Mengenal Tradisi Nyalin, Upacara Adat Sunda untuk Pertanian Khas Kabupaten Karawang
Menurut Abah Herman, selaku budayawan Karawang, dalam tradisi Nyalin terdapat sebuah prosesi etika di mana sebagai sesama makhluk Tuhan manusia dengan alam sebisa mungkin harus saling menghormati ketika memanen padi.
Sebagai salah satu wilayah di tanah Sunda, Kabupaten Karawang menyimpan berbagai tradisi dengan kearifan lokal yang masih dipegang teguh oleh sejumlah masyarakat. Salah satu tradisi Nyalin.
Tradisi Nyalin sendiri biasanya dipraktikkan oleh masyarakat setempat saat masa masa panen di sawah. Tradisi dilakukan untuk mempersiapkan proses penanaman padi berikutnya.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Seperti dilansir Merdeka dari karawangheritage.com pada Selasa (16/03), tradisi Nyalin berasal dari kata ‘Salin’ yang artinya mengganti. Dalam pelaksanaannya masyarakat akan memotong beberapa bagian padi yang terlihat baik. Mereka akan menyimpannya di dalam leuit atau lumbung untuk digunakan di masa tanam yang akan datang.
Lantas seperti apa prosesinya dan makna apa yang dibawa oleh tradisi masyarakat agraris di Kabupaten Karawang tersebut? Berikut informasinya.
Sebagai Etika Petani dalam Memperlakukan Padi
©2021 Kanal YouTube Pelestari Seni Budaya Sajarah Tatar Sunda/editorial Merdeka.com
Salah satu pesan yang dibawa dalam tradisi Nyalin atau masyarakat setempat biasa menyebutnya Ngala Indung Pare (mengambil bibit padi) adalah terdapatnya tata krama dari para petani yang akan mengambil padi sebagai ciptaan tuhan.
Menurut Abah Herman, selaku budayawan Karawang, dalam tradisi Nyalin terdapat sebuah prosesi etika. Di mana sebagai sesama makhluk Tuhan, manusia dengan alam sebisa mungkin harus saling menghormati ketika memanen padi.
“Ketika panen itu pada dasarnya kita mengambil hasil pertanian kita, dan Nyalin sendiri merupakan prosesi izin atau tata krama kita di alam agar kita bisa hati-hati memperlakukan tanaman (padi) karena telah memberi kehidupan kepada manusia” tuturnya, sebagaimana dilansir dari Youtube Tengok Indonesia.
Meminta Izin Kepada Sang Pencipta
Abah juga menambahkan jika dalam tradisi agraris di Kabupaten Karawang perlu juga mempraktikkan etika pada saat prosesi penanaman. Laki-laki 61 tahun itu menjelaskan jika tradisi Nyalin juga berdampingan dengan tradisi Pupuhunan atau menanam padi.
Ia juga menyebut jika prosesi menanam juga memerlukan izin agar mendapat keberkahan serta dipermudah dalam proses pertumbuhan padi di sawah.
“Jadi sama dengan Nyalin, dalam Pupuhunan kita juga harus berizin terhadap Tuhan bahwa kita hendak bercocok tanam dan meminta rezeki di tanaman padi tersebut” ujarnya.
Pelaksanaan Tradisi Nyalin
©2021 Kanal YouTube Pelestari Seni Budaya Sajarah Tatar Sunda/editorial Merdeka.com
Dalam pelaksanaannya tradisi Nyalin biasanya dilaksanakan satu tahun sekali saat masa tanaman padi menguning. Biasanya sebelum melaksanakan prosesi tersebut para petani akan berkonsultasi terhadap Guguni alias yang punya hajat setempat agar prosesi bisa terlaksana dengan tepat.
Mereka juga akan menyiapkan beberapa kebutuhan upacara seperti Dawegan, Kemenyan, Pedupaan, Lisong/cerutu, Rurujakan, Makanan ringan (rengginang, opak, wajit dan lainnya), serta Sanggar (tempat menyimpan sesajen yang terbuat dari bambu).
Kemudian beberapa kebutuhan tambahan, seperti Kain putih, Daun Hoar, Daun Kawung, Daun Kanyere, Caruluk (buah kawung), Pohon Tebu, Ktupat, leupeut, tantang angin.
Menyimpan Padi di Leuit atau Lumbung
©2021 Kanal YouTube Pelestari Seni Budaya Sajarah Tatar Sunda/editorial Merdeka.com
Saat prosesi mulai dilakukan, Guguni akan memakai pakaian serba putih sembari membakar kemenyan untuk memulai upacara.
Setelah itu prosesi akan dilanjutkan dengan membaca rajah, yang kemudian dilanjutkan memotong lima tangkai padi yang memiliki bulir sempurna menggunakan ani-ani sambil menahan napas.
Lima potong tangkai padi itu lantas dibungkus dengan kain putih dengan membuat motif kepang jadi dua untuk disimpan di dalam leuit atau lumbung sebagai persiapan tanam masa mendatang.
Prosesi tersebut akan dilaksanakan antara pukul 16.00 WIB sampai 17.00 WIB sore, dengan bertempat di area sawah yang akan dipanen.