Terkunci di Dalam Rumah, Kakek 67 Tahun Tewas Terendam saat Banjir Datang
Ia menjelaskan, saat kejadian tersebut kondisi rumah almarhum dalam keadaan telah terkunci dari luar rumah. Karena, hal ini memang sudah terbiasa dilakukan oleh saudaranya sebelum adanya musibah banjir.
Seorang kakek berusia 67 tahun meninggal dunia akibat terkunci di dalam rumah saat banjir melanda RW 06, Jatipadang, Jakarta Selatan. Sutarmo diketahui tinggal di RT 013.
Arief yang merupakan Ketua RW 06 tersebut membenarkan jika salah satu warganya itu meninggal akibat terendam banjir dengan ketinggian hampir sekitar 1 meter di kediaman kakek sendiri.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Siapa yang menangani banjir di Jakarta? Dia menjelaskan, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. "Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat," ujar dia.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Kapan banjir pertama kali terjadi di Jakarta? Pada masa VOC sendiri telah dilakukan berbagai cara untuk menanggulangi banjir di Batavia (kini Jakarta). Gubernur Jenderal silih berganti mencoba berbagai upaya.
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
"Iya betul (meninggal), jadi memang dia hidup itu kan sendiri di rumah itu. Tetapi dia ada saudara-saudaranya yang jarak rumahnya 200 meter dari rumah almarhum," kata Arief saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (20/2).
Ia menjelaskan, saat kejadian tersebut kondisi rumah almarhum dalam keadaan telah terkunci dari luar rumah. Karena, hal ini memang sudah terbiasa dilakukan oleh saudaranya sebelum adanya musibah banjir.
"Memang kebiasaannya setiap jam 9 malam itu sudah dikunci sama saudaranya dari luar, dikunci ditinggalah dan buka lagi subuh kan. Nah karena ini datangnya (air) jam 1 malam secara tiba-tiba ya langsung tinggi, kebetulan memang almarhum ini tidurnya di bawah begitu. Jadi langsung ya tenggelam begitu," jelasnya.
Untuk mengevakuasi korban, tidak bisa jika tidak menggunakan alat bantu seperti perahu karet. Karena, arus di lokasi tersebut, katanya, deras dan tinggi.
"(Evakuasi) Jam setengah 8 pagi, pakai perahu dari damkar. Karena memang medannya agak sulit. Karena air deras, tinggi, kencang betul itu harus pakai perahu kita juga evakuasinya. Jadi kendalanya memang terlalu deras tinggi," ujarnya.
Saat dilakukan evakuasi, jenazah almarhum sudah dalam kondisi mengambang di atas air di ruang tamu rumahnya itu. Untuk jenazah korban sendiri sudah dimakamkan setelah Ashar di Kampung Kandang, Jakarta Selatan.
"(Kondisi) Sudah ngambang, memang kan rumahnya agak kecil ya. Dia juga memang tidurnya di bawah, di ruangan tamu," ucapnya.
Lalu, terkait dengan alasan kakek tersebut dikunci oleh saudaranya dari luar rumah. Lantaran, sang kakek kerap keluar rumah hingga jauh.
"Jadi memang almarhum ini suka keluar-keluar begitu, dia suka jalan-jalan agak jauh-jauh perginya. Kadang-kadang suka kita cariin begitu kan," ungkapnya.
"Iya (almarhum pikun) dia agak seperti itulah penyakit tua," tambahnya.
12 RT Terdampak Banjir
Ia menyebut, untuk kondisi sekarang ini di wilayahnya itu masih terendam banjir yang masih cukup tinggi. Di sana sendiri, sebanyak 12 RT terkena banjir.
"(Kondisi) Masih tinggi, tapi agak surut dikit doang. Kita RW 06, ada 15 RT, yang terdampak ada 12 RT. Kita 70 persen dataran rendah, kita hitung ada 700 KK terdampak banjir," sebutnya.
"Untuk sekarang ada 5 titik (pengungsian), di Masjid Ar Ridwan, Masjid Hayatul Ihsam, Mushollah Annur, di Sadili dan di lapangan RT 14," sambungnya.
Dengan masih terendam banjir di wilayahnya itu, saat ini warganya membutuhkan bantuan seperti pakaian. Karena memang saat banjir, pakaian mereka juga ikut terendam. Terlebih, banjir saat ini disebutnya terparah.
"Sering (banjir), tapi enggak separah ini. Paling parah, paling parah," ujarnya.
"(Bantuan) Nasi bungkus sudah sampai. Ini pertama secara tiba-tiba dan langsung tinggi, jadi barang-barang rata-rata tidak terselamatkan untuk masalah pakaian. Jadi pengungsi ini sedang minta diusahakan pakaian dalam begitu," pungkasnya.
(mdk/eko)