Penyebab Kebutaan pada Lansia, Kenali Gejala yang Muncul
Di usia senja, banyak masalah kesehatan muncul merusak kesejahteraan. Salah satunya adalah kebutaan, yang disebabkan oleh kondisi kesehatan lainnya.
Penyebab kebutaan pada lansia adalah masalah kesehatan yang harus diwaspadai, bahkan sejak usia muda.
Penyebab Kebutaan pada Lansia, Kenali Gejala yang Muncul
Meskipun penyebab kebutaan dapat bervariasi, terdapat beberapa faktor khusus yang secara konsisten dikaitkan dengan hilangnya daya penglihatan pada para lansia. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kualitas hidup kelompok orang tersebut, tetapi juga memberikan beban emosional dan fisik yang signifikan pada keluarga dan masyarakat secara luas.
Berikut adalah beberapa penyebab kebutaan pada lansia yang harus diwaspadai.
Katarak
Katarak adalah kondisi umum yang berkaitan dengan usia. Penyakit ini mempengaruhi penglihatan jutaan orang lanjut usia di seluruh dunia.
Katarak terjadi ketika lensa mata menjadi keruh sehingga menyebabkan penglihatan kabur atau redup.
Lensa mata memainkan peran penting dalam memfokuskan cahaya yang masuk ke retina, memungkinkan kita melihat gambar dengan jelas. Namun, seiring waktu, protein di lensa mulai menggumpal, menghalangi aliran cahaya dan menyebabkan masalah penglihatan.
-
Kenapa kesepian berbahaya bagi lansia? Kesepian di usia tua dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet menemukan bahwa kesepian dapat meningkatkan risiko kematian hingga 26 persen.
-
Apa saja penyakit yang sering dialami lansia? Oleh karena itu, penting untuk mengetahui beberapa penyakit yang sering dialami oleh lansia, seperti yang dilaporkan oleh VerywellHealth pada Senin (9/9/2024). 1. Penyakit Kardiovaskular Orang-orang yang berusia lanjut rentan terhadap penyakit dalam, termasuk kardiovaskular. Penyakit ini dapat muncul dalam bentuk serangan jantung, kanker, dan gangguan paru-paru, yang semuanya berisiko mengancam nyawa.
-
Kenapa gangguan mental pada lansia perlu ditangani? Gangguan mental pada lansia, jika tidak diobati, dapat menyebabkan komplikasi seperti penurunan kualitas hidup, masalah kesehatan fisik, dan bahkan risiko percobaan bunuh diri.
-
Apa saja penyebab menurunnya nafsu makan lansia? Penurunan nafsu makan pada lansia adalah masalah yang kerap terjadi dan perlu diwaspadai. Ahli gizi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) dr Mahar Mardjono, Jakarta, Sheila Octavia, S.Gz, menyebutkan bahwa ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan lansia kehilangan nafsu makan, mulai dari perubahan fisiologis hingga masalah gizi yang kompleks.
-
Apa saja gejala kekurangan kalsium pada lansia? Gejala kekurangan kalsium bisa bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan dan durasi kondisi tersebut. Umumnya, gejala yang muncul akibat kekurangan kalsium dalam waktu lama adalah sebagai berikut:Kram dan nyeri otot. Kalsium berperan dalam kontraksi dan relaksasi otot. Jika kadar kalsium dalam darah rendah, otot bisa menjadi kaku, tegang, dan nyeri. Kesemutan. Kalsium juga penting untuk menghantarkan impuls saraf. Jika kadar kalsium tidak mencukupi, saraf bisa menjadi hiperaktif dan menyebabkan sensasi kesemutan atau mati rasa pada jari tangan, kaki, bibir, atau lidah.Gangguan psikologis, seperti mudah lupa, kebingungan, dan depresi. Kalsium berhubungan dengan produksi dan pelepasan neurotransmiter, yaitu zat kimia yang mengatur komunikasi antara sel-sel saraf. Kekurangan kalsium bisa mengganggu keseimbangan neurotransmiter dan mempengaruhi fungsi kognitif dan emosional.Mudah merasa lelah. Kalsium diperlukan untuk menghasilkan energi dalam sel. Jika kalsium tidak cukup, sel tidak bisa berfungsi dengan baik dan menyebabkan kelelahan. Rambut dan kuku mudah rapuh. Kalsium merupakan salah satu komponen yang membentuk rambut dan kuku. Jika kalsium kurang, rambut dan kuku bisa kering, rapuh, dan mudah patah.Nafsu makan berkurang. Kalsium berpengaruh pada hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Kekurangan kalsium bisa menyebabkan hormon tersebut tidak bekerja dengan normal dan mengurangi nafsu makan.Kejang-kejang. Kalsium berperan dalam mengendalikan aktivitas listrik di otak. Jika kadar kalsium sangat rendah, otak bisa mengalami gangguan listrik yang menyebabkan kejang-kejang.Tulang rapuh dan mudah patah. Kalsium merupakan bahan utama pembentuk tulang. Jika kalsium tidak mencukupi, tulang bisa kehilangan massa dan kepadatannya, sehingga menjadi rapuh dan mudah patah. Kondisi ini disebut osteoporosis.
-
Kenapa hobi penting untuk lansia? Selain menjalani pola makan seimbang dan berolahraga, memiliki hobi dan tetap aktif secara sosial juga merupakan kunci untuk hidup panjang dan berkualitas bagi para lansia.
