Sejarah Julukan Kota Kembang Bandung, Bermula dari Kongres Pengusaha Gula Tahun 1885
Saat itu petinggi acara berupaya menghadirkan 'hiburan' yang berbeda untuk para tamu. "Kembang Dayang" akhirnya dipilih untuk menghibur peserta kongres, hingga para undangan di sana merasa puas dan selalu mengaitkannya dengan Kota Bandung.
Selain Paris van Java, wilayah Bandung turut dikenal dengan sebutan kota kembang. Hal ini merujuk pada keindahan alamnya yang menyerupai bunga saat mekar.
Namun salah seorang sejarawan bernama Haryoto Kunto menemukan fakta lain. Dalam bukunya yang berjudul Wajah Bandoeng Tempo Doeloe, ia menuliskan bahwa istilah kembang pertama kali muncul usai Kongres Pengusaha Gula di tahun 1885.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Bagaimana kabar terbaru dari seleb dadakan yang meredup? Meskipun popularitas mereka meredup, beberapa dari mereka tetap aktif di media sosial dan masih memiliki pengikut yang setia. Namun, sebagian lainnya * * * * * Kelima seleb dadakan ini viral karena keunikan mereka, baik dari gaya bicara, penampilan, atau konten yang mereka buat. Namun, popularitas mereka yang meredup bisa disebabkan karena kurangnya konten yang menarik, kejenuhan publik, atau munculnya tren baru.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
Saat itu petinggi acara berupaya menghadirkan 'hiburan' yang berbeda untuk para tamu. "Kembang Dayang" akhirnya dipilih untuk menghibur peserta kongres, hingga para undangan di sana merasa puas dan selalu mengaitkannya dengan Kota Bandung.
Lantas bagaimana kisahnya? Melansir dari berbagai sumber (30/12), berikut informasinya.
Merujuk ke Sosok Wanita Indonesia-Belanda Sebagai Penghibur
Gedung Sate Kota Bandung
©2021 Merdeka.com/liputan6.com
Melansir dari badami.bandung.go.id, istilah kembang bermula dari saran petinggi perkebunan kina di Bandung bernama Meneer Schenk.
Saat itu Schenk kenal dekat dengan panitia menyarankan agar menyediakan wanita Indonesia-Belanda cantik, untuk menghibur anggota Pengurus Besar Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula (Bestuur van de Vereninging van Suikerplanters) dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Tujuannya agar para tamu undangan merasa senang, dan terkesan dengan keadaan di wilayah Bandung yang memang sudah menjadi primadona.
Pada saat kongresnya selesai dan berakhir dengan sukses, para peserta langsung berucap dalam bahasa Belanda "De Bloem der Indische Bergsteden" yang berarti "Bunganya kota di pegunungan Hindia Belanda".
Setelah pertemuan ini "Bunga" dari Bandung semakin terkenal ke berbagai penjuru daerah hingga akhirnya Bandung dikenal sebagai kota Kembang.
Versi Lain Asal Usul Penyebutan Kembang
Selain berasal dari para peserta Kongres Pengusaha Gula, istilah kota Kembang juga konon terkait dengan banyaknya bunga yang ditanam di wilayah perkotaan Bandung.
Mengutip dari laman Good News From Indonesia, di tahun 1855 pemerintah Hindia Belanda sempat berupaya 'membungakan' Kota Bandung dengan menanam berbagai jenis tanaman indah untuk mendukung gerakan pariwisata.
Saat itu Kota Bandung memang banyak menjadi tujuan pelancong luar negeri karena keindahannya.
Charles Walter Kinloch, salah seorang penjelajah Inggris bahkan mengabadikan kisah penjelajahannya di Bandung lewat buku berjudul Rambles in Java and the Straits (1852). Kinloch mengaku kagum dengan Bandung, bahkan banyaknya taman hingga keindahan alam di sana membuat kesehatannya pulih.
Selain itu, mengutip dari Mooi Bandoeng, Raja Thailand zaman dahulu pun pernah tiga kali mengunjungi Pulau Jawa (termasuk Bandung) pada 1871, 1896, dan 1901 karena terkesima dengan keindahannya.
Dalam Planten en Bloemen in Nederlandsch-Indie (1924), Dakkus menyatakan berbagai macam tumbuhan bisa ditanam dengan baik di wilayah Bandung. Untuk itu, pemerintah Belanda pun melakukan penanaman masif di beberapa taman kawasan Bandung Utara seperti Insulinde Park, Molukken Park, Tjibeunjing Plantsoen, Tjilakiplein, Oranjeplein, dan Ijzermanpark.