Istilah 'Stunting' Ada di Naskah Sunda Kuno Abad ke-16, Disebutkan Juga Cara Rawatnya
Orang tua Sunda zaman dahulu rupanya sudah mengenal istilah stunting. Bahkan mereka sudah mengetahui cara penanganannya sejak abad ke-16.
Orang tua Sunda zaman dahulu sudah mengenal istilah stunting. Bahkan cara ini sudah dipakai sejak abad ke-16.
Istilah 'Stunting' Ada di Naskah Sunda Kuno Abad ke-16, Disebutkan Juga Cara Rawatnya
Stunting menjadi perhatian setiap orang tua karena menghambat pertumbuhan anak. Mereka yang terkena stunting akan memiliki postur di bawah rata-rata. Menariknya masalah ini mampu dideteksi dengan baik oleh orang Sunda sejak anak dalam kandungan. Lantas bagaimana penanganan dan perawatannya? Simak ulasan berikut.
-
Kenapa stunting bisa terjadi? Faktor penyebab stunting meliputi pola makan yang tidak sehat, kekurangan gizi, akses terbatas terhadap asupan makanan bergizi, serta infeksi kronis seperti diare dan penyakit pernafasan.
-
Bagaimana cara orang Sunda menunjuk arah? Selain mengatakan punten, sisi sopan santun lainnya di kalangan warga Sunda adalah menunjuk arah menggunakan jempol. Tak hanya itu, jari-jari lainnya juga harus digenggam sembari mengarahkan jari jempol ke jalan yang ditanyakan. Lalu si pemberi arah juga diharuskan sedikit membungkukkan badan sebagai upaya menghormati si penanya.
-
Apa itu stunting? Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kurangnya asupan makanan yang bergizi dan infeksi kronis pada periode pertumbuhan mereka.
-
Kenapa calon pengantin perlu memahami stunting? Ketua Tim Informasi Komunikasi Kesehatan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Marroli J Indarto menjelaskan, para calon pengantin diharapkan segera memahami stunting, sebelum mereka menikah. Pasalnya, kurangnya pemahaman akan stunting dapat berakibat buruk pada anak yang akan dilahirkan.
-
Kenapa stunting berbahaya bagi anak? Melansir dari halodoc, para orang tua jangan menyepelekan stunting pada anak. Tahukah kalian, kondisi ini mampu memberikan dampak buruk pada kesehatan tubuh anak. Mulai dari terjadi gangguan pertumbuhan, penurunan fungsi perkembangan saraf dan kognitif hingga risiko peningkatkan penyakit kronis ketika anak beranjak dewasa.
-
Bagaimana cara Kemenkes menekan angka stunting di Indonesia? 'Harus ada upaya yang inovatif, perlu memperkuat intervensi yang ada targetnya agar bisa sama-sama menurunkan angka stunting,' ujar Laila Mahmuda di acara Media Gathering yang diselenggarakan oleh Halluu World & Sensitif di Mall of Indonesia (MOI), Kamis (24/08).
Sudah dilakukan orang tua Sunda sejak Abad ke-16
Menurut Ahli sejarah dan filologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Dr. Elis Suryani Nani Sumarlina, dikutip dari ANTARA, orang tua Sunda memang telah mengenal istilah gagal tumbuh pada anak atau dalam bahasa sekarang dikenal sebagai stunting. Menurut penuturannya, pola-pola perawatan anak agar bisa tumbuh dengan baik dan sehat tertuang di dalam naskah berjudul “Sanghyang Titisjati Pralina”. Beberapa narasi menyampaikan bagaimana anak tersebut bisa lahir dengan sehat dan sempurna. "Salah satunya agar kondisi di mana tinggi badan seorang anak tidak pendek dibanding tinggi badan orang lain seusianya, dalam arti agar anak tidak gagal tumbuh kembang," kata dia.
Memijat jadi salah satu cara
Elis mengatakan bahwa cara perawatan dan penangan stunting telah banyak tertuang di literatur buhun orang Sunda. Beberapa naskah di antaranya Bihari (kuno), Kamari (masa peralihan/klasik) dan Kiwari (masa kini). Di antara naskah-naskah tersebut dijelaskan secara detail tata cara perawatan anak sejak dalam kandungan. Terdapat juga beberapa adat pengiring agar ibu dan bayi sehat dan selamat. Kemudian, tertulis juga jenis-jenis tanaman obat yang bisa digunakan, dan bagaimana pemanfaatannya saat bayi dalam keadaan sakit.
Paraji mempunyai peran
Untuk menangani dampak atau mencegah stunting itu sendiri, orang Sunda kuna memakai jasa paraji atau ahli pengobatan tradisional khusus ibu dan anak. Di sana paraji akan melakukan sejumlah upaya mulai dari melakukan perawatan bayi sejak dalam kandungan, menjaga kondisi ibu hamil, dan memanfaatkan serta mengolah tanaman obat yang bermanfaat. Paraji biasanya dipercaya oleh masyarakat kepada perempuan. Dia memiliki fungsi untuk membantu perawatan ibu dan bayi. Paraji juga menaruh perhatian penuh kepada anak-anak.
Cara merawat bayi sejak dalam kandung sampai lahir
Di dalam naskah naskah “Sanghyang Titisjati Pralina” terdapat beberapa judul untuk mencegah stunting seperti: Jampe Keur Kakandungan, Jampé Tujuh Bulan, Ngajampé nu Kakandungan, Jampé ngalahirkeun, Jampé Orok Medal. Saat bayi lahir: Jampé Motong Tali Ari-Ari, Jampé Ngaranan Orok, Jampé Kandungan nu Elat Lahir, Jampé Tampek, Jampé Lamun Orok Ceurik baé, Jampé Lamun Orok Harééng, Jampé Meuseul Orok, dan Jampé Nyeri Beuteung. Dalam judul-judul itu merangkum cara penanganan stunting mulai dari bayi belum lahir, sampai cara perawatannya ketika lahir.
Bisa jadi referensi
Elis menuturkan bahwa informasi praktik perawatan bayi dan ibu yang tertuang di dalam naskah Sunda kuna bisa menjadi referensi untuk mewujudkan generasi yang sehat. "Ini setidaknya dapat menjadi referensi literasi untuk generasi muda di zaman teknologi canggih saat ini, yang akan berperan menjadi ibu, sebagai garda terdepan dalam pendidikan informal, dalam upaya mengurus, membimbing, mendidik, mengasuh anak, agar sehat dan kuat," katanya.
- Mengenal Sosok Suiza Ixan Saputro, Lurah Bontang Kuala Punya Cara Unik Atasi Stunting
- Pola Asuh Orang Tua Punya Peran Penting Cegah Stunting
- Penanganan Stunting Terbaik Se-DIY, Bupati Sleman Targetkan Turun Dibawah 14 Persen
- Heboh Menu Cegah Stunting di Depok Hanya Tahu dan Kuah Sayur, Ini Penjelasan Dinkes