Katarak dapat berkembang pada satu atau kedua mata. Meskipun sebagian besar katarak berhubungan dengan penuaan, faktor lain seperti paparan sinar matahari dalam waktu lama, merokok, obat-obatan tertentu, dan kondisi medis seperti diabetes juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan katarak.
Gejala katarak bisa bermacam-macam, namun tanda-tanda umumnya antara lain:
- Penglihatan kabur
- Peningkatan kepekaan terhadap silau, di mana cahaya terang dapat menyebabkan ketidaknyamanan
- Persepsi warna berkurang
- Penglihatan buruk pada malam hari
Degenerasi Makula Terkait Usia
Degenerasi makula terkait usia (AMD) adalah suatu kondisi mata umum yang mempengaruhi bagian tengah retina, yang dikenal sebagai makula.
Makula bertanggung jawab untuk memberikan penglihatan yang tajam dan terpusat yang penting untuk aktivitas seperti membaca, mengemudi, dan mengenali wajah. AMD biasanya terjadi pada orang dewasa lanjut usia dan merupakan salah satu penyebab utama kebutaan di kalangan lansia.
Ada dua jenis AMD, yaitu AMD kering dan AMD basah. AMD kering adalah bentuk paling umum dan ditandai dengan kerusakan makula yang lambat seiring berjalannya waktu. Meskipun AMD kering berkembang perlahan dan mungkin tidak menyebabkan kehilangan penglihatan yang signifikan pada tahap awal, namun dapat menyebabkan penglihatan kabur atau terdistorsi.
Di sisi lain, AMD basah merupakan kondisi yang lebih parah. Ini terjadi ketika pembuluh darah abnormal tumbuh di bawah retina dan mengeluarkan cairan atau darah, menyebabkan jaringan parut dan kerusakan pada makula. AMD basah dapat menyebabkan kehilangan penglihatan secara tiba-tiba dan parah, yang menyebabkan titik buta pada penglihatan sentral.
Penyebab pasti AMD masih belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa faktor risiko telah teridentifikasi, termasuk usia yang tua, riwayat keluarga AMD, merokok, obesitas, tekanan darah tinggi, dan paparan sinar UV dalam waktu lama. Individu yang memiliki faktor risiko ini harus sangat waspada dalam memantau kesehatan mata mereka dan melakukan pemeriksaan mata secara teratur.
Retinopati Diabetik
Penyakit ini adalah kondisi mata yang menyerang penderita diabetes. Hal ini terjadi ketika kadar gula darah atau glukosa yang tinggi merusak pembuluh darah di retina. Seiring waktu, kerusakan ini menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani.
Ada dua jenis utama retinopati diabetik, yaitu non-proliferatif dan proliferatif. Retinopati diabetik non-proliferatif adalah tahap awal kondisi ini dan ditandai dengan adanya pembuluh darah kecil yang melemah di retina. Orang dengan retinopati diabetik non-proliferatif mungkin tidak mengalami gejala pada awalnya, namun seiring perkembangannya, mereka mungkin merasakan penglihatan kabur atau berfluktuasi.
Perkembangan retinopati diabetik dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk durasi diabetes, kontrol gula darah, tingkat tekanan darah, dan kecenderungan genetik.
Glaukoma
Glaukoma adalah suatu kondisi yang mempengaruhi saraf optik, yang bertanggung jawab untuk mengirimkan informasi visual dari mata ke otak. Penyakit ini biasanya berkembang secara perlahan dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen jika tidak ditangani.
Ada beberapa jenis glaukoma, namun yang paling umum adalah glaukoma sudut terbuka primer. Hal ini terjadi ketika ada penumpukan tekanan di dalam mata, yang menyebabkan kerusakan pada saraf optik. Penyebab pasti dari penumpukan tekanan ini belum sepenuhnya dipahami, namun diyakini terkait dengan masalah drainase cairan di mata.
Salah satu aspek yang mengkhawatirkan dari glaukoma adalah seringkali tidak menimbulkan gejala yang nyata pada tahap awal. Inilah sebabnya mengapa pemeriksaan mata secara teratur sangat penting, terutama bagi mereka yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit ini. Beberapa faktor risiko glaukoma antara lain orang yang berusia di atas 60 tahun, memiliki riwayat penyakit dalam keluarga, dan memiliki kondisi medis tertentu seperti diabetes dan tekanan darah tinggi.
Ketika glaukoma berkembang, individu mungkin mulai mengalami gejala seperti penglihatan kabur, lingkaran cahaya di sekitar cahaya, kehilangan penglihatan tepi, dan kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan cahaya.
Stroke
Stroke adalah suatu kondisi medis serius yang terjadi ketika suplai darah ke otak terganggu. Gangguan ini bisa disebabkan oleh adanya penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke adalah penyebab utama kecacatan dan kematian di seluruh dunia dan memerlukan perhatian medis segera.
Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terkena stroke. Ini termasuk tekanan darah tinggi, merokok, diabetes, kolesterol tinggi, obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, riwayat stroke dalam keluarga, dan kondisi medis tertentu seperti fibrilasi atrium. Usia juga berperan, dimana risiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia.
Gejala-gejala stroke dapat bervariasi tergantung pada bagian otak yang terkena, namun tanda-tanda umum termasuk kelemahan tiba-tiba atau mati rasa pada satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami pembicaraan, sakit kepala parah, pusing, dan kehilangan keseimbangan atau koordinasi. Penting untuk mengenali gejala-gejala ini dan segera mencari pertolongan medis, karena intervensi dini dapat meningkatkan hasil secara signifikan.