Suster Salah Kasih Susu, Bayi Dua Bulan Kritis Hingga Gizi Buruk
Sang ibu menuntut pertanggungjawaban kepada pihak rumah sakit.
Sang ibu menuntut pertanggungjawaban kepada pihak rumah sakit.
Suster Salah Kasih Susu, Bayi Dua Bulan Kritis Hingga Gizi Buruk
Nasib malang menimpa seorang bayi yang baru berumur dua bulan. Bayi tersebut menjadi korban kelalaian seorang suster di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) di Jakarta Barat karena salah memberi susu. Nahas, bayi malang itu pun kritis hingga mengalami gizi buruk.
Ibu korban, Chintia Suciati (29) menceritakan, mulanya sang anak berinisial LAH lahir pada 13 Juni 2023 di RS Pelni dengan kondisi ileostomy dan kelainan fungsi hati saat berumur 1 bulan 27 hari. Bayi tersebut juga lahir dalam kondisi prematur. Selama satu bulan, bayi itu dirawat hingga dirujuk ke RSAB pada tanggal 12 Juli 2023 dengan rujukan ke poli gastro. Justru pada saat di RSAB, pihak rumah sakit mendiagnosa penyakit yang berbeda.
"Di tanggal 12 Juli anak saya di bawa ke RSAB ke bagian IGD dengan kondisi feses sang anak cair dan lemas, dengan diagnosa diare serta dehidrasi," kata Chintia di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (16/8).
Tiga minggu berlalu. Perawatan terhadap bayi itu di ruangan NICU tidak kunjung menunjukkan kondisi lebih baik. Salah satunya mengalami penurunan berat badan drastis. Rasa putus asa sempat menyelimuti Chintya. Alasannya karena anaknya tidak mendapatkan perawatan yang baik. Kemudian dia berupaya untuk menghubungi salah satu dokter RS Pelni yang dipercayanya. Chintia curhat soal kondisi bayinya dan meminta agar segera dirawat kembali di RS Pelni. Akhirnya dokter dari RS Pelni melakukan komunikasi dengan pihak RSAB. Hingga akhirnya, sang bayi dapat penanganan dari dokter bedah di RSAB.
"Jadi dari dokter RS Pelni, coba bantu langsung sama dokter yang ada di sana (RSAB) akhirnya pas besok hari dapat telepon dari rumah sakit, anak saya dipegang sama dokter bedah RSBA,” cerita Chintya.
Perawatan pun berlanjut dengan fokus terlebih dahulu menaikan berat badan sang bayi dengan direkomendasikan dari dokter gizi setempat dengan susu pepti junior. Alhasil LAH dapat naik hingga 2,165 kilogram. Berselang beberapa hari tepatnya pada 7 Agustus 2023, Chintia bersama ibunya menjenguk sang anak. Ternyata mereka kaget dengan kondisi sang bayi. "Karena ibu juga jenguk, dia bilang kalau LAH itu kelihatan agak kuning coba dilihat bagian lehernya. Saya coba info ke perawat, sama perawat laki-laki juga 'sus ini kayaknya anak saya ada kuning deh'," ungkap Chintia.
Salah seorang suster itu mencoba mengonfirmasi ke dokter. Chintiajuga mempertanyakan susu yang dikonsumsi anaknya. Karena, dia mengaku, dapat mengetahui susu yang seharusnya dikonsumsi berdasarkan baunya. "Saya lihat kok susunya beda ini. karena kan sebelumnya susunya pepti junior, jadi saya hafal susu neocate kayak gimana baunya bahkan di rumah pun saya sudah pernah buatin susu neocate," jelas Chintya. "Biasanya setiap pagi itu selalu diantar susu sehari itu delapan botol susu yang udah ada susu bubuknya," lanjut Chintia.
Dirinya sempat mengkonfirmasi ke salah satu suster yang biasa menyajikan susu itu apakah benar kalau anaknya mengkonsumsi susu pepti Junior. Namun suster RSAB mengaku bahwa sudah benar. Rasa curiganya pun terjawab keesokan harinya. Kepala ruang rawat NICU tempat LAH menyampaikan permohonan maaf karena susu yang diberikan kepada anak Chintia ternyata salah. Mereka beralasan stok susu Pepti Junior telah menipis.
“Ada yang datengin saya, perempuan, dia bilang kejadian kemaren salah susu, minta maaf. Dikarenakan susu pepti juniornya sudah menipis dan kita disuruh beli. akhirnya kita beli online," jelas Chintia.
Pemeriksaan dengan pengambilan sampel darah pun dilakukan sekaligus pengecekan feses sang bayi. Akibat salah susu diduga menyebabkan feses bayinya justru mengandung darah berwarna hitam pekat. Begitu mengadu ke salah seorang suster, keduanya justru saling beradu debat. Chintia memilih mengalah karena dia tidak memiliki bukti yang kuat kalau kotoran pada bayinya itu ada darah dengan warna hitam pekat. Pada malam harinya Chintia mengatakan jika kondisi sang anak susah bernapas. kemudian Chintia langsung melaporkan apa yang dialami sang anak pada suster.
Chintia mengatakan, ketika dirinya melaporkan kondisi sang anak, suster tersebut hanya melihat sang anak kemudian keluar. Tak berhenti di situ, anak Chintia kembali lagi mengalami sesak napas namun saat melaporkan kejadian ini suster hanya memperbaiki posisi kepala sang anak. Kejadian pun berlanjut dengan anak Chintia mengalami kejang dengan retina mata ke atas. Namun sayangnya para suster di rumah sakit itu hanya terdiam dan tidak sama sekali melakukan pengecekan apapun.
"Akhirnya saya dipanggil dadanya bayi saya itu sudah kembang kempis gitu baru mereka panik panggil dokter. Datenglah katanya dokter IGD yang saya denger dari susternya. Dokter IGD bilang, 'bu begini dari jam berapa?’ 'dari jam tujuh. ‘Berarti udah lebih dari sepuluh kali?' ‘Iya' ‘Ibu udah info enggak sama suster?' karena suster yang saya info ada di situ saya tunjuk. 'saya udah info sama suster ini, susternya cuma diem aja'," ucap Chintia sambil menirukan suara dokter saat itu.
Bayi malang itu pun langsung dilarikan ke ruang ICU. Kata dokter yang memeriksa, kondisi bayi sudah sangat memprihatikan bahkan disebutkan harapan hidupnya sangat kecil.
"Besok paginya kita ditelepon karena LAH mau CT scan, dan ternyata LAH ada pendarahan juga di kepalanya, bisa disebabkan karena trombositnya udah rendah, kuningnya juga, atau terlalu lama kejangnya. Bahkan bibirnya pun udah miring-miring pas lagi kejang itu," jelas Chintia. Chintia menduga akibat kelalaian dari suster membuat sang anak yang kini berumur 1 bulan 27 hari kritis. Bahkan, sang bayi harus menambah apa yang sebelumnya sudah diderita, yaitu pendarahan di kepala.
Lantas Chintia pun melalui kerap memposting kesehariannya bersama sang bayi. Berharap mendapatkan perhatian oleh sejumlah pihak.