Menelusuri Lokasi Diduga jadi Tempat 'Nyabu' di Blok G, Botol dan Sedotan Mirip Bong Berserakan
Situasi Blok G nampak sepi dan kosong. Lantai tersebut tampak seperti gedung terbengkalai.
Los-los bekas pedagang terbengkalai, diduga dimanfaatkan untuk tempat konsumsi sabu
Menelusuri Lokasi Diduga jadi Tempat 'Nyabu' di Blok G, Botol dan Sedotan Mirip Bong Berserakan
Pasar Tanah Abang Blok G dikenal sebagai tempat relokasi PKL yang dianggap sebagai biang kerok kemacetan.
Dari era Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) sampai Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, berbagai cara dilakukan untuk menertibkan permasalahan PKL tersebut.
- Tak Bisa Dipindah, Begini Nasib Situs Yoni yang Terdampak Jalan Tol Jogja-Solo
- Momen Hangat Ketum Parpol Pendukung Ganjar-Mahfud Duduk Bareng Dalam Satu Bus Menuju KPU
- Begini Situasi di Pintu masuk KPU Saat Anies Cak Imin Tiba, Massa Dorong-dorongan dengan Polisi
- Perempuan Situbondo Meninggal Tertimbun Lumpur di Belakang Rumah, Ini Fakta di Baliknya
Saat menjadi DKI 1, Jokowi berencana untuk merelokasi PKL ke Blok G. Dengan iming-iming membebaskan biaya sewa selama enam bulan bagi para PKL. Hingga akhirnya Blok G ditempati para PKL. Sayangnya, kawasan tersebut sepi pengunjung. Ahok yang menjabat sebagai gubernur saat itu berencana mengubah kawasan ini menjadi superblok.
Namun, saat Anies Baswedan menjabat, para PKL kembali berdagang di trotoar.
Hal itu membuat pendapatan pedagang Blok G menurun karena situasi semakin sepi pembeli.
Belakangan, kondisi Blok G kembali disorot. Kabarnya, Blok G kini disalahgunakan menjadi tempat mengkonsumsi narkoba jenis sabu.
Merdeka.com menelusuri Blok G untuk memastikan kabar tersebut Jumat (7/7).
Suasana di lantai satu pasar masih nampak normal. Pada lantai satu tampak aktivitas normal pedagang. Meskipun memang tampak sepi pembeli. Kebanyakan lantai 1 diisi oleh pedagang-pedagang pakaian.
Berjalan ke lantai dua, mulai terlihat nampak tangga yang tak terurus. Lantai dan sudut tangga terdapat noda-noda hitam.
Situasi juga nampak sepi dan kosong. Lantai tersebut tampak seperti gedung terbengkalai.
Beberapa lapak pedagang juga rusak dan banyak sampah berserakan. Los-los pedagang tersebut dipenuhi sampah botol plastik, manekin, kain dan lain-lain. Bau pesing pun menyengat dari tiap los. Membuat situasi tak nyaman dan jorok. Sumber pencahayaan hanya mengandalkan matahari. Sisanya sangat gelap.
Kami berjalan menyusuri barisan los pedagang yang gelap dan kotor.
Di bagian los nomor 149, terdapat sebuah botol plastik air mineral yang tutupnya dilubangi. Di atasnya ada dua sedotan plastik. Botol tersebut mirip dengan bong sabu.
Kondisi di lantai tiga juga tak berbeda jauh. Namun, los-los di sana terlihat lebih bersih. Di area yang tak terkena sinar matahari dan gelap, banyak tutup botol yang dilubangi seperti di lantai dua.
Tak hanya itu, terdapat beberapa botol lem aibon di sana.
Kami bertemu Ali Jawas (60), yang sudah berdagang sejak 1987 di sana. Dia bercerita, pasar ini sudah terbengkalai selama 6-7 tahun. Para pedagang memutuskan meninggalkan Blok G karena sepi pembeli. “Tadinya (lantai) dua, tiga ini diisi sama pedagang pakaian. Tapi karena enggak ada pembeli, ditinggal, dijadikan tempat gembel, tempat tidur,” kata Ali ketika ditemui.Ali mengaku sudah melaporkan hal ini kepada Perumda Pasar Jaya selaku pengelola gedung. Namun, ia baru mendapatkan respons pada April 2023. “Baru sekarang dia ada respons. Responsnya dia mau bangun makanya kita kemarin dipanggil ke blok A. Semua dipanggil. Blok A itu manajer, memimpin semua pasar yang ada di Tanah Abang blok A, Blok B, Blok M, Pasar Sabeni, Kebon Kacang, Gandaria itu semua dipegang sama dia,” ujar Ali.
“Tujuh tahun ini sudah lama kita didiamin (sama Pasar Jaya). Pasar Jayanya enggak ada respons sama sekali dari pas dibongkar zaman Ahok gak ada inian sama sekali, berantakan sekarang. Gubernur selanjutnya Pak Anies Baswedan memang enggak ada inian. Kita enggak salahin gubernurnya, karena mungkin enggak ada arahan dari sebelumnya,”
tambah Ali saat berbincang dengan kami.
Selain Ali, merdeka.com juga bertemu dengan pedagang lain. Ia mengatakan bahwa lantai dua dan tiga digunakan sebagai tempat nyabu. “Iya memang di lantai. Lihat-lihat saja ke sana,” katanya.
Masalah ini viral agar Blok G kembali dibenahi dan kembali menjadi indah. Dia bahkan mengaku sudah melaporkan hal ini ke Komisi B DPRD DKI Jakarta.
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Ismail belum dapat dihubungi hingga artikel ini ditulis.
“Kita yang ke sana (DPRD). Ketemu ketuanya,” tambahnya.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Komarudin mengaku sudah mengecek ke lokasi sejak Kamis (6/7). Namun, ia tidak menemukan bukti Blok G menjadi tempat pengedar sabu. “Hingga saat ini tim masih melakukan pengecekan di lokasi tersebut. Dari kemarin sudah tapi belum membuahkan hasil,” kata Komarudin kepada merdeka.com. Komarudin mengungkapkan, lantai dua dan tiga dihuni oleh orang luar yang tidak memiliki tempat tinggal. Meski demikian, ia masih mencari informasi lebih detail.
“Jadi tim yang sudah diterjunkan ini bersifat tertutup. Untuk awalnya warga di sana (sekitar Blok G) melaporkan kalau itu tempat dihuni oleh orang-orang yang bukan asli di sana. Kan itu tempat sudah lama juga soalnya,”
tambah Komarudin.
Merdeka.com
Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengaku akan meminta Wali Kota Jakarta Pusat Dhany Sukma untuk memeriksa langsung ke lokasi. “Ya nanti bersama Pak Wali, Polres, disuruh cek. Kalau itu menyangkut kriminalitas ya polres,” kata Heru.