Tanda-tanda Stres pada Anak yang Jarang Disadari Orang Tua, Jangan Diabaikan
Stres pada anak bukan hanya merupakan masalah kecil yang dapat diabaikan, tetapi merupakan tanda bahwa anak sedang menghadapi tekanan yang signifikan.
Stres adalah fenomena yang umum dialami oleh manusia dari berbagai usia, termasuk anak-anak. Meskipun stres dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi beberapa orang, namun pada anak-anak, stres dapat memiliki dampak yang lebih signifikan dan berkepanjangan jika tidak diatasi dengan baik.
Anak-anak yang mengalami stres dapat menunjukkan berbagai gejala yang berbeda-beda, mulai dari perubahan emosi hingga gangguan fisik.
-
Kenapa anak rantau sering stres? Selain karena deadline, rasa stress yang dimiliki oleh para anak rantau ini juga berasal dari proses adaptasi di tempat baru atau bisa pula karena kesepian yang dirasakan. Jika terlalu sering dialami, stress ini akan menjadi kronis dan dapat berkontribusi pada masalah kesehatan lambung, salah satunya adalah gerd. Oleh karena itu, kamu harus pandai dalam mengatur level stress dengan lebih bijak mulai sekarang.
-
Apa saja tanda-tanda demam berdarah pada anak? Tanda-tanda demam berdarah pada anak biasanya ditandai dengan demam tinggi 3 hingga 14 hari. Awalnya, kondisi ini tidak menunjukkan tanda-tanda gejala sama sekali. Terutama bagi anak yang sebelumnya belum pernah menderita DBD. Dalam beberapa kasus, tanda-tanda demam berdarah pada anak sama seperti gejala flu biasa. Hal ini yang kemudian cukup sulit membedakan gejala DBD dengan flu biasa. Namun, ada beberapa tanda-tanda berdarah pada anak yang sering dijumpai, antara lain: • Muncul keluhan nyeri pada otot dan pegal linu di seluruh tubuh. • Demam tinggi selama 3-14 hari setelah digigit nyamuk. • Pembengkakan pada kelenjar bening. • Anak mengeluhkan mual dan sakit kepala. • Gejala DBD pada anak yang pertama, yaitu perubahan suhu secara drastis, dari demam menjadi hipotermia. • Anak mengalami mimisan. • Gusi berdarah tanpa sebab. • Anak merasa lelah, gelisah, mudah tersinggung, dan mudah marah. • Mengalami sakit perut terasa nyeri ketika ditekan. • Muntah secara terus-menerus.
-
Kapan anak rentan kena asam lambung akibat stres? Stres dan kecemasan juga dapat menjadi penyebab asam lambung pada anak. Anak-anak yang mengalami tekanan emosional atau tekanan akademik yang tinggi dapat mengalami gangguan pencernaan dan peningkatan produksi asam lambung.
-
Apa saja yang membuat anak rentan stres? Dilansir dari WebMD, berikut sejumlah hal yang bisa menjadi penyebab munculnya stres pada anak dan remaja.
-
Mengapa anak-anak saat ini mudah mengalami stres? Tuntutan dan permasalahan hidup yang dimiliki menjadikan anak juga rawan mengalami stres.
-
Apa tanda remaja sedang mengalami stres? Menurut Dr. Fransiska M. Kaligis, dokter spesialis kesehatan jiwa di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), perubahan perilaku yang terjadi pada remaja akibat stres merupakan sebuah isyarat bagi orang dewasa untuk memberikan perhatian dan bantuan kepada mereka. "Itu mungkin suatu tanda bahwa kita perlu memberikan perhatian kepada remaja tersebut. Perhatiannya dalam bentuk apa, mungkin kita dekati dan ajak komunikasi dulu,” kata Fransiska beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Berikut merdeka.com akan membahas tentang tanda-tanda stres pada anak yang wajib diketahui oleh orang tua.
1. Mudah Tersinggung dan Mudah Marah
Anak yang stres sering kali menjadi lebih mudah tersinggung dan marah. Perubahan emosi ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan tidak terkendali, membuat anak lebih sulit untuk menenangkan diri dan menghadapi situasi yang biasanya tidak memicu reaksi emosional kuat.
Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan sekolah, konflik dengan teman, atau perubahan lingkungan yang tidak terduga. Ketika anak merasa stres, mereka mungkin lebih rentan terhadap stimulus yang biasanya tidak menimbulkan reaksi emosional kuat, seperti suara keras, perubahan cuaca, atau bahkan suara orang lain.
Misalnya, seorang anak yang biasanya tidak pernah marah karena suara keras, mungkin akan menjadi marah jika suara keras tersebut terjadi ketika mereka sedang dalam situasi stres.
2. Kesulitan Tidur dan Mimpi Buruk
Stres dapat menyebabkan anak kesulitan tidur dan sering terbangun di tengah malam karena mimpi buruk. Hal ini berdampak pada kualitas tidur yang menurun, yang pada gilirannya dapat memperburuk kondisi stres. Ketika anak tidak tidur dengan baik, mereka mungkin akan merasa lelah dan kurang berenergi, sehingga sulit untuk menghadapi hari-hari berikutnya.
- Tanda Anak Sudah Siap untuk Membaca, Perlu Disadari Orangtua dengan Cepat
- Tanda Anak Kurang Kasih Sayang, Perlu Dipahami Orangtua Sebelum Buah Hati Semakin Terlupakan
- 7 Tanda Tersembunyi Stres pada Ibu Menyusui, Tidak Boleh Diabaikan dan Harus Disadari Secepatnya
- 11 Tanda Overstimulasi pada Bayi dan Cara Mengatasinya, Perlu Dipahami Orangtua
Mimpi buruk juga dapat menjadi indikasi bahwa anak sedang mengalami stres. Mimpi buruk biasanya berhubungan dengan kekhawatiran atau ketakutan yang tidak dapat diatasi oleh anak. Misalnya, seorang anak yang biasanya tidak pernah mengalami mimpi buruk tentang sekolah, mungkin akan mengalami mimpi buruk tentang ujian atau tugas sekolah jika mereka merasa stres tentang hal tersebut.
3. Gangguan Makan dan Mengompol
Anak yang stres sering kali mengalami gangguan makan, seperti tidak nafsu makan atau makan berlebihan. Selain itu, mereka juga dapat mengalami gejala fisik seperti mengompol, yang tidak biasa terjadi pada anak yang sehat. Gangguan makan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketakutan akan makanan tertentu, perubahan lingkungan makan, atau bahkan perubahan emosi yang tidak terkendali.
Mengompol juga dapat menjadi indikasi bahwa anak sedang mengalami stres. Mengompol biasanya berhubungan dengan kekhawatiran atau ketakutan yang tidak dapat diatasi oleh anak. Misalnya, seorang anak yang biasanya tidak pernah mengompol, mungkin akan mengompol jika mereka merasa stres tentang hal tertentu.
4. Gangguan Fisik
Stres dapat menyebabkan anak mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau pusing. Gejala ini sering kali tidak disebabkan oleh penyakit fisik yang jelas, tetapi oleh reaksi tubuh terhadap stres. Ketika anak merasa stres, mereka mungkin akan mengalami gejala fisik yang tidak biasa terjadi pada mereka.
Misalnya, seorang anak yang biasanya tidak pernah mengalami sakit kepala, mungkin akan mengalami sakit kepala jika mereka merasa stres tentang hal tertentu. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketegangan otot, perubahan emosi yang tidak terkendali, atau bahkan perubahan hormon yang tidak biasa terjadi pada anak.
5. Ketakutan dan Kecemasan Berlebihan
Anak yang stres sering kali menunjukkan ketakutan dan kecemasan yang berlebihan. Mereka mungkin takut pada hal-hal yang biasanya tidak menimbulkan rasa takut, seperti gelap, tidur sendiri, atau pergi ke sekolah. Ketakutan dan kecemasan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan sekolah, konflik dengan teman, atau bahkan perubahan lingkungan yang tidak terduga.
