Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita dan rasa ikhlas.
Mengenal Bebehas, Tradisi Mengumpulkan Beras ala Masyarakat Muara Enim yang Mulai Ditinggalkan
Muara Enim merupakan sebuah kabupaten yang masuk dalam wilayah provinsi Sumatra Selatan. Daerah ini begitu terkenal dengan hasil buminya di bidang pertambangan. Maka dari itu, di sini terdapat perusahaan tambang yang cukup besar yaitu PT Bukit Asam.
Tak hanya kaya dengan hasil buminya saja, Muara Enim juga memiliki beragam adat istiadat dan budaya yang sudah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. (Foto: Pixabay)
-
Siapa yang mengumpulkan beras? Bupati Banyuwangi saat itu, R. Oesman Soemodinoto, menjadi ketua komite yang mengurus pengumpulan beras dan proses pemberangkatan kapal ke India.
-
Dimana Emping Beras berasal? Salah satu makanan tradisional asal Bangka Belitung adalah Emping Beras.
-
Dimana beras dikumpulkan? Pada 2 Juli 1946, koran Kedaulatan Rakjat yang terbit di Yogyakarta memberitakan bahwa di Banyuwangi sudah terkumpul sekitar 20.000 ton beras untuk India.
-
Apa itu Emping Beras? Salah satu makanan tradisional asal Bangka Belitung adalah Emping Beras. Uniknya, biasanya Emping terbuat dari melinjo, namun berbeda dengan Emping yang ada di Bangka. Emping dari Bangka terbuat dari beras.
-
Dimana tradisi Mupus Braen Blambangan berkembang? Tradisi ini muncul dan berkembang di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi.
-
Apa itu Bekasam? Makanan ini diolah melalui proses fermentasi alami. Di beberapa daerah, nama hidangan ini juga disebut pakasam atau iwak samu. Meski melalui proses fermentasi, tampilan bekasam ini sungguh menggugah selera dengan cita rasa asam dan juga gurih yang berpadu menjadi satu.
Salah satu tradisi di Muara Enim adalah bebehas, yakni kegiatan mengumpulkan beras yang dulunya dilakukan ketika sebuah keluarga mengadakan hajat, atau acara pernikahan yang disebut Ngantenkan.
Kegiatan Kaum Perempuan
Melansir dari situs indonesiakaya.com, tradisi Bebehas ini secara umum dilakukan oleh kaum perempuan yaitu ibu-ibu dan remaja putri. Dalam prosesnya, Bebahas dilaksanakan secara gotong-royong.
Dalam tradisi Bebahas ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, di antaranya mulai dari memisahkan padi dari tangkainya atau yang biasa disebut dengan mengirik.
Setelah seluruh padi dipisahkan dari tangkainya, biji-biji padi tadi kemudian dijemur. Tahap ini mereka sebut dengan mengisal.
Tahapan selanjutnya, padi yang sudah dijemur kemudian masuk ke tahap ditumbuk dengan menggunakan lesung. Proses ini berguna untuk memisahkan isi padi dengan kulitnya.
Barulah setelah bulir padi terkupas dimasukkan ke sebuah alat yang terbuat dari balok kayu atau disebut isaram.
Bawa Hasil ke Tuan Hajat
Setelah seluruh rangkaian di atas selesai dilakukan, hasil panen padi tadi dibawa ke tempat tuan rumah yang akan mengadakan hajat. Sebagai ucapan terima kasih, tuan rumah hajat akan memberikan oleh-oleh berupa bakul berisi bahan makanan.
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita dan rasa ikhlas.
Tergerus Zaman
Salah satu tradisi warisan masyarakat Muara Enim ini sudah semakin jarang dilakukan karena tergerus zaman.
Hal ini dipicu oleh kehidupan masyarakat yang mulai jarang menerapkan konsep gotong-royong dan cenderung memiliki rasa individual.
Hal ini dipicu oleh kehidupan masyarakat yang sudah tidak menerapkan konsep gotong-royong. Masyarakat modern cenderung memiliki rasa individual.