Jadi Cerita Turun-Temurun, Warga Desa di Garut Ini Dilarang Pelihara Burung Beo
Menurut kisahnya, di zaman dahulu terdapat keluarga dari sebuah kerajaan yang pernah berdiri di sana. Mereka sempat diterpa isu fitnah yang salah satunya melibatkan burung beo.
Kampung Cilayung di Desa Karyamukti, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Garut, Jawa Barat memiliki kisah masa lalu yang masih dipercaya secara turun temurun. Di sana terdapat urban legend tentang warga setempat yang tak boleh memelihara burung beo. Dipercaya, ini terkait pesan leluhur atas peristiwa memilukan yang pernah terjadi di masa lampau.
Dalam kanal YouTube Petualangan Alam Desaku yang dikutip Merdeka, Rabu (3/5), kisah tersebut disampaikan oleh warga setempat. Menurut kisahnya, di zaman dahulu terdapat keluarga dari sebuah kerajaan yang pernah berdiri di sana. Mereka sempat diterpa isu fitnah yang salah satunya melibatkan burung beo.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
Sejak urban legend itu terkenal, masyarakat setempat memercayai jika memelihara burung tersebut akan membuat sebuah peristiwa yang tidak mengenakkan.
“Jadi di kampung ini terdapat kisah dari seorang perempuan bernama Ambu Siti Ningrum yang dulu pernah diselingkuhi, kabar ini didapat dari seekor burung beo,” kata salah satu warga setempat, Rosidah.
Burung Beo Membawa Kabar Fitnah
Suasana Jalan Setapak Menuju Kampung Cilayung di Garut ©2023 YouTube Petualangan Alam Desaku/ Merdeka.com
Ambu Siti Ningrum merupakan istri pertama dari seorang tokoh dari sebuah kerajaan kecil yang pernah berdiri di Kampung Cilayung. Ia mendapatkan fitnah dari istri muda suaminya yang disampaikan melalui burung beo.
Awalnya, istri muda bercerita kepada burung beo jika Ambu Siti Ningrum telah berselingkuh hingga pesan tersebut disampaikan kepada suaminya yang merupakan raja. Mendengar kabar dari burung itu, sang raja yang bernama Eyang Waliyudin Patijayakusumah marah besar kepada istri tuanya tersebut.
Ketika itu, Ambu Siti Ningrum diminta untuk berani mengucapkan sumpah serapah jika dirinya tidak melakukan perselingkuhan itu.
Ada Dugaan Ingin Menguasai Harta
Menurut kepercayaan, muncul dugaan jika istri muda yang melakukan fitnah ingin menguasai harta dari kerajaan tersebut. Ketika itu, sang istri muda terus memojokkan Ambu Siti Ningrum hingga ia merasakan sakit hati yang teramat sangat.
Untuk menghilangkan rasa sakitnya, Ambu Siti Ningrum sempat menenangkan diri ke Gunung Uyung, dan duduk di sebuah tempat yang teduh dan saat matahari terbenam. Di sana, kondisi istri pertama itu makin kacau karena terus menerus difitnah.
Atas kejadian itu, Ambu Siti Ningrum lantas sakit hati dengan fitnah tersebut dan akhirnya berani mengucap sumpah.
“Jadi berkat rasa sakit yang amat mendalam, Ambu Siti Ningrum ini lantas menyendiri ke sebuah tempat bernama Gunung Layung,” kata Rosidah lagi.
Bersumpah Tidak Berselingkuh
Rasa kesalnya makin memuncak lantaran rumah tangganya semakin tidak stabil. Fitnah terus datang, sehingga membuat suaminya tidak percaya lagi. Di akhir kisah, Ambu Siti Ningrum akhirnya tegas bersumpah bahwa ia tidak berselingkuh.
Ia juga meminta disembelih oleh suaminya jika ia benar melakukan tindakan demikian, darah yang keluar itu berwarna merah. Namun jika ia tidak berselingkuh, darah yang akan keluar adalah putih mirip air beras.
Setelahnya ia betul-betul disembelih oleh suaminya, hingga darah yang keluar adalah berwarna putih sehingga membantah tuduhan tersebut.
“Jadi setelah dilakukan oleh suaminya (disembelih) keluarlah darah berwarna putih, yang artinya Ambu Siti Ningrum tidak berselingkuh. Saat ini terdapat petilasannya juga tak jauh dari sini,” kata Rosidah lagi.
Warga Tak Boleh Pelihara Burung Beo
Usai peristiwa itu, para leluhur kemudian tidak mengizinkan keturunannya untuk memelihara burung beo. Ini karena unggas tersebut dianggap membawa petaka bagi rumah tangga raja tersebut.
Dituturkan Rosidah, burung beo menjadi pantangan yang tak boleh dilanggar. Jika terdapat warga setempat yang berani melawan petuah itu, kejadian tak diinginkan bahkan sampai kematian bisa terjadi bagi pemilik.
“Jadi ini seperti pantangan, jika ada warga yang memiliki burung beo umurnya tidak akan panjang,” ungkapnya.
Kemudian, pantangan lainnya adalah bahwa kaum perempuan di sana tidak boleh memiliki rambut yang panjangnya melebihi tubuh. Artinya, ketika rambutnya sudah bisa digulung seperti bola, harus dipotong.
“Jadi kalau rambutnya sudah bisa digulung seperti bola karena panjang sekali itu tidak boleh,” katanya.
Alasan ini dipercaya untuk menghormati mendiang Ambu Siti Ningrum yang dahulu memiliki rambut demikian.