawa kuno "Merdeka iku yen Soekarno mbe Hatta baris rapi ning njero dompet. Yen sing baris Pattimura, berarti isih perjuangan."? "Merdeka iku yen Soekarno mbe Hatta baris rapi ning njero dompet. Yen sing baris Pattimura, berarti isih perjuangan."(Merdeka itu kalau Soekarno dan Hatta baris rapi di dalam dompet. Kalau yang baris Pattimura, berarti masih perjuangan)
-
Bagaimana surat kabar Waspada berperan dalam membantu kemerdekaan Indonesia? Keberadaan surat kabar ini menjadi bentuk sebuah dukungan dan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa yang berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Peringatan Hari Santri seyogyanya sebagai pengingat bahwa para santri punya andil besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, teruslah berjuang di jalan dakwah untuk memelihara persatuan dan kerukunan Tanah Air. Selamat Hari Santri Nasional 2023!
Tanggal 16 Agustus 1945 menjadi momen penentu penetapan kebebasan Indonesia dari cengkraman Jepang. Akhirnya pukul 03:00 WIB dini hari, golongan muda langsung menculik Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, untuk mendesak sekali lagi percepatan penetapkan kemerdekaan dan semuanya sepakat pembacaan dilangsungkan pada 17 Agustus 1945.
Seketika naskah disiapkan, serta segala penunjang termasuk pengerek bendera saat pembacaan naskah proklamasi. Salah satu nama yang dipilih sebagai pasukan pengibar bendera adalah Latief Hendraningrat.
Terdapat momen tak terduga saat pengibaran bendera merah putih oleh Latief. Ketika itu, dirinya masih mengenakan seragam tentara Jepang dan tidak melepasnya. Berikut kisahnya.
Perwakilan Golongan Muda yang Meyakinkan Soekarno
Mengutip esi.kemdikbud.go.id, menjelang tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari yang sibuk bagi Latief. Ia bersama golongan muda lainnya banyak berdiskusi, untuk meyakinkan Soekarno dan Mohammad Hatta agar lekas memproklamasikan kemerdekaan.
Upaya menyakinkan ini berkenaan dengan Soekarno dan Hatta yang tak ingin gegabah, dan masih menanti janji Jepang yang sebelumnya akan memberikan hadiah berupa kemerdekaan Indonesia. Latief dan para pemuda, kemudian menggebu-gebu dan meyakinkan bahwa hal itu adalah hal yang mustahil.
- Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi Mendarat di IKN, Jenderal Bintang Satu Terjun Langsung ke Lapangan
- Kemendagri Gelar Pencanangan Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera di Penajam Paser Utara
- Kisah Petani Madura Punya Sawah 30 Hektare di Jepang, Dulu Lahir dari Keluarga Miskin Kini Hidup Sejahtera Dihormati Banyak Orang
- Mengenang Momen Pengumuman Hari Lebaran di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia
Latief pun akhirnya berdiskusi dan meyakinkan lagi para golongan tua, bahwa upaya kemerdekaan adalah hak dari bangsa Indonesia dan bukan merupakan hadiah ataupun rayuan dari Jepang.
Bertugas Mengamankan Rumah Soekarno
Setelah terjadi perundingan yang hebat, akhirnya Soekarno bersedia membacakan teks naskah proklamasi. Para pemuda kemudian mengumumkan bahwa akan memproklamasikan kemerdekaan di lapangan Ikada pada tanggal 17 Agustus siang.
Di hari yang dinanti, ratusan warga berjubel dan berdesakan memadati lapangan tersebut. Tampak pasukan Jepang disiagakan di sana. Namun sampai menjelang sore pembacaan tidak kunjung dilakukan.
Rupanya, Soekarno meminta agar pembacaan dilangsungkan di kediamannya yakni Jalan Pegangsaan Timur nomor 56, Jakarta Pusat. Hal ini merupakan upaya, untuk menghindari bentrokan dengan pasukan Nippon dari Jepang.
Di awal sebelum pembacaan Latief ditugaskan untuk berjaga di sekitar rumah Soekarno bersama pasukan Pembela Tanah Air (PETA) lainnya.
Latief Mengenakan Seragam Tentara Jepang
Setelah pembacaan teks proklamasi, Latief kemudian diminta membawa dan mengibarkan bendera merah putih.
Namun terjadi momen unik, karena Latief yang bertugas mengerek bendera ini masih mengenakan seragam tentara PETA (Pembela Tanah Air), paramiliter yang dibentuk Jepang.
Walau begitu, Latief berhasil menjalankan tugasnya dengan baik. Berkat kecekatannya, bendera merah putih bisa berkibar di tiang bambu. Menandakan bahwa negara Indonesia telah lahir dan bebas dari intervensi penjajah.
Setelahnya, Mohammad Hatta meminta wartawan, para pemuda dan masyarakat memperbanyak informasi kemerdekaan Indonesia.
Latief Hendraningrat Anggota PETA
Terkait Latief masih mengenakan seragam pasukan militer Jepang, adalah karena ia merupakan anggota PETA. Sebelum pembacaan teks proklamasi, jabatan terakhir Latief adalah Chudanco atau Komandan Kompi untuk wilayah operasional Jakarta.
Latief tertarik bergabung dengan PETA lantaran semangat untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan. Ketika itu, Latief juga memiliki latar belakang militer dan bergabung dengan Seinendan atau organisasi pelatihan pemuda untuk membantu militer Jepang.
Latief sendiri diketahui lahir di Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Pusat, 15 Februari 1911. Karir kemiliterannya cukup panjang, dan membuatnya menjadi salah satu golongan muda yang mendorong kemerdekaan agar segera terlaksana.