14 September: Kelahiran Nyi Hajar Dewantara, Penggagas Kongres Perempuan Indonesia
Nyi Hajar Dewantara adalah sosok perempuan yang memiliki jasa besar bagi pergerakan bangsa Indonesia. Istri dari Ki Hajar Dewantara ini dikenal sebagai pegiat pendidikan dan pergerakan perempuan Indonesia. Banyak sekali kisah hidupnya yang patut dicontoh dan diteladani.
Nyi Hajar Dewantara adalah sosok perempuan yang memiliki jasa besar bagi pergerakan bangsa Indonesia. Istri dari Ki Hajar Dewantara ini dikenal sebagai pegiat pendidikan dan pergerakan perempuan Indonesia. Banyak sekali kisah hidupnya yang patut dicontoh dan diteladani.
Tepat hari ini, 14 September pada 1890 silam, Nyi Hajar Dewantara lahir dari pasangan Kanjeng Pangeran Haryo Sosroningrat dan R.A.Y Mutmainah dengan nama Raden Ajeng Sutartinah. Sepanjang hidupnya banyak dihabiskan untuk memperjuangkan pendidikan dan pergerakan kaum perempuan di Indonesia.
-
Kapan Ki Hadjar Dewantoro lahir? Ki Hadjar Dewantara merupakan seorang bangsawan Pakualaman yang lahir pada lahir pada 2 Mei 1889.
-
Apa makna "Merdeka Belajar" menurut Ki Hajar Dewantara? Melalui buah pikirannya, Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa pendidan merupakan serangkaian proses untuk memanusiakan manusia. Dikutip dari Kemdikbud.go.id, konsep pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara didasarkan pada asas kemerdekaan. Maksudnya, manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan pada aturan yang ada di masyarakat.
-
Bagaimana konsep Merdeka Belajar menurut Ki Hajar Dewantara diterapkan dalam pendidikan saat ini? Konsep Merdeka Belajar yang pernah diusung Ki Hajar Dewantara diadopsi dalam sistem pendidikan saat ini. Program Merdeka Belajar pertama kali dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem. Dalam sistem itu, esensi kemerdekaan belajar harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada siswa-siswi.
-
Kapan Harun Kabir meninggal? Tanggal 13 November 1947, jadi hari terakhir Harun Kabir dalam menentang kekuasaan Belanda yang kembali datang ke Indonesia.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kenapa kata-kata lucu hari ini penting? Ya, kata-kata hari ini lucu tidak bisa dianggap sepele. Sebab, kata-kata ini justru sering kali membantu Anda dalam mengatasi kebosanan dengan cara menyenangkan dan menghibur.
Sebagai istri Ki Hajar Dewantara, Nyi Hajar turut mendampinginya dalam setiap agenda perjuangan. Selain itu, ia juga terlibat dalam berbagai perjuangan untuk melawan Pemerintah Kolonial Belanda. Berikut perjalanan hidup Nyi Hajar Dewantara yang merdeka.com lansir dari dpad.jogjaprov.go.id:
Mengenal Sosok Nyi Hajar Dewantara
wikipedia.org
Nyi Hajar Dewantara lahir pada Selasa, 14 September 1890, bertepatan dengan 1 Sapar Tahun Ehe 1820 di Yogyakarta. Putri keenam dari Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Sosroningrat ini memiliki nama asli Raden Ajeng Sutartinah. Ibunya bernama R.A.Y Mutmainah yang telah bersuami disebut B.R.A.Y Sosroningrat.
R.A Sutartinah tamat sekolah di Europease Lagere School (ELS) pada tahun 1904. Setelah itu, ia melanjutkan ke sekolah guru dan menjadi guru bantu di sekolah yang didirikan Priyo Gondoatmodjo tersebut. Tiga tahun setelah mengabdi menjadi seorang guru, ia menikah dengan R.M Suwardi Suryaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.
Sebagai istri Ki Hajar Dewantara, Sutartinah pernah mendampingi suaminya dalam pembuangan ke negeri Belanda sejak 13 September 1913026 Juli 1919. Hal ini yang kemudian menjadi bukti nyata bahwa ia tak pernah absen dalam setiap perjuangan Ki Hajar Dewantara.
Sang Penggagas Kongres Perempuan Indonesia
Nyi Hajar Dewantara juga berperan penting dalam kemajuan perempuan Indonesia. Ya, ia juga menginisiasi Kongres Perempuan I yang diadakan pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Kongres yang digelar di gedung Dalem Joyodipuran milik Raden Tumenggung Joyodipero ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita yang tersebar di kota Jawa dan Sumatera.
Kumpulan perempuan tersebut terinspirasi dari perjuangan wanita era abad ke-19 untuk berjuang melawan penjajah. Selain itu, kongres ini juga dihadiri oleh wakil dari Boedi Oetomo, PSI, PNI, Jong Java, Muhammadiyah, dan organisasi pergerakan lainnya.
Adapun tujuan dari Kongres Perempuan ini untuk mempersatukan cita-cita dan usaha memajukan wanita Indonesia. Kongres juga untuk menjalin pertalian antara perkumpulan-perkumpulan wanita Indonesia. Selain itu, Kongres Perempuan pertama ini digelar untuk mendirikan gabungan atau federasi perkumpulan wanita bernama Perserikatan Perempuan Indonesia (PPI).
Perlawanan Nyi Hajar Dewantara terhadap Kolonial Belanda
liputan6.com
Tidak hanya menggagas Kongres Perempuan Indonesia, Nyi Hajar Dewantara juga menjadi seorang guru di Taman Siswa. Profesi ini terus ia geluti hingga Pemerintah Hindia-belanda mengeluarkan ordonansi “sekolah liar” dan menutup kegiatan sekolah Taman Siswa.
Sekolah Taman Siswa dianggap liar oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Hal ini yang membuat Nyi Hajar Dewantara mengadakan perlawanan yang gigih atas kebijakan penjajah itu. Ia melancarkan perlawanan dengan cara ‘Gerilya Pendidikan’. Di bawah arahan Nyi Hajar, guru Taman Siswa mendatangi setiap rumah rakyat untuk mengajar siswa-siswa di rumah masing-masing.
Dengan perlawanan heroik yang dilakukan Nyi Hajar, Taman Siswa mendapat simpati dari berbagai organisasi pergerakan. Bahkan, puluhan orang mendaftar sebagai sukarelawan yang siap menggantikan guru yang tertangkap dengan konsekuensi siap pula untuk ditangkap.
Sementara itu, setelah meninggalnya Ki Hajar Dewantara pada 1958, Nyi Hajar memimpin Taman Siswa sampai tahun 1970. Kemudian pada 1960-an, ia juga turut mendirikan Universitas Ssarjanawiyata Taman Siswa dan menjabat sebagai rektor pada tahun 1965. Maka dari itu, sosok Nyi Hajar Dewantara berjasa besar bagi pendidikan di Indonesia.
Atas jasa-jasanya tersebut, Nyi Hajar ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan kebangsaan dan kemerdekaan Republik Indonesia dengan keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No.Pal. 52/61/PK/ tertanggal 16 April 1971. Selain itu, ia juga mendapat penghargaan tanda kehormatan Satya Lencana Kebudayaan dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 017/Tk/1968 tertanggal 13 April 1968.