Mengingat Kembali Jebolnya Tanggul Peninggalan Belanda Situ Gintung 15 Tahun Lalu, Telan Korban 100 Orang
Tanggul peninggalan Belanda ini jebol mengejutkan warga karena berlangsung pukul 04:00 WIB dini hari.
Tanggul peninggalan Belanda ini jebol mengejutkan warga karena berlangsung pukul 04:00 WIB dini hari.
Mengingat Kembali Jebolnya Tanggul Peninggalan Belanda Situ Gitung 15 Tahun Lalu, Telan Korban 100 Orang
Lima belas tahun lalu, tepatnya 27 Maret 2009 jadi hari yang menyeramkan bagi warga Perumahan Cirendeu Permai, sebagian Kampung Poncol dan Kampung Gintung, Kota Tangerang Selatan.
Sebanyak 100-an warga di sana jadi korban meninggal karena jebolnya Situ Gintung yang merupakan dam buatan zaman Belanda.
-
Apa yang terjadi di Tragedi Semanggi 1? Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998. Kejadian ini menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.
-
Di mana tragedi ini terjadi? Hari ini, 13 November pada tahun 1998 silam, terjadi demonstrasi besar-besaran di kawasan Semanggi, Jakarta.
-
Kapan Tragedi Bintaro terjadi? Tragedi Bintaro 1987 terjadi karena kecelakaan kereta api yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Kronologi kejadian dimulai saat dua kereta api bertabrakan di Stasiun Pondok Ranji, Bintaro pada 19 Oktober 1987.
-
Kenapa Tragedi Semanggi 1 terjadi? Aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap agenda dan pelaksanaan Sidang Istimewa MPR yang menunjuk B.J Habibie sebagai presiden menggantikan penguasa Orde Baru.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
-
Kapan tragedi ini terjadi? Tragedi Semanggi I terjadi pada 11-13 November 1998. Kejadian ini menyebabkan tewasnya 17 warga sipil.
Sekitar satu juta meter kubik air bah menghantam dengan cepat permukiman di sana bak Tsunami. Nahasnya, kejadian berlangsung dini hari sehingga banyak korban yang tak sadar bendungan tua itu mencapai titik kritisnya.
Kejadian ini dianggap bencana fatal, lantaran posisi bendungan dan permukiman warga yang terlampau dekat. Seharusnya jarak antara tempat tinggal dengan penampungan air buatan sebisa mungkin saling berjauhan.
Berikut kilas balik peristiwa Situ Gintung yang memilukan.
Gambar: Youtube Azis Syah
Bermula dari Hujan Deras Sejak 26 Maret 2009
Sebelum Situ Gintung jebol, hujan deras selama berjam-jam sempat mengguyur wilayah Tangerang Selatan sejak Kamis 26 Maret 2009. Hujan itu membuat debit air naik.
Sebenarnya meningkatnya volume air sudah dianggap biasa oleh warga. Namun saat itu kondisinya diperparah dengan adanya pendangkalan, sehingga memungkinkan luberan air mengikis tanggul atas yang ketebalannya berbeda.
Mengutip Liputan6, beberapa bulan sebelum kejadian, Humas BNPB Almarhum Sutopo Purwo Nugroho sempat melakukan penelitian dan memberi peringatan tentang bahayanya permukiman yang tak jauh dari waduk buatan.
“Dua bulan sebelumnya (tanggul jebol) saya melakukan penelitian di sana, meneliti kualitas air. Saat itu saya amati, di bawah tanggul, perkampungan padat sekali,” kata Sutopo pada 2019 lalu.
- Melihat Asyiknya Orang Belanda Liburan di Situ Bagendit Garut Tahun 1912, Naik Perahu Berombongan
- Pocut Baren, Panglima Perang Wanita Asal Gome yang Gigih Berjuang Melawan Belanda
- Serunya Berwisata ke Waduk Sempor, Salah Satu Spot Eksotis di Kebumen
- Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten
Peristiwa Berlangsung Pukul 04:00 WIB Subuh
Setelah pendangkalan, muncul kondisi pengikisan dari dinding situ yang tak terawat. Ini diduga karena munculnya mata air baru di sana, hingga celah erosi semakin membesar. Ditambah tanggul tidak diperkeras dengan beton seluruhnya, dan hanya tanah yang dipadatkan.
Saat itu, Jumat (27/3) pagi, sejumlah bocoran sudah terjadi di tanggul dan ini merupakan tanda bahaya. Warga yang meronda lantas memberi peringatan kepada masyarakat yang masih terlelap.
Sayangnya, air bah dari bendungan sedalam 10 meter itu kadung jebol dan menerjang 300 an rumah dengan kondisi masing-masing masih ditinggali warga yang terjebak.
Tanda Akan Jebol Sudah Muncul Satu Tahun Sebelumnya
Menurut kesaksian warga, tanda akan jebol sebenarnya sudah muncul sejak satu tahun sebelumnya.
Pada 2008, banyak sisi dindingi yang mulai dirembesi air. Pintu air pun sudah rusak, dan sayangnya belum ada penanganan serius.
Pihak berwenang sempat melakukan pengerukan, sayangnya lagi, pendalaman harus terhenti di tengah jalan tanpa alasan yang jelas. Rembesan juga terkesan dibiarkan dan tidak ditangani, hingga berubah menjadi malapetaka.
Hal ini juga karena usia tanggul yang sudah lebih dari setengah abad, dan merupakan peninggalan masa Hindia Belanda. Lalu, banyaknya destinasi wisata di danau seluas 10 hektar itu membuat erosi dan pendangkalan semakin besar.
Saat jebol, jeritan warga terdengar di mana-mana. Suara gemuruh air begitu memekakkan telinga. Warga yang terjebak, langsung terseret arus deras hingga meninggal. Ratusan korban gagal diselamatkan karena peristiwa yang terjadi secara mendadak.
Tak Layak Jadi Permukiman
Dari analisis Almarhum Sutopo seperti sebelumnya, area bendungan memang tak boleh dijadikan permukiman. Wilayah harus steril hingga berkilo-kilometer agar terhindar dari resiko bencana tanggul jebol.
Ini juga terkait fungsi tanggul yang dulunya untuk mengaliri area perkebunan dan persawahan. Sebelum muncul industrialisasi, area sekitar waduk Situ Gintung merupakan lahan persawahan warga hingga tahun 1960-1970 an mulai dijadikan perkampungan.
Ditambah kawasan tersebut juga menjadi destinasi wisata sehingga memunculkan perputaran ekomomi. Ini menjadi kejadian yang sebenarnya bisa diantisipasi.
“Banyaknya perkampungan ini bahaya sekali. Kejadian tanggul Situ Gintung jebol akhirnya saya sampaikan ketika itu,” terangnya