Mengenal Budaya Khataman Al-Qur'an Ala Masyarakat Betawi, Dulu Anak-Anak Diarak Keliling Kampung
Tradisi ini sudah jadi bagian dari masyarakat Betawi dan kini masuk kategori Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Tradisi ini sudah jadi bagian dari masyarakat Betawi dan kini masuk kategori Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Mengenal Budaya Khataman Al-Qur'an Ala Masyarakat Betawi, Dulu Anak-Anak Diarak Keliling Kampung
Di tengah kesibukan dan hiruk pikuk dunia modern, budaya mengkhatamkan Al-Qur'an tetap
menjadi tradisi yang memperkaya rohani umat Islam. Ini yang masih terus dilestarikan oleh segenap
masyarakat Betawi, hingga menjadi warisan budaya orang tua zaman dulu beserta kearifan lokal
pengiringnya.
Tradisi yang juga dikenal dengan nama Tamat Qur'an ini populer di kalangan warga pinggiran Jakarta,
terutama yang masih kental dengan budaya Betawi. Biasanya, acara ini dirayakan oleh anak-anak
yang mampu menyelesaikan sebanyak 30 juz.
-
Kenapa memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa menjadi tradisi di bulan Ramadhan? Selain menjadi tradisi, memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa juga bisa membakar semangat untuk menjalankan puasa selama satu bulan.
-
Apa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Batubara untuk menyambut bulan Ramadan? Terakhir, ada yang namanya Pesta Tapai yang digelar sebelum Ramadan. Mungkin, tradisi ini masih terdengar asing di telinga, pasalnya Pesta Tapai hanya dilakukan oleh masyarakat Batubara. Tradisi ini masyarakat Batubara akan menjual berbagai macam jajanan di pasar. Bahkan, di beberapa gerainya terdapat pedagang lemang. Secara umum, kegiatan ini akan berlangsung selama 22 hari sebelum puasa dan tutup dua hari sebelum puasa pertama.
-
Apa tradisi yang dilakukan warga di Dukuh Gatak, Desa Sekarsuli, Klaten untuk menyambut Ramadan? Ratusan warga di Dukuh Gatak, Desa Sekarsuli, Klaten menyambut Bulan Ramadan dengan mengadakan kirab budaya dan tradisi Sadranan.
-
Apa itu tradisi ketupat lepas di Betawi? Ini bukan budaya makan bareng ketupat nasi, atau membagikannya ke warga. Melainkan sebagai pengiring nazar dari para orang tua terhadap anak-anak mereka.
-
Apa tradisi unik Masjid Saka Tunggal Banyumas di bulan Ramadan? Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu masjid tua di Banyumas. Masjid itu konon sudah dibangun pada tahun 1288 Masehi. Namun ada versi lain yang menyebutkan kalau masjid itu berdiri pada tahun 1522 Masehi. Terlepas dari sejarahnya, masjid ini punya tradisi unik, terutama saat Bulan Ramadan. Salah satunya adalah tradisi mematikan lampu saat zikir setelah melaksanakan Salat Tarawih. Pada momen itu, lampu masjid dimatikan selama lima menit, setelah itu kembali dinyalakan.
-
Apa itu tradisi ruwahan? Ruwahan jadi tradisi sambut Ramadan yang berbeda dari kebanyakan daerah karena diisi dengan kegiatan berbagai sembako. Tradisi ini masih dilestarikan oleh warga di Jakarta, Bekasi, Depok dan sekitarnya.
Yang menarik, anak-anak akan diarak keliling kampung sebagai ungkapan rasa bahagia sekaligus
menjadi motivasi bagi anak-anak lainnya agar bisa turut menyelesaikannya. Berikut selengkapnya.
Membaca Al-Qur'an sebagai Kebiasaan Anak-Anak Betawi
Sejak kecil, anak-anak di Betawi memang dibiasakan untuk membaca Al-Qur'an. Orang tua mereka
sangat mendukung, termasuk siap mendatangkan Kong Aji atau ustaz ke rumah.
Seperti anak-anak kebanyakan, mereka tidak langsung membaca Al-Qur'an. Kong Aji akan
mengenalkan huruf Hijaiyah di Iqra.
“Tradisi Tamat Qur'an ini merupakan rasa syukur kepada Allah, karena seorang anak telah
merampungkan pembelajaran dasar membaca Al-Qur'an,” kata seorang guru ngaji di Kampung
Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, mengutip Majalah Pemprov DKI Jakarta Jakita.
Pelaksanaan Tradisi Tamat Qur'an
Prosesi Tamat Qur'an akan dilaksanakan ketika seorang anak telah rampung membaca sebanyak 30 juz. Kemudian anak-anak tersebut akan dikumpulkan di depan Kong Aji sebagai pengajar dan orang
tua.
Setelahnya, anak-anak kembali diminta untuk membaca beberapa surat atau ayat Al-Qur'an.
Kemudian mereka juga diminta membaca selawat serta akan diberi nasihat oleh Kong Aji.
Pembacaan ini merupakan ujian akhir, sebelum disahkan bahwa mereka benar-benar sudah
menyelesaikan bacaanAl-Qur'an dengan baik dan benar.
- Mengenal Lebih Dekat Tradisi Sekaten, Warisan Budaya Penuh Makna dalam Menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW
- Mengenal Dhurung Bawean, Tempat Warga Gresik Berkumpul hingga Menyimpan Padi yang Dilengkapi Alat Penghalau Tikus
- Tak Banyak yang Tahu, Ini Keunikan Bahasa Betawi Dialek Jawa
- Mengenal Budaya Ketupat Lepas, Ketika Orang Betawi Ucap Nazar untuk Anaknya
Diarak Keliling Kampung
Biasanya acara ini diadakan setelah salat magrib. Anak-anak juga akan didoakan agar mereka bisa
mengamalkan ilmu yang dipelajari dari Al-Qur'an. Setelahnya, mereka akan dibawa keliling kampung
sekitar tempat tinggal.
Namun saat ini berkeliling kampung didampingi Kong Aji dan orang tua sudah tidak dilakukan, dan
hanya diramaikan dengan tetabuhan musik rebana dan puji-pujian. Setelahnya, acara ini ditutup
dengan makan bersama dan membagikan besek untuk anak-anak yang hadir.
Untuk tempatnya bisa diadakan di rumah seorang siswa TPA, musala atau masjid. Tergantung di
mana pembelajaran ngaji diadakan.
Masuk Warisan Budaya Tak Benda
Selain sebagai perayaan karena anak-anak sudah mampu mengaji dengan baik, acara ini juga
dilangsungkan untuk menjalin tali silaturahmi. Para orang tua bisa saling bertemu dan bersalaman
setelah anaknya setelah khatam Al-Qur'an.
“Tamat Qur'an ini sejalan dengan nilai luhur Agama Islam. Maka selain mengucap syukur, acara ini
juga menjadi media bersilaturahmi dari para orang tua yang anaknya melaksanakan Tamat Al-Qur'an,” tambahnya.
Konsistensi yang masih dipertahankan oleh masyarakat Betawi ini membuat tradisi Tamat Qur'an
ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WTTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi Republik Indonesia.