Analisis Kriminolog soal Satu Keluarga Lompat dari Lantai 22 Apartemen Penjaringan, Bunuh Diri atau Pembunuhan?
Jasad keluarga yang terdiri dari 4 orang yaitu EA (51), JL (18), AIL & JWA (13) ditemukan pukul 16.15 Wib
Jasad keluarga yang terdiri dari 4 orang yaitu EA (51), JL (18), AIL & JWA (13) ditemukan pukul 16.15 Wib
- Cerita Pilu dari Mampang, Sekeluarga Tewas Terjebak di Atas Kobaran Api Kepung Lantai Bawah
- Ahli Forensik Ungkap Kasus Kematian Satu Keluarga di Apartemen Jakut Bukan Sekadar Bunuh Diri
- 4 Orang Tewas di Pelataran Apartemen Penjaringan Jakut Satu Keluarga, Dugaan Kuat Bunuh Diri
- Mengurai Penyebab Ibu Kandung di Bekasi Tusuk Anak 20 Kali hingga Tewas, Benarkah Ada Gangguan Psikologis?
Analisis Kriminolog soal Satu Keluarga Lompat dari Lantai 22 Apartemen Penjaringan, Bunuh Diri atau Pembunuhan?
Sebuah keluarga ditemukan tewas usai melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (9/3).
Jasad keluarga yang terdiri dari 4 orang yaitu EA (51), JL (18), AIL & JWA (13) ditemukan pukul 16.15 Wib oleh petugas keamanan bernama Dedy.
"Ketika menoleh, ternyata terdapat empat mayat, yang sudah tergeletak di pelataran parkir dalam posisi terlentang," terang Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan.
Kombes Gidion Arif juga mengkonfirmasi bahwa penyebab meninggalnya keluarga itu merupakan bunuh diri, "Empat mayat tersebut meninggal dunia akibat bunuh diri lompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan. Untuk penyebab bunuh diri tersebut belum diketahui,"
ujar Gidion saat dikonfirmasi.
Ahli Kriminologi, Soeprapto menerangkan bahwa aksi bunuh diri yang menyertakan anggota keluarga bukan kali pertama terjadi, sebelumnya juga ada beberapa kasus serupa di Jakarta.
"Ada yang sengaja melaparkan diri di rumah sehingga meninggal. Ada yang memberi racun dulu terhadap anaknya, baru kemudian pelaku mengakhiri hidupnya dengan menyayat urat nadi di lengannya, dan sebagainya,"
kata saat dihubungi merdeka.com, Rabu (13/3).
merdeka.com
Namun, Soeprapto meyakini bahwa ada kejanggalan dalam kasus bunuh diri satu keluarga ini.
"Jika benar anaknya sudah remaja, tentunya sudah bisa berontak dengan berteriak atau melawan. Atau kemungkinan ketiga adalah mereka dibunuh oleh pihak ketiga dengan cara dilempar paksa agar terkesan bunuh diri," ungkap Soeprapto.
Soeprapto mengaitkan kasus ini dengan teori Gabriel Tarde, "Yaitu bahwa dalam keadaan kalut apapun penyebabnya, telah menyebabkan seseorang kehilangan daya pikir rasionalnya, sehingga bisa melakukan apapun untuk menghindar dari kekalutannya, yang salah satunya adalah bunuh diri," jelas Soeprapto.
Soeprapto berharap pihak kepolisian dapat menemukan handphone korban untuk melacak percakapan yang dilakukan sebelum insiden tragis tersebut.
"Dapat dicek pula pintu dan atau jendela yang akses menuju lift atau tangga darurat terkunci atau tidak," tuturnya.
Hingga kini, kepolisian masih berusaha mendalami motif dari bunuh diri serempak yang dilakukan oleh keluarga di Jakarta Utara itu.
(Reporter magang: Alma Dhyan Kinansih)