Sempat Rugi Rp70 Juta, Begini Kisah Penjual Olahan Ubi di Kuningan Bangkit Sampai Diminati Konsumen Korea
Pemilik usaha, Hanayah mengatakan jika penjualan olahan ubi jalar miliknya memang pasang surut. Puncaknya saat wabah Covid-19
Kegagalan menjadi titik balik bagi pelaku UMKM produk ubi jalar di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Sempat Rugi Rp70 Juta, Begini Kisah Penjual Olahan Ubi di Kuningan Bangkit Sampai Diminati Konsumen Korea
Hanayah, pemilik usaha olahan ubi di Kuningan mengaku penjualan produknya mengalami pasang surut. Saat Covid-19 merebak, usahanya bahkan sempat merugi sampai Rp70 Juta.
Namun Hanayah tidak patah semangat. Dirinya terus berinovasi dan menjual produk terbaiknya. Keuletannya membuahkan hasil. Produk bernama Hana Gemblong itu bahkan dilirik konsumen Korea Selatan dan Italia.
Olah ubi jadi gemblong
Hanayah mengolah ubi jalar menjadi gemblong. Usaha ini sudah dia rintis sejak 2009 lalu. Ia juga mengembangkan produk lainnya, seperti tepung ubi jalar termasuk bihun.
"Ada gemblong ubi ungu, balado, cokelat, jengkol, udang, sayur, bahkan ada olahan pisang, dan kripik bayem, “ katanya, dikutip dari Liputan6.
Menurut dia, ubi jalar merupakan makanan favorit warga Kuningan, Di pasar-pasar setempat kerap ditemui jajanan tradisional berbahan umbi-umbian manis ini
-
Kapan Ujung Kulon Janggan buka? Ujung Kulon Janggan dibuka mulai pukul 07.00 hingga 18.00.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kapan kata-kata Jawa kuno "Aja dadi uwong sing rumangsa bisa lan rumangsa pinter. Nanging dadiya uwong sing bisa lan pinter rumangsa." mulai banyak dicari? Kata-kata Jawa Kuno tentang kehidupan yang bijak banyak dicari oleh masyarakat.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Sapa sing iso ngerti tebak-tebakan lucu Jawa? Tebak-tebakan dalam bahasa Jawa dapat menjadi sarana untuk memahami kebudayaan yang satu ini.
Jadi oleh-oleh
Hana juga mengolah ubi jalar menjadi produk keripik yang menjadi oleh-oleh masyarakat yang datang ke Desa Sembawa, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Hana sendiri selama ini dikenal sebagai ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Mandiri. Dirinya terus mengembangkan produk ubi jalarnya agar variatif.
“Saat ini sedang mengembangkan tepung ubi jalar, aci, kremes dan tengah memproduksi gamyong (seperti bihun)," katanya.
Terdapak pandemi Covid-19
Merebaknya pandemi Covid-19 di Indonesia pada 2020 lalu sangat berdampak kepada dirinya. Omzet usahanya terus turun lantaran sepi pembeli. Banyak produk yang dikembalikan oleh reseller karena tidak laku.
"Waktu itu tahun 2020 jika dirupiahkan sekitar Rp 70 juta, dan 2021 turun sekitar Rp 20 Juta," kata Hana.
Syok karena Pandemi Covid-19
Ia pun sempat syok karena keadaan ini di luar prediksinya. Walau demikian, dia mencoba kembali bangkit dan tetap percaya diri untuk mempertahankan usaha, sampai produknya mulai kembali terjual.
"Kita optimis dan semangat, bangkit lagi, UMKM bisa maju dan bisa stabil lagi ekonominya. Karena kita di bawahnya itu ada satu anggota KWT yang memproduksi dan dua bahan baku yang kita pikirkan itu kelompok tani juga," tuturnya.
Terkendala untuk ekspor
Hana merasa usahanya ini masih menemui berbagai hambatan, seperti sulitnya untuk ekspor produk miliknya. Padahal produknya diminati oleh konsumen dari Korea dan Italia.
"Sebelumnya, olahan produk sudah ada permintaan ekspor Korea dan Italy. Namun ada beberapa kendala yang akhirnya dibatalkan," kata dia
Terkendala kriteria ekspor pangan luar negeri
Kegagalan itu lantaran produknya belum memenuhi kriteria makanan untuk pangsa pasar luar negeri. “Kami sudah ada tawaran ekspor, hanya belum lengkap legalitas seperti HACCP atau barcode (internasional). Kalau semua sudah mendukung, kita siap ekspor dan siap bersaing di pasar luar negeri,” ujarnya.
- Viral TKW Kirim Celana Dalam Harga Rp140.000 Malah Kena Cukai Rp800.000, Stafsus Sri Mulyani Jawab Begini
- Kejari OKU Selatan Gelar Sayembara, Bisa Tangkap Buronan Korupsi Dana Covid-19 Dapat Rp10 Juta
- Viral Bocah Ganteng Bantu Ibunda Jualan Ternyata Bukan Sosok Sembarangan, Banjir Pujian 'Cakep Masya Allah'
- Sri Mulyani Ungkap Kunci Sukses Korea Selatan hingga Jepang jadi Negara Maju: Beli Produk Dalam Negeri!
Fokuskan penjualan di pasar lokal
Untuk saat ini, produk gemblong ubi jalar miliknya sudah masuk ke toko oleh-oleh yang ada di wilayah Kabupaten Kuningan, Kota Cirebo.n sampai Kabupaten Majalengka dan daerah Jabar lainnya.
Gemblong ubi jalar
Produknya juga mudah didapatkan di minimarket ritel di Indonesia, seperti Indomaret dan Alfamart.
"Selain itu, produk juga masuk di rumah makan, masuk ke kantin-kantin sekolah, dan pesantren hingga Hotel-hotel yang di Kuningan, maupun di Cirebon," kata dia.
Proses mendapatkan ubinya sendiri dilakukan Hanayah melalui kerja sama dengan kelompok tani di Desa Sambawa. Dia menginginkan agar produknya bisa ikut bermanfaat bagi para petaninya.
"Harga pun, kita bukan mengikuti pasar, tapi kita sistem kontrak. Jadi kita saling menguntungkan, petani juga tidak dirugikan di kala harga lagi menurun tetap kita harganya stabil beli ke petani atau ke anggota," ujarnya.
Semangat memaksimalkan produk
Untuk membantu memaksimalkan penjualan, Hana sempat mendapat bantuan alat produksi gemblong ubi jalar berupa hammer mill dan mesin oven seharga Rp147 juta.
Bantuan tersebut berasal dari Bank BRI melalui UMKM binaannya.
"Agak terbantu. Yang tadinya menggiling ubi jalar memakai tumbuk, sekarang sudah memakai mesin. Saya juga dapat bantuan Rp 70 juta tahun 2021," terangnya.
Semangat memaksimalkan produk
Selain itu, dirinya juga mendapatkan pelatihan UMKM dari bank tersebut, mulai dari pengolahan makanan, pengemasan sampai packing yang tepat untuk mengirim produk ke luar negeri.
“Alhamdulillah itu rasanya terbantu sekali, karena memang yang kita butuhkan itu alat-alat yang tepat guna, dan dari bahan-bahannya itu stenlis yang kita bisa suatu saat ada tawaran ekspor dan itu kita alat-alat tidak mubajir” katanya.