Penuh Kesederhanaan, Ini Cerita Warga Cirebon Rayakan Imlek di Tengah Covid-19
Bertempat di salah satu kedai bernama Ciprek, umat Khonghucu di Gambirlaya, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon terlihat cukup senang. Mereka bersyukur masih bisa merayakan kebersamaan Imlek walaupun di tengah keterbatasan, seperti yang dirasakan salah satu warga bernama Angbeng.
Pandemi Covid-19 tak menghalangi semangat sebagian warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek di Kota Cirebon. Melalui acara yang dilangsungkan secara sederhana, mereka mengadakan pertemuan terbatas untuk melangsungkan makan bersama warga lain yang turut merayakan.
Bertempat di salah satu kedai bernama Ciprek, umat Khonghucu di Gambirlaya, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon terlihat cukup senang. Mereka bersyukur masih bisa merayakan kebersamaan Imlek walaupun di tengah keterbatasan, seperti yang dirasakan salah satu warga bernama Angbeng.
-
Kenapa kasus Vina Cirebon ditarik ke Polda Jabar? Kemudian ramai itulah yang kemudian kasus ini ditarik ke Polda Jabar. Jadi sesama tahanan saling pukul sehingga membuat mereka lebam-lebam," ucap dia.
-
Bagaimana teks proklamasi dibacakan di Cirebon? Pembacaan teks proklamasi di Tugu Kejaksan itu dilakukan spontan,” kata pemerhati sejarah dan budaya Cirebon Jajat Sudrajat.
-
Di mana teks proklamasi dibacakan di Cirebon? Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia ternyata lebih dulu dibacakan di Kota Cirebon, Jawa Barat. Pembacaannya dilakukan oleh tokoh penting bernama Soedarsono di Simpang Kejaksan, yang kini lebih dikenal dengan Tugu Pensil.
-
Kapan teks proklamasi dibacakan di Cirebon? Pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Cirebon dua hari lebih awal dari yang dilakukan oleh Soekarno, yakni pada 15 Agustus 1945.
-
Siapa yang membacakan teks proklamasi di Cirebon? Pembacaan proklamasi kemerdekaan oleh Soedarsono dihadiri oleh sekitar 100 sampai 150 orang dari berbagai penjuru di kota pesisir Jawa Barat itu.
-
Kapan Sunan Gunung Jati tiba di Cirebon? Setelah menuntut ilmu di Makkah, Syarif Hidayatullah berangkat ke Nusantara. Ia mampir di Gujarat dan Kerajaan Samudra Pasai sebelum akhirnya tiba di Cirebon pada tahun 1470 Masehi.
"Saya bersyukur masih bisa merasakan kumpul bersama warga lain di Cirebon dengan keadaan yang senang," kata Angbeng di sela menikmati makan bersama warga Tionghoa dan masyarakat umum di Kedai Ciprek, Kamis (11/2/2021) seperti dilansir dari Liputan6.com.
Mengobati Kerinduan pada Keluarga
Imlek di Cirebon tahun 2021
©2021 liputan6/ Merdeka.com
Angbeng mengatakan, semenjak pandemi Covid-19 dirinya sangat terbatas bertemu dengan keluarga. Ia mengaku momen perayaan Imlek sedikit mengobati kerinduannya bertemu keluarga.
“Sejak pandemi Covid-19 semua serba dibatasi, walaupun belum bisa kumpul dengan keluarga khususnya yang jauh tapi tetap terlihat nuansa kehangatannya,” tambah Angbeng.
Sehari-hari ia adalah penjual kue basah keliling. Kue buatannya tersebut dititipkan di warung-warung warga, hingga ke lapak pedagang di pasar tradisional di wilayah Kota Cirebon.
Namun, pandemi Covid-19 membuat produksi kuenya menurun hingga 30 persen. Jika sebelum pandemi, ia biasa membuat 700 kue, saat ini ia hanya membuat 600 kue saja untuk disebar ke warung-warung.
"Ada tiga jenis kue yang saya jual ya seperti jajanan pasar pada umumnya saja," katanya.
Harapan di Tengah Pandemi
Di tengah perayaan terbatas Imlek tahun 2021 ini, Angbeng terus mengungkapkan harapannya lewat doa agar pandemi Covid-19 bisa segera selesai. Sehingga seluruh masyarakat bisa melepas rindu dengan tenang bersama keluarganya.
"Agar saya dan masyarakat lain bisa kumpul keluarga lagi tanpa rasa khawatir. Sejauh ini komunikasi lewat ponsel dan itu kurang efektif apalagi sedang merayakan Imlek," kata dia.
Harapan yang sama turut diungkapkan Pengelola Ciprek Cirebon, Sucipto Chandra. Menurutnya doa dan harapan warga Tionghoa Cirebon pada perayaan Imlek adalah semangat baru.
Tradisi Warga Tionghoa
©2021 liputan6/ Merdeka.com
Sucipto mengatakan, acara itu merupakan bagian dari tradisi masyarakat Tionghoa di wilayahnya. Umumnya, warga Tionghoa selalu berkumpul untuk makan bersama keluarga saat menjelang malam pergantian tahun baru Cina.
"Menunya juga sesuai dengan tradisi saat Imlek. Setiap menu punya makna dan doa serta harapan," kata Sucipto.
Menu yang disajikan memiliki makna tersirat. Seperti rebung yang konon bermakna doa dan harapan agar kehidupan lebih baik. Ada juga ikan yang bermakna untuk kemudahan rezeki. Selain itu, ada pula dodol Cina berbentuk bulat yang memiliki makna persatuan, serta hubungan yang harmonis dari keberagaman.
"Da kue lapis legit dimaknai dengan rejeki yang berlapis. Semua itu kami sediakan tidak hanya kepada warga Tionghoa saja tapi masyarakat umum yang datang atau kami undang ke tempat ini gratis," kata dia.