Pensiunan Polri di Tangerang Ini Pilih Jualan Roti di Rumah, Sukses Layani Ratusan Pesanan
Warga Kelurahan Batuceper, Kota Tangerang ini justru memilih berjualan roti di depan rumahnya sembari mengisi waktu.
Warga Kelurahan Batuceper, Kota Tangerang ini justru memilih berjualan roti di depan rumahnya sembari mengisi waktu.
Pensiunan Polri di Tangerang Ini Pilih Jualan Roti di Rumah, Sukses Layani Ratusan Pesanan
Pensiun dari institusi Polri tak lantas membuat Edi Mulyono bersantai di masa tua. Warga Kelurahan Batuceper, Kota Tangerang ini justru memilih berjualan roti di depan rumahnya sembari mengisi waktu.
-
Kenapa usaha makanan bisa menjadi ide bisnis yang menarik? Membuka usaha makanan merupakan ide bisnis yang memang bisa dicoba. Sebab, usaha makanan rasanya cukup menggiurkan untuk dilakukan.
-
Kapan Toko Roti Djoen berdiri? Pada tahun 1920-an, toko roti itu sudah berdiri.
-
Siapa yang membuat penjual roti pingsan? Dani: "Lah terus roti yang beneran mana ya, Bang? Dari tadi Abang kok ngomong buah-buahan terus, sama sekali rotinya gak diomongin? Sebenarnya, abang ini jualan buah apa jualan roti bang? Kok saya jadi bingung ya, Bang, kalau gini caranya aku nggak jadi beli deh, Bang, habisnya Abang ngebingungin sih."Penjual roti: (Hening seketika)Tidak lama kemudian, si penjual roti langsung pingsan.
-
Bagaimana istri polisi ini akhirnya mendapatkan izin dari suaminya untuk berbisnis pempek? "Awalnya suami enggak kasih izin karena disuruh perhatian ke anak saja. Tapi saya kasih penjelasan kalau saya sedang membantu orang lain. Ya sudah akhirnya suami kasih izin," terangnya.
-
Mengapa Slamet Sarojo memutuskan untuk banting setir dari polisi menjadi pengusaha? Menjalani hidup dengan mengandalkan gaji sebagai seorang polisi, tidak membuat Slamet Sarojo mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dia kemudian berhenti dari pekerjaannya sebagai polisi untuk banting setir menjadi pengusaha.
-
Siapakah pengusaha muda yang sukses berjualan cireng di Bogor? Seorang gadis 20 tahun di Bogor, Jawa Barat, membuat langkah besar dalam hidupnya dengan cara berjualan cireng di gerobak pinggir jalan.
Kegiatan ini ia lakukan berbekal hobi membuat kue saat hari libur. Siapa sangka, seiring berjalannya waktu, usaha rotinya perlahan berkembang hingga mampu layani pesanan dari luar kota. Edi pun langsung memantapkan hati untuk membuka gerai sendiri, dengan brand Tiara Backery. Simak kisah inspiratifnya berikut ini.
Memulai usaha dua bulan sebelum pensiun
Diceritakan pensiunan Ajun Komisaris Polisi (AKP) dari Polres Metro Jakarta Barat ini, dia mulai berencana membuka usaha roti sejak dua bulan menjelang pensiun. Ia berharap tetap bisa produktif setelah pensiun. Akhirnya dia memilih berjualan roti, sekaligus untuk mengembangkan hobinya dengan bantuan sang istri.
“Saat itu, dua bulan sebelum saya pensiun saya mencoba berpikir kegiatan apa yang akan saya lakukan saya nanti sudah pensiun. Lalu terlintas dalam pikiran saya untuk membuat roti, karena memang sebelumnya saat waktu senggang saya suka sekali membuat kue,” kata dia, mengutip laman Pemkot Tangerang, Rabu (2/8)
Belajar dari YouTube
Saat akan merealisasikan rencananya itu, AKP Edi masih belum memiliki resep khusus. Dia kemudian mencari-cari ide dari kanal YouTube untuk mencari rasa dan ciri khas roti buatannya.
Setelah dicoba, roti itu ia bagikan kepada tetangga serta kerabat untuk mengukur kualitas dan rasa. Dikerjakan dengan sungguh-sungguh, roti buatannya lantas mendapat respons baik. “Saya mencoba membuat roti berdasarkan resep dari Youtube, serta sharing bersama teman saya yang juga memiliki usaha yang sama, dan alhamdulillah bisa membuat roti yang enak,” katanya.
- Tak Sengaja Tabrak Gerbang Rumah Orang, Penjul Roti Ini Malah Dapat Berkah
- Kiai Ini Pilih Tinggal di Rumah Kayu Sederhana dan Tak Pernah Mau Diwawancara Wartawan, Gus Dur Menyebutnya Wali
- Disebut Bujang Tulen sama Sus Rini, Ini Potret Menggemaskan Rayyanza 'Cipung' Makan Jagung Rebus
- Pensiunan Jenderal Polri Bangga S2 Pilih Tani di Kampung, Tinggalkan Pekerjaan Mentereng
Langsung dapat ratusan pesanan ke Pandeglang
Respons positif ini langsung dimanfaatkan Edi untuk membuat produk berkualitas terbaik. Di awal produksi, Edi hanya berani membuat 2 kilogram adonan. Namun seiring banyaknya pesanan, Edi langsung menambah kapasitas produksinya. Bahkan, dalam empat hari setelah memulai usaha, dia langsung mendapat ratusan pesanan sampai ke Pandeglang.
“Saat itu awalnya saya memproduksi adonan hanya 2 kg, namun kini dalam sehari saya memproduksi 3 kg untuk 115 pieces roti dengan berbagai varian rasa,” kata dia.
Sukses hasilkan 24 varian roti
Sampai saat ini, pesanan rotinya terus meningkat, Edi terus berinovasi dari yang awalnya 10 rasa, kini mampu menciptakan hingga 24 varian seperti kelapa, sosis sapi, cokelat, keju, dan masih banyak lagi. Roti dengan banyak rasa itu juga jadi yang paling laris di usahanya. Edi kemudian menjual roti di tempatnya dengan harga yang terjangkau mulai dari Rp5 ribu sampai Rp8 ribu per roti.
“Yang paling best seler itu roti sosis sapi, roti cokelat, roti keju dan yang rasa kelapa. Saya juga baru kemarin membuat roti garlic dan rasa kayu manis untuk menambah varian rasa yang ini dibantu oleh istri saya untuk proses packing dan promosi jualnya,” sambung Edi.
Dijual melalui marketplace
Edi sendiri menjual rotinya di dua tempat, yakni di rumahnya dan melalui marketplace. Roti di tempatnya juga sudah mengantongi sertifikat halal, dan bisa tahan sampai empat hari.
Dia juga mendaftarkan brandnya ke unit UMKM di Batuceper, agar mempermudah tingkat penjualan untuk menyasar konsumen. “Alhamdulillah semenjak ikut UMKM Kelurahan Batuceper, pemasaran saya semakin luas, bahkan saya dibantu dengan mudah untuk mengurus izin usaha serta pendaftaran sertifikat halal. Bahkan saya bisa ikut serta dalam bazar UMKM yang diadakan oleh Pemerintah Kota Tangerang,” kata dia