Kisah Inspiratif Apih Uta, Lentera Bagi Rebab Sunda yang Hampir Punah
Apih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.
Apih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.
Kisah Inspiratif Apih Uta, Lentera Bagi Rebab Sunda yang Hampir Punah
Kepekaan pendengaran menjadi modal utama Apih Uta untuk melestarikan rebab. Ia tak ingin alat musik gesek ini punah. Kecintaannya membawa Apih Uta mementaskannya dari satu tempat ke tempat lain walau memiliki keterbatasan pengelihatan.
Sosok Apih Uta bersahaja. Ia asyik bercerita panjang lebar tentang alat musik nenek moyang ini. Keindahan nada rebab membuatnya jatuh cinta dan terus memainkannya.
-
Bagaimana Purbalaras mempertahankan kelestarian alat musik Sunda? Dedi pun terus melestarikannya, dengan menjaga kualitas produk dan mutu penjualan.
-
Kapan Sholawat Badar sering dibaca? Sholawat Badar juga kerap menjadi bagian dari perayaan Maulid Nabi dan kegiatan keagamaan lainnya.
-
Mengapa Gamelan Purbalaras memproduksi alat musik tradisional Sunda? Khusus Gamelan Sunda Menurut Dedi, produk utamanya adalah gamelan Sunda yang terdiri dari degung hingga salendro.
-
Apa makna dari lirik "Cublak-cublak Suweng"? Makna Lirik Cublak-cublak Suweng dapat diartikan sebagai berikut. Cublak-cublak suweng (tempat anting); Suwenge ting gelenter (antingnya berserakan); Mambu ketundhung gudel (berbau anak kerbau); Pak empong lera lere (bapak ompong menggeleng-gelengkan kepala); Sapa ngguyu ndhelikkake (siapa tertawa dia yang menyembunyikan; Sir sir pong dhele kopong (kedelai kosong tidak ada isinya).
-
Apa arti Sholawat Adrikni? Artinya: Rahmat dan sejahtera semoga dicurahkan kepadamu wahai Rasulullah, peganglah tanganku, sedikit sekali upayaku maka temukanlah aku.
-
Apa yang menjadi ciri khas musik campursari Agus Sarondeng? Ciri khas musik campursari Agus ialah penggunaan gamelan. Ia bersiteguh mempertahankan instrumen gamelan sebagai upaya agar anak-anak muda kenal dengan budaya Jawa.
Menurut Apih Uta, rebab berbeda dengan gitar. Ia hapal betul dengan karakteristiknya yang memiliki senar, juga dimainkan secara gesek. Alat musik ini juga mudah ditenteng, karena ukurannya yang tak sebesar alat musik petik lainnya.
Dalam kanal Youtube Restu Reynaldi, Apih Uta berbagi kisah tentang rebab yang melegenda di tanah Sunda.
“Kalau gitar mah dipetik, kalau ini beda. Ini digesek, dengan jumlah senar yang hanya dua. Cara memainkannya juga hanya disimpan di bawah saja, berbeda dengan biola yang juga digesek namun harus ditaruh di Pundak,” katanya.
Mengalun Nada Indah
Dari alat musik ini, mengalun nada-nada indah dari gesekan tangan luwesnya. Apih Uta selalu memainkan rebab dengan perasaan. Ia sadar, modalnya hanya hati dan pendengaran.
Ini yang membuat permainan rebabnya selalu indah didengarkan. Ini juga menekan bahwa hati dan pendengaran lebih mampu mengontrol nada, dibanding pengelihatan.
“Memainkannya juga bisa nyorog (agak menukik ke bawah untuk menggesek senarnya),” tambah Apih uta.
Pandai Memainkan Rebab Sejak Usia 15 Tahun
Dalam laman Napak Jagat Pasundan, terungkap jika Apih Uta sudah puluhan tahun berkecimpung di kesenian ini. Bahkan, ia sudah mulai menggunakannya secara mahir sejak 15 tahun.
Pria asal Kecamatan Purwadadi itu juga sudah kesohor sebagai pemain rebab. Hajatan demi hajatan ia sambangi untuk mentas. Panggilan untuk meramaikan acara juga sering ia terima. Namun itu dulu.
- Kisah Inspiratif Pasutri Asal Riau Raih Gelar Doktor Bareng di ITS, Awalnya Berteman lalu Jatuh Cinta
- Kisah Hidup 3 Pria Bisa Bertahan Hidup setelah Sang Ibunda Meninggal Dunia, Kini Tinggal dengan Ayah dan Ibu Sambung
- Kisah Inspiratif Anak Petani Asal Jember yang Kini Jadi Dosen Ini Viral, Curi Perhatian
- Inspiratif, Begini Kisah Para Lansia di Jateng Tetap Semangat Tunaikan Ibadah Haji
“Kalau dulu, kesenian-kesenian itu kan dekat ya,” terang Uta
Terpaksa Ngamen Karena Pandemi Covid-19
Saat muncul wabah Covid-19 beberapa tahun ke belakang, geliatnya di dunia rebab kian terasa berkurang.
Pasalnya selama ini, ia hanya mengandalkan hajatan maupun acara kebudayaan untuk mencari nafkah. Apih Uta akan mendapat uang saat ada panggilan pentas.
Setelah pandemi mereda, nasibnya tak kunjung berubah. Bahkan, ia terpaksa harus mengamen di pelataran Pasar Purwadadi Purwakarta.
Jadi Maestro yang Harus Diperhatikan Pemerintah
Kiranya kehidupan seniman perlu campur tangan pemerintah, terutama untuk kemudahan pementasan dan saat terdampak pandemi Covid-19. Ini untuk menghindari seniman-seniman yang mengharumkan nama daerah harus kesulitan menanggung hidup, seperti Apih Uta.
Sampai saat ini, Apih Uta masih setia dengan rebabnya. Bahkan ia juga mampu memainkan alat musik kecapi yang juga legendaris.
Apih Uta bersama rebabnya menolak punah digerus zaman.