Melihat Pembuatan Golok Asli Kecamatan Petir Serang, Dikenal Tajam dan Berbahan Pijakan Kuda
Golok asli setempat dikenal sangat tajam, sehingga bisa dengan mudah merobek benda.
Besi yang digunakan berasal dari pijakan kuda maupun ranjang tua.
Melihat Pembuatan Golok Asli Kecamatan Petir Serang, Dikenal Tajam dan Berbahan Pijakan Kuda
Sebagai daerah yang dikenal dengan seni debusnya, Banten juga identik dengan kerajinan golok yang melegenda. Bahkan golok asli setempat dikenal sangat tajam, sehingga bisa dengan mudah merobek benda. (Foto: YouTube TPID Kecamatan Petir)
-
Apa itu tradisi Dudus di Banten? Dudus jadi tradisi unik yang dimiliki warga Karundang Tengah, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten.Gambar: YouTube SCTV Banten Sesuai namanya, Dudus berarti tradisi mandi kembang dan sudah jadi warisan turun temurun dari leluhur di Cipocok Jaya.
-
Siapa yang mengenalkan tradisi Panjang Mulud di Banten? Ditarik asal usulnya, ternyata tradisi Panjang Mulud sudah berlangsung sejak era Kesultanan Banten. Waktu itu, Sultan Ageng Tirtayasa mengenalkan tradisi ini sebagai salah satu upaya dakwah agar kehadirannya diterima masyarakat.
-
Bagaimana tradisi adu tangkas Domba Garut berkembang? Adu tangkas ini semakin populer ketika periode kepemimpinan Bupati Garut yaitu RAA Soeria Katalegawa pada tahun 1915 sampai 1929. Kemudian diteruskan oleh putranya bernama Kanjeng Dalem RAA Moesa Soria Kartalegawa.
-
Apa yang dilakukan warga dalam tradisi Gusaran dan Ngadokdok? Suara angklung dan kendang gendong mengalun nyaring siang itu. Beberapa warga tampak berkeliling Kampung Cikiray, Desa Salawu, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, sembari membunyikan alat musik tradisional.
-
Bagaimana cara masyarakat Bangka Belitung menjalankan tradisi Kelekak? Kelekak adalah tanaman buah yang bisa dimanfaatkan hasilnya dan sudah berbentuk layaknya hutan. Tak tanggung-tanggung, masyarakat pedesaan di Bangka Belitung sudah melakukan Kelekak hingga seluas dua hektare bahkan lebih.
-
Mengapa tradisi Panjang Mulud di Banten sangat meriah? Kemudian, alasan mengapa tradisi ini selalu digelar meriah karena masyarakat Banten menganggapnya sebagai hari raya ketiga setelah Idulfitri dan Iduladha.
Sebagai daerah yang dikenal dengan seni debusnya, Banten juga identik dengan kerajinan golok yang melegenda. Bahkan golok asli setempat dikenal sangat tajam, sehingga bisa dengan mudah merobek benda. Uniknya, golok di sini menggunakan besi dari bekas pijakan (sepatu) kuda serta besi ranjang tua yang sudah tidak terpakai. Meski demikian, hasilnya jangan diragukan, karena golok khas wilayah perbatasan Serang dengan Pandeglang itu terkenal kokoh. Menurut cerita dari para perajin, rata-rata pembuatnya di masa sekarang merupakan cicit-cicit dari maestro pembuat golok di masa lampau. Berikut kisahnya.
Diwariskan turun-temurun
Salah satu perajin, Bakreni (44) menceritakan ilmu pembuatan golok yang ia dapatkan dari kakek buyutnya. Menurut dia, saat ini sudah menjadi pembuat di generasi keenam sejak awal merintis. Artinya, pembuatan golok di tempatnya sudah berlangsung puluhan tahun sampai sekarang. “Sudah dari remaja saya diajarkan kakek sampai bapak saya untuk menempa besi sampai mengukir sarung golok, Alhamdulillah rezekinya sampai sekarang dari penjualan golok ini,” kata dia, Selasa (25/7) dirujuk dari ANTARA.
