Pelaku Tawuran di Ibu Kota Bakal Dites Urine, 90% Diduga Konsumsi Obat Terlarang
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suyudi Ario Seto mengungkap temuan fakta hampir 90 persen pelaku tawuran di wilayah Ibu Kota dan sekitarnya kerap mengonsumsi obat-obatan terlarang. Fakta itu disampaikannya pada apel bersama Pemprov DKI dan TNI di di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (13/5).
Wakapolda Metro Jaya Brigjen Suyudi Ario Seto mengungkap temuan fakta hampir 90 persen pelaku tawuran di wilayah Ibu Kota dan sekitarnya kerap mengonsumsi obat-obatan terlarang. Fakta itu disampaikannya pada apel bersama Pemprov DKI dan TNI di di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (13/5).
"Dari data yang saya dapat dari Krimum polda Metro Jaya maupun dari Polres-Polres Itu menunjukkan bahwa hampir 90 persen mereka yang melakukan tawuran itu habis menggunakan obat-obatan terlarang," kata Suyudi saat apel.
-
Siapa saja yang menjadi korban tawuran pelajar di Jakarta? Dahulu, korbannya tidak hanya sesama pelajar, namun juga para guru juga rentan menjadi sasaran.
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa penyebab utama tawuran pelajar di Jakarta? Tidak ada alasan yang jelas mengapa sering terjadi tawuran antar pelajar di Jakarta. Namun biasanya penyebab utama tawuran adalah adanya singgungan antar pelajar, seperti saling ejek, saling hina, dan mengaku paling menguasai wilayah yang dilalui pelajar dari sekolah lain.
-
Kapan Kota Tua Jakarta didirikan? Sejarah Kota Tua Jakarta berawal pada 1526, ketika Fatahillah, seorang komandan dari Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan milik dari Kerajaan Pajajaran.
Suyudi mengimbau kepada seluruh jajarannya agar melakukan tes urine kepada pelaku tawuran yang tertangkap oleh petugas. "Mengamankan mereka-mereka itu (para pelaku tawuran), kita wajibkan untuk dites urine, agar kita tahu jaringannya dan ini harus kita ungkap dan kita tangkap," tutur Suyudi.
Menurutnya, langkah tes urine dilakukan karena adanya faktor pengaruh obat-obat terlarang yang ditemukan petugas. Sebagaimana, temuan kasus beberapa waktu lalu 30 juta butir obat terlarang yg sampai hari ini sudah dilarang, seperti tramadol dan Excimer.
"Itu harganya tidak mahal. Harganya dikemas satu paket Rp150 ribu. Ini dibeli anak kita kemudian dikonsumsi tidak hanya 1 atau 2 butir tapi 1 paket itu isi 10, dimakan semuanya. Bisa dibayangkan akibatnya apa," kata dia.
"Jadi ini menjadi segitiga yang sangat penting antara obat-obat keras, anak kita yang notabene masih mencari identitas dengan tindakan yang mereka lakukan, premanisme, geng motor, dan sebagainya. Maka terjadilah kegiatan seperti tawuran di beberapa wilayah, karena dipicu oleh obat-obat ilegal. Ini sudah confirm dari data yg saya dapat dari Krimum Polda," bebernya.
Dalam kesempatan yang sama, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Karyoto mengimbau anak muda sebaiknya tidak nongkrong pada malam hari.
Imbauan itu demi mencegah timbulnya gangguan keamanan, ketertiban masyarakat (kamtibmas). "Tidak usah begadang-begadang cari masalah," ujar Karyoto.
Karyoto merujuk pada kasus kejahatan yang selama ini terjadi di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Menurut dia, nongkrong pada malam hari menimbulkan potensi kejahatan.
"Karena kadang-kadang kalau sudah berkumpul, lebih dari 5, lebih dari 6, idenya macam-macam, dan ini juga banyak kita temukan di wilayah-wilayah tentang potensi gangguan ini," ujar Kapolda Metro Jaya.
Apel ini turut dihadiri Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono bersama Pangdam Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan dengan pejabat instansi masing-masing. Agendanya melaksanakan Apel Gelar Pasukan Operasi Skala Besar di Monas, Jakarta Pusat, Sabtu (13/5).
Sebanyak 661 personel gabungan dikerahkan dari Polri, TNI, Satpol PP hingga Dinas Perhubungan DKI dalam operasi tersebut.
"Malam hari ini Forkompinda melakukan apel patroli gabungan sekala besar di wilayah hukum Polda Metro Jaya untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat di wilayah hukum Polda Metro Jaya," kata Heru.
(mdk/yan)