Menikmati Lezatnya Serabi Kuntilanak, Kuliner Legendaris khas Rengasdengklok
Serabi hijau telah dikenal sebagai kuliner khas Rengasdengklok, Karawang. Rasanya tak lengkap jika berkunjung ke Rengasdengklok tanpa menikmati si empuk gurih berwarna hijau ini.
Kue basah berbentuk bulat dengan warna hijau pandan yang memikat. Aromanya wangi menggugah selera. Saat menggigit potongan serabi hijau ini, rasa lembut, gurih dan manis beradu menjadi satu menggoyang lidah. Ditambah kuah berwarna cokelat yaitu kinca gula merah cair sebagai pelengkap kenikmatan serabi.
Serabi memang jajanan khas tradisional Indonesia, kue basah yang satu ini menjadi makanan khas tradisional di beberapa wilayah Tanah Air seperti Solo. Meski begitu, namun serabi tiap daerah memili cita rasa khas tersendiri. Termasuk serabi hijau khas Rengasdengklok ini.
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
-
Kapan kapak persegi pertama kali ditemukan di Indonesia? Benda peninggalan ini pertama kali ditemukan di Indonesia tahun 1920-an oleh Von Heine Geldern.
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Kapan kue keranjang pertama kali muncul? Asal-usul kue ini berasal dari masa Dinasti Tang di Tiongkok, dan pada awalnya kue ini disebut sebagai Nian Gao.
-
Kapan pemilu pertama di Indonesia dilaksanakan? Pemilu pertama di Indonesia dilaksanakan pada masa kabinet Burhanuddin Harahap.
Serabi hijau telah dikenal sebagai kuliner khas Rengasdengklok, Karawang. Rasanya tak lengkap jika berkunjung ke Rengasdengklok tanpa menikmati si empuk gurih berwarna hijau ini.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo Rumpoko
Meski banyak warga yang memproduksi serabi hijau. Namun, serabi legendaris di Rengasdengklok ada di Jalan Kalijaya, Rengasdengklok Utara buatan Bapak M Kasim.
Serabi yang mendapat julukan Serabi Kuntilanak pertama kali diluncurkan pada tahun 1995. M. Kasim mempelajari resep pembuatan serabi dari orang China di wilayah itu.
Terhitung sudah 26 tahun memproduksi, cita rasa serabi hijau Pak Kasim tak pernah berubah. M. Kasim menjaga terus resep andalannya. Kenikmatannya pun tak perlu diragukan lagi.Terbukti, warung sederhana ini tak pernah sepi pembeli.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo Rumpoko
Demi menjaga cita rasa, pembuatan serabi hijau ini masih menggunakan alat tradisional yakni menggunakan bahan bakar kayu dengan cetakan tradisional dari tanah liat. Meski sudah banyak alat yang lebih modern, namun Mat Kasim memilih menggunakan alat tradisional dari tungku tersebut.
Berbeda dari serabi solo yang penyajian digulung dan tipis. Serabi ini enak dimakan bersama gula (cairan) yang disediakan dengan dua rasa, rasa durian dan gula merah biasa. Gulanya pun asli dari durian dan gula merah.
Dalam proses pembuatannya,serabi ini juga tak menggunakan bahan pengawet. Warna hijau pada serabi berasal dari daun suji sehingga memberikan sensasi rasa dan aroma wangi yang khas.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo Rumpoko
Untuk harga tak perlu khawatir, harga per porsi sekitar 15 sampai 20 ribu saja. Warung Serabi Kuntilanak buka jam setengah 9 pagi sampai jam 5 sore. Datang lebih awal, lebih baik, karena antrean di warung ini cukup lama.
Sebagai catatan, serabi hijau tidak memiliki cabang, hanya satu-satunya di Rengasdengklok. Sekali pun ada yang memiliki nama sama, tetapi cita rasanya bisa saja berbeda.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo Rumpoko
Tentu saja, kamu pasti bertanya-tanya mengapa makanan lezat ini justru dikaitkan dengan sosok hantu yang menyeramkan bukan? Rupanya, letak warung yang berhadapan langsung dengan TPU (Tempat Pemakaman Umum). Meski begitu, hal ini bukan menjadi masalah bagi pengunjung. Warung sederhana ini tetap laris manis.
(mdk/Tys)