Pembuatan golok khas Kecamatan Petir
Golok khas Kecamatan Petir atau tepatnya di Desa Seuat memiliki cara yang unik dan dibagi ke dalam dua tahapan. Pertama, besi dari pijakan kuda maupun ranjang tua dikumpulkan dan dipanaskan. Setelahnya besi tersebut ditempa sampai setengah jadi. Kemudian tahap kedua, pengerjaan dilakukan oleh orang berbeda untuk memperhalus golok dan membuat motif serta ukiran di sarungnya. Seluruhnya dikerjakan secara berkelompok oleh warga desa setempat. Untuk golok berbahan pijakan kuda serta bekas ranjang tua ini dinamakan golok Sulangkar.
Pemasarannya masih terbatas di rumah produksi, alias pembeli akan datang langsung ke rumah produksi atau dibawa ke pasar tradisional.
Ciri golok Sulangkar asli
Mengutip laman Kemdikbud, golok Sulangkar yang asli memiliki ciri fisik yang bisa dilihat secara kasat mata. Pertama, golok ini memiliki serat yang hanya tiga garis atau urat serat saja dengan warna hitam kemerahan. Kemudian golok Sulangkar juga memiliki garis yang besar, karena sifatnya yang mudah cair ketika dipanaskan. Lalu serat kemerahan mirip karat juga akan terlihat dan terkadang mirip tumpul, padahal golok ini memiliki sifat yang sangat tajam.
"Saya khusus bagian menempa, satu jam menghasilkan 8 tempaan golok. Saya generasi ke-4, memang dari nenek moyang,"
kata perajin lainnya yang lebih senior sejak 1981, Suheri.
merdeka.com
Gagangnya berbahan tanduk kerbau
Keunikan lainnya dari golok Sulangkar di Desa Seuat, Kecamatan Petir adalah gagangnya yang berbahan tanduk kerbau. Untuk mempercantiknya maka diberi hiasan juga di bagian sarung dan gagangnya. Rata-rata keuntungan para perajin bisa sekitar Rp400 ribu bahkan lebih, tergantung banyaknya pesanan. Harga golok Sulangkar cukup tinggi, bisa mencapai angka jutaan rupiah.
"Golok yang gagangnya dari tanduk kerbau. Sarungnya juga dari tanduk kerbau atau full dari tanduk, harganya bisa mencapai jutaan rupiah,"
kata perajin lainnya, Bahari (50).
merdeka.com
Mengangkat ciri khas Banten
Golok asli Desa Seuat ini juga diketahui mengangkat kebudayaan asli Banten melalui kerbaunya. Seperti yang selama ini kita tahu, hewan kerbau menjadi andalan masyarakat Banten karena membantu perekonomian.
Kerbau-kerbau ini laku keras saat diternakkan, dan bisa memudahkan para petani membajak sawah. Motif dan ukiran dengan ciri khas kerbau bisa dilihat dari golok tersebut. Meskipun golok bergagang tanduk kerbau mahal hingga Rp8 juta per buahnya, namun masih tetap jadi buruan bagi peminatnya.
Golok Sulangkar dan kekuatan magisnya
Bagi masyarakat Banten, golok Sulangkar menjadi senjata tradisional yang sakral. Ini terkait bahan bakunya yang menggunakan besi tua yang disinyalir tetap hidup saat dijadikan bahan golok. Besi tua dari golok Sulangkar juga diyakini memiliki nyawa, sehingga dipercaya memiliki kekuatan magis.
Terdapat nilai budaya ke-Bantenan dari golok tersebut, yakni dari segi pembuatannya yang berdasarkan turun-temurun, motif dan coraknya yang unik berbahan tanduk. Selanjutnya terdapat nilai magis dan spiritual individual terkait pengalamannya menggunakan golok tersebut.