Misalnya, seorang anak yang biasanya tidak pernah takut akan gelap, mungkin akan takut akan gelap jika mereka merasa stres tentang hal lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka menghindari situasi yang biasanya tidak menimbulkan rasa takut, sehingga mengalami ketakutan dan kecemasan yang berlebihan.
6. Mengisolasi Diri dari Keluarga dan Lingkungan
Stres dapat membuat anak mengisolasi diri dari keluarga dan lingkungan sekitar. Mereka mungkin jarang bermain dengan teman-teman atau menghindari interaksi sosial. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketakutan akan dihina oleh teman, ketakutan akan tidak diakui oleh orang tua, atau bahkan perubahan lingkungan yang tidak terduga.
Misalnya, seorang anak yang biasanya suka bermain dengan teman-teman, mungkin akan menghindari bermain dengan teman-teman jika mereka merasa stres tentang hal lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa lebih nyaman sendirian dan menghindari interaksi sosial, sehingga mengalami isolasi diri dari keluarga dan lingkungan.
7. Perilaku Negatif
Anak yang stres sering kali menunjukkan perilaku negatif seperti marah, mengamuk, merajuk, menangis, mengambek, atau perilaku agresif seperti membanting barang. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan sekolah, konflik dengan teman, atau bahkan perubahan lingkungan yang tidak terduga.
Misalnya, seorang anak yang biasanya tidak pernah marah, mungkin akan marah jika mereka merasa stres tentang hal tertentu. Hal ini dapat menyebabkan mereka menunjukkan perilaku negatif yang tidak biasa terjadi pada mereka, sehingga mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi yang biasanya tidak memicu reaksi emosional kuat.
8. Menjadi Keras Kepala dan Menolak Diatur
Stres dapat membuat anak menjadi keras kepala dan menolak diatur. Mereka mungkin merasa lebih kuat dan berdaya dengan menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketakutan akan tidak diakui oleh orang tua, ketakutan akan dihina oleh teman, atau bahkan perubahan lingkungan yang tidak terduga.
Misalnya, seorang anak yang biasanya suka mendengarkan saran orang tua, mungkin akan menolak mendengarkan saran orang tua jika mereka merasa stres tentang hal lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa lebih nyaman dengan menunjukkan perilaku yang keras kepala dan menolak diatur, sehingga mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi yang biasanya tidak memicu reaksi emosional kuat.
9. Malas atau Aktif Berlebihan
Anak yang stres juga dapat menunjukkan perubahan perilaku seperti menjadi malas atau sangat aktif. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tekanan sekolah, konflik dengan teman, atau bahkan perubahan lingkungan yang tidak terduga.
Misalnya, seorang anak yang biasanya suka bermain dan beraktivitas, mungkin akan menjadi malas jika mereka merasa stres tentang hal lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa lebih nyaman dengan menunjukkan perilaku yang malas, sehingga mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi yang biasanya tidak memicu reaksi emosional kuat.
Atau, seorang anak yang biasanya malas, mungkin akan menjadi sangat aktif jika mereka merasa stres tentang hal lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa lebih nyaman dengan menunjukkan perilaku yang sangat aktif, sehingga mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi yang biasanya tidak memicu reaksi emosional kuat.
10. Menjadi Bergantung pada Orang Tua atau Pengasuh
Stres dapat membuat anak menjadi bergantung pada orang tua atau pengasuh. Mereka mungkin membutuhkan dukungan yang lebih besar daripada biasanya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti ketakutan akan tidak diakui oleh orang tua, ketakutan akan dihina oleh teman, atau bahkan perubahan lingkungan yang tidak terduga.
Misalnya, seorang anak yang biasanya suka melakukan tugas-tugas sendiri, mungkin akan membutuhkan dukungan yang lebih besar dari orang tua jika mereka merasa stres tentang hal lainnya. Hal ini dapat menyebabkan mereka merasa lebih nyaman dengan menunjukkan perilaku yang bergantung pada orang tua atau pengasuh, sehingga mengalami kesulitan dalam menghadapi situasi yang biasanya tidak memicu reaksi emosional kuat.