Jatuh Bangun Slamet Sarojo, Polisi yang Nekad Banting Setir jadi Pengusaha Kayu
Dari bisnis kayunya, Slamet disebut telah menyetor pajak sebesar Rp1 miliar kepada negara.
Dari bisnis kayunya, Slamet disebut telah menyetor pajak sebesar Rp1 miliar kepada negara.
Jatuh Bangun Slamet Sarojo, Polisi yang Nekad Banting Setir jadi Pengusaha Kayu
Jatuh Bangun Slamet Sarojo, Polisi yang Nekad Banting Setir jadi Pengusaha Kayu
Menjalani hidup dengan mengandalkan gaji sebagai seorang polisi, tidak membuat Slamet Sarojo mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dia kemudian berhenti dari pekerjaannya sebagai polisi untuk banting setir menjadi pengusaha. Nama Slamet Sarojo memang tidak cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia.
-
Kenapa Sukanto Tanoto pindah ke bisnis kayu? Tanoto melihat peluang saat berbisnis kayu setelah Indonesia menjadi negara pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi Plywood, sebelum diimpor lagi ke Indonesia dengan harga yang lebih tinggi.
-
Bagaimana karier Jenderal Polri? Tak hanya itu saja, rekam jejak karier Carlo selama menjabat sebagai anggota Polri juga bukan kaleng-kaleng. Ia beberapa kali turut serta berhasil memecahkan kasus.
-
Siapa Polwan inspiratif dari Sumatra Utara? Natalia Bangun adalah seorang anggota polisi yang sudah mengabdi selama 31 tahun.
-
Bagaimana Sukanto Tanoto mendirikan pabrik kayu pertama? Ia pun kemudian menggandeng seorang Jenderal yang mengizinkannya untuk mendirikan pabrik kayu Plywood pertama di Indonesia.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
-
Bagaimana pria ini mencapai kesuksesannya? Hidup dalam keterbatasan sejak kecil Dikutip dari akun Instagram @kvrasetyoo, Kukuh membagikan kisah hidupnya yang berliku. Sejak kecil dia kurang mendapat kasih sayang orang tua karena ayahnya bekerja seharian sebagai sopir, dan ibunya juga bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Belum lagi kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan, sehingga menuntutnya agar hidup lebih mandiri. Sebagai anak sulung, Kukuh mulai menaruh perhatian dan bertekad ingin membantu keluarganya.
Setelah revolusi, dia bersama rekannya bernama Anton Sudjarwo masuk ke Akademi Kepolisian di Sukabumi, Jawa Barat.
Namun pada pertengahan 1950-an Slamet memutuskan keluar dari kepolisian untuk berbisnis dan dapat hidup lebih layak.
"Berdagang itu tidak sulit," kata Slamet Sarojo.
Jejak Slamet merintis usaha tidak diikuti rekannya Anton. Dia tetap berkecimpung di dunia polisi hingga kemudian Anton Sudjarwo menjadi Kepala Staf Kapolri periode 1982-1986.
Perjalanan bisnis Slamet diawali menjadi agen rokok kretek tuton Tapen di Semarang.
Pemilik pabrik rokok itu adalah Liem Giat Thiem. Thiem merasa berutang Budi pada Slamet karena pada tahun 1949, berhasil menangkap perampok pabrik rokok miliknya. Hingga kemudian persahabatan Slamet dan Thiem menentukan karirnya dalam dunia bisnis.
Sepanjang belajar bisnis dengan Thiem, Slamet mulai terpikir kalau mau lebih sukses harus terjun ke dunia industri. Hingga sekitar tahun 1959, Slamet membangun pabri sirlak (campuran plitir kayu), di bawah PT Eka Djaja di Semarang. Bisnis yang dirintis Slamet terus merangkak maju. Slamet kembali memperluas pengalamannya. Dia sempat terlibat dalam politik. Koran Angkatan Bersenjata terbitan 4 juli 1966 menyebut Slamet bersama John Lumingkewas dan Menteri Achmadi sebagai kelompok pendukung Soekarno yang menentang Orde Baru.Dalam majalah itu juga disebutkan, Slamet menjabat sebagai Presiden Direktur PD Kalimas yang menyerahkan uang Rp200 juta Kepada Hartini, istri Soekarno, untuk mengongkosi gerakan Partai Komunis Indonesia.
Namun, dalam buku berjudul Revolusi Belum Selesai, Soekarno menyebut itu fitnah terhadap Hartini.
"Belakangan ada satu pernyataan dari perusahaan dagang Kalimas bahwa ia tidak punya seorang presdir bernama Slamet Sarojo,"
kata Soekarno.
Slamet kemudian dipenjara sebentar di awal orde baru. Setelah dibebaskan, dia kembali ke dunia bisnis. Bisnis Slamet kemudian merambah ke sektor kayu. Pada tahun 1971, dia mendirikan PT Dwi Masjaya Utama dengan modal Rp10 miliar untuk mengelola kayu dari hutan Kalimantan Tengah. Slamet kemudian mendirikan PT Bahana Utama Lines, sebuah perusahaan yang menjadi pengangkut kayu gelondongan dan kargo umum.Dari bisnis kayunya, Slamet disebut telah menyetor pajak sebesar Rp1 miliar kepada negara.
Bisnis Slamet terus berkembang ke berbagai sektor. Dia pun menaungi segala lini bisnisnya itu di bawah payung Dwima Group.