Pesan Kebaikan di Balik Tembang Cianjuran, Ungkapan Toleransi Lewat Sastra Sunda
Tembang Cianjuran merupakan bentuk puisi lawas khas daerah Cianjur dengan beragam pesan toleransi dan kebaikan.
Tembang Cianjuran merupakan bentuk puisi lawas khas daerah Cianjur yang dipopularkan oleh bangsa leluhur Sunda dengan iringan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab. sejak tahun 1800 an.
Nyanyian yang di daerah asalnya dinamakan mamaos (bacaan) itu telah aktif menjadi sarana nasihat bagi masyarakat Cianjur karena memiliki nilai yang kuat sebagai sarana penuntun kehidupan pendengarnya.
-
Kenapa Alun-alun Ciranjang menjadi daya tarik baru di Cianjur? Alun-alun Ciranjang menjadi destinasi wisata baru yang bisa dikunjungi saat singgah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi tersebut kini tampak indah, dan rapi, setelah dibenahi oleh Pemprov Jabar dengan anggaran Rp10,3 miliar.
-
Di mana wilayah yang menjadi pusat peredaran narkoba di Cianjur? Berdasarkan pemetaan oleh polisi, peredaran narkoba rawan terjadi di wilayah utara, selatan dan timur Kabupaten Cianjur.
-
Kenapa kasus Vina Cirebon ditarik ke Polda Jabar? Kemudian ramai itulah yang kemudian kasus ini ditarik ke Polda Jabar. Jadi sesama tahanan saling pukul sehingga membuat mereka lebam-lebam," ucap dia.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Mengapa Cianjur menjadi daerah rawan peredaran narkoba? Penyebab dari rawannya peredaran narkoba di sana tidak terlepas dari posisi Kabupaten Cianjur yang dijadikan sebagai destinasi wisata sehingga banyak disinggahi warga luar daerah.
Mengandung Nilai Fase Kehidupan
Tembang Cianjuran dinyanyikan oleh kaum wanita
Disparbud Jabar ©2020 Merdeka.com
Dikutip dari www.disparbud.jabarprov.go.id Tembang Cianjuran awalnya merupakan olah vokal puisi yang dikembangkan oleh Bupati Cianjur, R.A.A. Koesoemahningrat pada 1834-1864 dengan tema fase kehidupan berdasarkan macapat jawa pupuh.
Pupuh terdiri dari beberapa fase yaitu, Maskumambang (fase dalam Rahim ibu), Mijil (fase bayi yang mulai mengenal dunia), Sinom (fase masa muda yang banyak mencoba hal-hal baru), Kinanthi (Pencarian jati diri dan cita-cita).
Asmaradhana (fase mengenal cinta), Gambuh (fase bahtera rumah tangga), Dhandang Gula (fase kesuksesan hidu secara materi), Durma (fase peduli dengan lingkungan sosial sekitar), Pangkur (fase menyepi/kontemplasi), Megatruh (fase meninggalkan kehidupan dunia), dan Pucung (fase hidup kedua menuju keabadian).
Mengandung Nilai Hakikat Sifat
Dilansir dari jurnal FKIP Universitas Suryakancana dengan judul 'Mengeksplorasi Nilai-Nilai Budaya Tembang Sunda Cianjuran', dikatakan jika macapat lawas tersebut juga mengandung pesan tentang sifat.
Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa papantun dalam tembang cianjuran mengajarkan bagaimana harus bertingkah laku dan saling menghormati antar sesama makhluk.
Berikut beberapa potongan pesan sifat manusia dari tembang cianjuran yang mengangkat tema tentang tidak melewati batas, rendah hati, kehormatan, bersyukur, berani, dan memelihara.
“ari ret ka kaler wetan Kalau melihat ke utara timur, gunung Gede jiga nu ngajak balik gunung Gede seperti mengajak pulang, abdi kalunta-lunta aku terlunta-lunta”,
“Mugi henteu lepat tampi semoga tidak salah pengertian, Sanes ati kumaki bukan maksud tinggi hati, Reh agul ku payung butut Bangga oleh sesuatu yang tak seberapa”.
Dalam potongan lirik tersebut diartikan bahwa manusia harus bisa belajar menerima segala kekurangan dari siapapun yang ditemuinya (bertoleransi) agar hidup bisa saling melengkapi dan menghindarkan dari perpecahan.
Membawa Pesan untuk Menghormati Kesenian (Sejarah)
Tembang Cianjuran
Pinterest ©2020 Merdeka.com
Dalam tembang cianjuran selain mengangkat pesan kehidupan, juga berupaya mengajak para pendengar untuk menghormati sejarah. Maksudnya adalah para leluhur yang telah menciptakan warisan seni maupun budaya sehingga bisa dipakai hingga saat ini.
"Nyata mangrupa seni Nyata berupa seni, Warisan para luluhur Warisan para leluhur, ari gunung nu wetan kalau gunungan sebelah timur, baheula Sumedang Larang juragan Dahulu Sumedang Larang, Tuan, Sumedang sasaka Domas Sumedang sasaka Domas, lain gunung tanpa omas bukan gunung tanpa emas".
"Ari gunung Pangrango teh kalau gunung Pangrango, Tetenggerna dayeuh Bogor Juragan Cirinya kota Bogor, Tuan Kapungkur tilas karaton Dahulu bekas kraton, Batu tilas cicirenna Batu tilas cirinya, Pamoyanan jadi ciri bukti Pamoyanan jadi ciri bukti, Patilasan bupati baheula Peninggalan bupati dahulu, Karuhun muga ngajurung Leluhur smoga mengizinkan, Seja amit neda widi Meminta izin".
Penggalan bait d iatas berupaya mengajak manusia untuk senantiasa peduli terhadap tradisi kesenian yang diwariskan oleh bangsa leluhur, dengan adanya kata-kata ‘jaman pra Bopati’, ‘luluhur’, ‘sajarahna mimiti’, ‘baheula’, ‘kapungkur’, dan ‘karuhun’.
Penggalan tersebut menunjukkan bahwa masih ada nilai menghargai dan tafakur. Nilai menghargai melalui sejarah dari jasa para leluhur dahulu yang telah mewariskan cerita dan karya bagi generasinya sekarang.
Sedangkan nilai tafakur merujuk pada sebuah perenungan terhadap ciptaan Tuhan yang menjadi bagian inspirasi dalam membawa pesan kebaikan tersebut, mamaos tersebut biasanya sangat berkaitan dengan alam seperti ‘gunung’ sebagai mahakarya Tuhan.
Menjadi Sarana Hiburan
Pentas Tembang Cianjuran Modern
Humas Jawa Barat ©2020 Merdeka.com
Di masa sekarang masyarakat sudah mulai jarang mementaskan kesenian olah vokal Sunda unik tersebut. Namun segelintir masyarakat masih memanfaatkan kesenian langka ini sebagai musik hiburan, alat silaturahmi bagi kalangan budayawan setempat.
Selain itu, mamaos di era sekarang telah bertransformasi menjadi seni hiburan yang bersifat profit oleh para pegiatnya seperti dalam hiburan hajatan perkawinan, khitanan, dan berbagai keperluan hiburan lainnya