Sukanto Tanoto, Crazy Rich Asal Medan Pendiri Kelompok Usaha Berbasis Sumber Daya
Orang dengan kekayaan yang tak ada habisnya ini lahir dan besar di Sumatra Utara.
Orang dengan kekayaan yang tak ada habisnya ini lahir dan besar di Sumatra Utara.
Sukanto Tanoto, Crazy Rich Asal Medan Pendiri Kelompok Usaha Berbasis Sumber Daya
Sosok Crazy Rich asal Medan itu bernama Sukanto Tanoto.
Ia adalah salah satu pengusaha kaya raya yang memulai karir bisnisnya di industri pengolahan kayu.
Pada tahun 2013, ia berhasil dinobatkan menjadi pengusaha terkaya di Indonesia!
-
Siapa orang terkaya di Sumatera Utara? Low Tuck Kwong adalah seorang pengusaha asal Singapura yang dikenal sebagai pendiri dan pemilik perusahaan minyak dan gas yang besar, yakni Bayan Resources Tbk.
-
Bisnis apa yang dimiliki orang terkaya di Sumatera Utara? Bayan Resources Tbk adalah perusahaan yang fokus pada eksplorasi, penambangan, dan pemasaran batubara di Indonesia.
-
Dimana bisnis orang terkaya di Sumatera Utara berpusat? Bayan Resources Tbk adalah perusahaan yang fokus pada eksplorasi, penambangan, dan pemasaran batubara di Indonesia.
-
Siapa pengusaha kaya yang membangun pabrik kelapa sawit di Sumatera? Tahun 1991, Wilmar berhasil membangun pabrik pengolahan minyak sawit pertama sekaligus membeli kebun kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Pulau Sumatra.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
-
Siapa yang disebut sebagai 'crazy rich' dari Banyuwangi? Siapa sebenarnya Dio Arli yang disebut sebagai salah satu 'crazy rich' dari Banyuwangi?
Profil Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto diketahui lahir pada 25 Desember 1949 di Belawan, Kota Medan. Ia adalah anak sulung dari tujuh bersaudara. Ayahnya merupakan seorang imigran dari kota Putian, Provinsi Fujian, Tiongkok.
Pada tahun 1966, Tanoto harus berhenti mengenyam pendidikan di sekolah Tiongkok karena ditutup oleh rezim Orde Baru. Ia tidak bisa meneruskan pendidikannya karena sang ayah masih memegang kewarganegaraan Tiongkok.
Tanoto yang juga anak tertua di keluarga harus melanjutkan bisnis warisan ayahnya setelah meninggal dunia. Mulai dari berdagang hingga memenangkan kontrak bisnis jaringan pipa gas internasional.
Usaha Kayu
Pada tahun 1972, harga minyak melambung akibat krisis minyak yang justru membuat Tanoto bernasib mujur sehingga bisnisnya berkembang pesat. Setahun setelahnya, Tanoto mengalihkan bisnis ke pengolahan kayu.
Tanoto melihat peluang saat berbisnis kayu setelah Indonesia menjadi negara pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi Plywood, sebelum diimpor lagi ke Indonesia dengan harga yang lebih tinggi.
Melihat sistem bisnis yang tidak menguntungkan, Tanoto berencana untuk membuka pabrik di Indonesia.
Namun, banyak sekali syarat yang harus di penuhi ketika membangun sebuah bisnis atau usaha di masa Orde Baru.
Ia pun kemudian menggandeng seorang Jenderal yang mengizinkannya untuk mendirikan pabrik kayu Plywood pertama di Indonesia.
Lebarkan Sayap
Setelah sukses menjalankan bisnis kayu di Indonesia, melansir dari beberapa sumber Tanoto mulai melebarkan sayap bisnisnya dengan mendirikan kelompok usaha bisnis.
Saat ini, ada beberapa bisnis komoditi yang Sukanto Tanoto jalankan, yaitu industri Pulp dan kertas, minyak kelapa sawit, serat viscose, selulosa khusus, dan pengembangan sumber daya energi.
Cabang kelompok usaha miliknya sudah tersebar di beberapa negara seperti Tiongkok, Spanyol, hingga Brazil.
Grup bisnis miliknya kini sudah memiliki karyawan lebih dari 50.000 orang di seluruh dunia.
Dari bisnis ini, ia bisa meraup total aset mencapai lebih dari 15 miliar dolar AS.
Dirikan Sekolah
Memiliki banyak bisnia, Tanoto menyadari pentingnya program tanggung jawab sosial di wilayah sekitar perusahaannya berdiri. Melaui Riau Andalan Pulp & Paper, ia membangun sekolah-sekolah hingga mendirikan program pertanian terpadu.
Program pertanian terpadu yang diusungnya mengajarkan para petani untuk melakukan praktik penanaman alternatif dan tidak melakukan penebangan dan pembakaran lahan.
Selain itu, ia juga mendirikan Tanoto Foundation yang bertujuan untuk memberikan professorship kepada dua peniliti Indonesia untuk melaksanakan serangkaian penelitian kewajiban sosial.