Kisah Unik Masjid Caringin di Pandeglang, Tiangnya dari Satu Pohon Dibelah Empat
Provinsi Banten menjadi salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak masjid peninggalan masa lalu. Beberapa di antaranya memiliki kisah yang unik seperti Masjid Caringin yang ada di Kabupaten Pandeglang.
Provinsi Banten menjadi salah satu daerah di Indonesia yang memiliki banyak masjid peninggalan masa lalu. Beberapa di antaranya memiliki kisah yang unik seperti Masjid Caringin yang ada di Kabupaten Pandeglang. Konon, pilar pada bangunan di dalam masjid ini menggunakan satu pohon yang dibelah menjadi empat.
Daya tarik Masjid Caringin tak sampai di situ. Dikisahkan masjid yang juga bernama Salafie/Salafiah ini pernah menjadi saksi bisu dari dahsyatnya letusan gunung api Krakatau tahun 1883 silam.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Sebelumnya, masjid ini merupakan peninggalan masyarakat muslim Banten di bawah pimpinan Gubernur Hindia Belanda, Herman Willem Daendels.
Berikut kisah uniknya, yang dirangkum Merdeka, Rabu (6/4).
Berada di Pinggir Jalan Carita, Pandeglang
Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Masjid Caringin terletak di Jalan Raya Carita Km. 2, Desa Caringin, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang. Posisinya persis berada di pinggir jalan, dengan dikelilingi tembok berwarna putih.
Masjid ini didirikan oleh Ki Agung Asnawi Caringin, sosok ulama asli desa setempat yang gigih melawan penjajah. Dahulu, di kawasan tersebut juga berdiri sebuah pesantren yang dikelola oleh Asnawi Caringin.
Pesantren yang didirikan Asnawi dan terletak di dekat masjid menjadi tempat untuk mendalami ilmu Agama Islam dengan spesialisasi ilmu fiqih, tasawuf, sampai ilmu beladiri. Sebelumnya Asnawi mempelajari ilmu itu dari Syekh Abdul Karim Tanara, yang merupakan ulama Banten yang tinggal di Makkah.
Pilarnya dari Satu Pohon yang Dibelah Empat
Saat memasuki area dalam bangunan masjid, tampak nuansa lawas begitu mendominasi. Dan yang menarik perhatian adalah empat pilar yang berada di dalam bangunan utama.
Sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Beranda Islami, pilar-pilar yang berfungsi sebagai penyangga utama setinggi 4 sampai 5 meter tersebut konon berasal dari satu pohon yang dibelah menjadi empat bagian.
Menurut pihak pengurus, kayu yang digunakan sebagai tiang utama itu merupakan kayu limus. Karena memiliki ukuran yang sangat besar, akhirnya dibagi menjadi empat bagian dan difungsikan sebagai penyangga atap.
Satu-satunya Bangunan yang Bertahan Dihantam Tsunami Krakatau
Masjid Caringin di masa lalunya juga tak luput dari bencana maha dahsyat erupsi Gunung Krakatau pada tahun 1883. Ketika itu letusannya menimbulkan gempa bumi dan gelombang Tsunami setinggi 120 kaki.
Akibat bencana itu, seluruh bangunan di sekitar masjid tersapu bersih oleh gelombang laut besar. Diperkirakan korban jiwa yang meninggal mencapai 35.500 orang.
Usai banjir reda, banyak ditemui bangunan serta rumah warga yang hancur hingga rata dengan tanah. Namun yang menarik, bagian mimbar masjid Caringin ditemukan tetap utuh, sehingga pengurus masjid merasa perlu merawatnya.
Diperkirakan, mimbar tersebut berasal dari abad 18. Hal itu tampak dari ukirannya yang terkesan lawas dengan karakter buah-buahan termasuk sisi kaligrafi Arab.
Pada tahun 1980-1981, Masjid Caringin ini pernah dipugar oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala yang sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten.
Kegiatan renovasi tersebut merupakan upaya penyelamatan dari bahaya pelapukan. Selain itu membangun bangunan baru untuk tempat generator dan kamar mandi.
Punya Penanda Waktu Sendiri
Petunjuk waktu salat tradisional
©2022 kebudayaan.kemdikbud.go.id/Merdeka.com
Pada halaman timur masjid, terdapat istiwa atau alat penunjuk waktu yang menggunakan sinar matahari.
Alat ini berbentuk seperti huruf L berukuran panjang 100 cm, lebar 50 cm, dan tinggi 50 cm. Tubuhnya berbentuk kubus dengan bagian kaki yang berlapik (mirip tikar). Pada sisi utara dan selatan terdapat busur setengah lingkaran dan dibagi menjadi 12 bagian.
Sayangnya penunjuk waktu tersebut jarang digunakan karena banyak jemaah masjid yang tidak mengerti cara menggunakannya.