Penyebab Konflik Rohingya di Myanmar, Berikut Penjelasannya
Di Myanmar, etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Kekerasan pun terus terjadi seperti tak berkesudahan.
Perbedaan-perbedaan yang berkaitan dengan etnis dan agama merupakan masalah yang sangat peka dan mudah menyulut konflik-konflik terbuka bahkan dapat menyebabkan intensitas kekerasan yang tinggi, menelan banyak korban jiwa seperti halnya konflik yang terjadi di Myanmar antara agama Islam dan Budha yang berdampak jangka panjang bagi etnis Rohingya yang beragama Islam.
Egoisme pemerintah Myanmar yang tidak mengakui adanya etnis Rohingya di Myanmar membuat adanya pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Rohingya. Akibat konflik tersebut, puluhan ribu warga Rohingya terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.
-
Apa yang dilakukan Rohingya ini? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Apa yang dilakukan oleh warga Rohingya di Pekanbaru? Mereka tiba tadi malam dan mengaku tidak tahu siapa yang membawa. Polisi mengamankan sebanyak 13 orang etnis Rohingya yang masuk wilayah Kota Pekanbaru, Riau. Mereka terlantar di jalan protokol yakni di pinggir Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
-
Dimana Rohingya itu ditemukan? Anggota Polsek Panipahan menemukan 11 orang Rohingya dan 11 Warga Negara Indonesia (WNI) yang akan menyebrang ke Malaysia secara ilegal.
-
Di mana pengungsi Rohingya di Aceh berlabuh? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
-
Apa sebenarnya itu Rohingya? Etnis Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine di Myanmar.
-
Apa yang dilakukan warga terhadap pengungsi Rohingya? Ratusan pengungsi Rohingya yang berlabuh di Dusun Blang Ulam, Gampong Lamreh, Kecamatan Masjid Raya, Aceh Besar, diangkut warga menggunakan mobil ke kantor Gubernur Aceh.
Di Myanmar, etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Kekerasan pun terus terjadi seperti tak berkesudahan. Banyak dari kita yang mungkin masih bertanya, sebenarnya apa pokok permasalahan di Myanmar? Apakah benar konflik Rohingya murni karena masalah agama semata? ataukah ada faktor lainnya?
Lebih jauh berikut ini informasi lengkap mengenai penyebab konflik Rohingya di Myanmar, lengkap dengan penjelasannya telah dirangkum dari repository.unej.ac.id dan repository.usu.ac.id:
Sejarah Awal Mula Konflik Rohingya
Konflik yang terjadi di Myanmar melibatkan dua etnis yakni etnis Rohingya sebagai minoritas dan etnis Rakhine sebagai mayoritas. Konflik ini bisa dibilang tak bisa dipisahkan dari faktor sejarah. Kata Rohingya sendiri berasal dari Rohang, yang merupakan nama lama dari negara bagian Arakan.
Sementara Arakan dulunya merupakan sebuah negara independen yang pernah dikuasai secara bergantian oleh orang Hindu, Budha, dan Muslim.
Pengaruh Islam mulai masuk ke wilayah Arakan pada tahun 1203 M, dan pada akhir 1440 M Arakan resmi menjadi sebuah negara muslim yang ditandai dengan Perjanjian Yandabo yang menyebabkan Burma, Arakan dan Tenasserim dimasukkan ke wilayah British-India. Selama 350 tahun kerajaan Muslim berdiri di Arakan dan Umat Islam hidup dengan tenang.
Namun, pada 24 September 1784 M Raja Boddaw Paya dari Burma menginvasi Arakan dan menguasainya. Pada 1824-1826 perang Anglo-Burma pertama kali pecah. Perang ini berakhir pada 24 Februari 1426. Tahun 1935 diputuskan bahwa Burma terpisah dari British-India tepatnya mulai tanggal 1 April 1937 melalui keputusan ini pula digabungkanlah Arakan menjadi bagian British-Burma.
Hal ini bertentangan dengan keinginan mayoritas penduduknya yang beragama Islam dan ingin bergabung dengan India.Hingga pada akhirnya Arakan menjadi bagian Burma yang merdeka pada Tahun 1948.
Tak seperti etnis lain yang setidaknya diakui kewarganegaraannya oleh Myanmar, masyarakat Rohingya dianggap sebagai penduduk sementara. Dianggap sebagai "orang asing" membuat masyarakat Rohingya tidak diperbolehkan bekerja sebagai pengajar, perawat, abdi masyarakat atau dalam layanan masyarakat mereka dianggap sebagai orang-orang yang tak bernegara dan tidak diakui oleh pemerintah Myanmar.
Penyebab Konflik Rohingya
Penyebab konflik di Provinsi Rakhine yang melibatkan etnis Rakhine dan Rohingya disebabkan oleh banyak faktor di antaranya sebagai berikut:
1. Pemerkosan Ma Thida Htwe
Pemicu konflij mulai terjadi pada saat aparat pemerintah melakukan penahanan tiga tersangka atas pembunuhan seorang gadis yang bekerja sebagai tukang jahit dari etnis Rakhine, Ma Thuda Htwe (27 tahun), putri U Hla Tin dari perkampungan Thabyechaung, Desa Kyauknimaw, Yanbe.
Gadis 27 tahun tersebut ditikam sampai mati disertai pemerkosaan oleh tiga orang dari etnis Rohingya yakni Htet Htet (a) Rawshi bin U kyaw Thaung (Bengali/Muslim), Rawphi bin Sweyuk tamauk (Bengali/Muslim) dan Khochi bin Akwechay (Bengali/Muslim). Aparat kepolisisan Rakhine melakukan penahanan ketiga tersangka tersebut secara tidak transparan sehingga menekan amarah kedua etnis.
REUTERS/Chaiwat Subprasom
2. Warga Rohingya Etnis Bengali Tidak Diakui Sebagai Penduduk Asli Myanmar
Adanya UU Kewarganegaraan tahun 1982 yang menjadikan warga Rohingya etnis Bengali tidak diakui kewarganegaraannya membuat nasib mereka penuh dengan ketidakpastian bahkan mereka sering mendapatkan perlakuan sadis dari junta militer Myanmar seperti penjarahan, pembakaran hidup-hidup, pengrusakan tempat tinggal dan rumah ibadah, pemerkosaan, dan pembunuhan secara sewenang-wenang melalui Operasi Nagamind tahun 1990.
3. Diskriminasi Budaya Oleh Pemerintah
Penduduk Myanmar tidak pernah mengakui warga Rohingya etnis Bengali sebagai etnis, mereka menganggap sebagai “Muslim Arakan”, “Muslim Burma” atau “Bengal dari Burma” adalah nama-nama yang disematkan kepada Rohingya sebagai bahan ejekan.
Tidak hanya pemerintah Burma yang mengintimidasi mereka, tetapi juga junta militer pun menggembar-gemborkan gerakan anti Islam di kalangan masyarakat Buddha Rakhine dan penduduk Burma sebagai bagian dari kampanye memusuhi Rohingya.
Sebagian masyarakat Rakhine dan Burma menolak untuk mengakui Rohingya sebagai golongan etnis, dan mereka telah ditolak dalam keanggotaan Dewan Nasional Etnis. Etnis Rohingya merasa menjadi golongan kelas kedua sebagai masyarakat tertindas.