6 Penyebab Pemanasan Global yang Diakibatkan oleh Manusia dan Jarang Disadari
Penyebab pemanasan global tidak lepas dari gaya hidup dan kegiatan manusia dari tahun ke tahun sejak era industri. Berikut merupakan 10 penyebab pemanasan global yang diakibatkan oleh ulah manusia
Pemanasan global merupakan salah satu gejala terjadinya perubahan iklim. Kini, pemanasan global dan perubahan iklim bukanlah isu yang jauh dan asing di telinga masyarakat Indonesia. Pemanasan global sendiri terjadi ketika meningkatnya suhu rata-rata global atau permukaan bumi.
Hal tersebut disebabkan karena karbon dioksida (CO2), dan polutan udara lainnya serta gas rumah kaca berkumpul di atmosfer kemudian menyerap sinar matahari dan radiasi matahari yang memantul dari permukaan bumi.
-
Di mana petugas pemilu di Jateng meninggal dunia? Di Klaten, Jawa Tengah, seorang petugas KPPS meninggal dunia setelah sempat bertugas di TPS 04 Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno. Ia bernama Dewi Indriyani (43), sebelumnya diketahui bahwa ia memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Selain Dewi, ada satu lagi petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang meninggal dunia usai bertugas. Petugas KPPS bernama Joko Basuki (55) bertugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 11 Desa Tegalrejo, Kecamatan Cepet, Klaten.
-
Mengapa petugas pemilu di Jateng meninggal dunia? Banyak petugas yang mengalami kelelahan sehingga beberapa dari mereka meninggal dunia. Pada setiap ajang pemilu, salah satu pihak yang paling berat bekerja adalah petugas pemilu seperti petugas KPPS dan perangkat keamanan. Mereka harus bekerja tak kenal waktu tanpa mengenal istirahat.
-
Siapa saja petugas pemilu di Jateng yang meninggal dunia? Di Klaten, Jawa Tengah, seorang petugas KPPS meninggal dunia setelah sempat bertugas di TPS 04 Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno. Ia bernama Dewi Indriyani (43), sebelumnya diketahui bahwa ia memiliki penyakit penyerta atau komorbid. Selain Dewi, ada satu lagi petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang meninggal dunia usai bertugas. Petugas KPPS bernama Joko Basuki (55) bertugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 11 Desa Tegalrejo, Kecamatan Cepet, Klaten.
-
Apa yang dimaksud dengan Jaranan Pegon? Jaranan Pegon merupakan jaranan tradisional yang gerakannya lebih lemah lembut dibandingkan Jaranan Jawa dan Jaranan Sentherewe.
-
Kapan Gege meninggal? Joe atau Juhana Sutisna dari P Project mengalami duka atas meninggalnya putra kesayangannya, Edge Thariq alias Gege, pada pertengahan Mei 2024.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Radiasi ini biasanya akan melarikan diri ke luar angkasa, namun karena adanya polutan sehingga radiasi dan sinar matahari terperangkap selama bertahun-tahun di atmosfer. Fenomena ini dikenal dengan efek rumah kaca.
Gas-gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca yang berdampak besar yaitu Karbon dioksida (CO2), Nitro Oksida (NOx), Sulfur Oksida (Sox), Metana (CH4), Chloroflurocarbon (CFC), Hydrofluorocarbon (HFC). Pada tahun 2019, terjadi kenaikan suhu rata-rata di Indonesia sebesar 0,58 derajat Celcius. Hal ini menjadikan tahun 2019 sebagai tahun terpanas kedua sejak rentang kenaikan suhu tahun 1981-2010 setelah tahun 2016.
World Meteorological Organization (WMO) mengungkapkan terjadi kenaikan suhu rata-rata global mencapai 1,1 derajat Celcius. Kenaikan tersebut mengakibatkan banyak terjadinya bencana alam sebagai respon naiknya suhu bumi selama tahun 2019, seperti badai, kekeringan, banjir, mencairnya es kutub utara dan selatan, kenaikan air laut hingga kebakaran hutan.
Berbagai peristiwa tersebut tidak lepas dari gaya hidup dan kegiatan manusia dari tahun ke tahun sejak era industri. Pembakaran batu bara yang digunakan untuk menghasilkan energi untuk pabrik mengakibatkan peningkatan jumlah karbon dioksida di udara.
Berikut merupakan 6 penyebab pemanasan global yang diakibatkan oleh ulah manusia:
Transportasi dan Perjalanan
2019 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho
Dalam keseharian, setiap orang terbiasa berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan jarak dekat maupun jauh menggunakan kendaraan yang berbahan bakar fosil. Ketika bahan bakar fosil ini menyuplai panas dan memberi tenaga pada mesin, maka mesin akan melepaskan karbon dan polutan lainnya. Sehingga kualitas udara dan air akan menurun.
Hal seperti ini terjadi setiap hari dalam berbagai jenis transportasi (dara, laut dan udara), dilakukan oleh jutaan orang di dunia secara bersamaan. Efek kendaraan bermotor inilah yang kemudian berakumulasi dan memerangkap panas di atmosfer.
Environmental Protection Agency (EPA) melaporkan bahwa tiga puluh persen emisi yang dihasilkan di Amerika berasal dari transportasi yang dilakukan untuk mengangkut orang maupun barang. Pada tahun 2016 dibuktikan bahwa penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca di Amerika adalah transportasi.
Kegiatan Industri
Ilustrasi shutterstock.com
Kegiatan industri merupakan titik awal penyebab terjadinya kenaikan suhu secara masif dari tahun ke tahun. Perpindahan perekonomian berbasis pertanian ke industrial di berbagai belahan dunia menyumbang angka besar kenaikan pemanasan global.
Sebuah studi menunjukkan bahwa pemanasan global dimulai sebagian besar oleh revolusi industry di Amerika pada pertengahan abad ke-19. Hingga kini selanjutnya hampir semua negara yang berbasis industri ikut menyumbang dengan skala besar penyebab pemanasan global.
Kadar karbon yang dihasilkan akibat kegiatan industry yaitu sebesar 412 bagian per juta dalam 150 tahun terakhir. Karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida yang telah menyebabkan peningkatan suhu bumi selama 50 tahun terakhir.
International Energy Agency melaporkan antara tahun 2000-2016 negara yang menyumbang emisi karbon dioksida terbesar yang pertama yaitu Republik Rakyat China. Sedangkan Indonesia berada di urutan ke-6 setelah Rusia dengan nilai 2,053 miliar ton.
Penggundulan Hutan
2020 Merdeka.com
Mulanya hutan mencakup sepertiga dari luas daratan bumi dan menjaga kesehatan lingkungan kita. Hutan berfungsi menyerap dan memerangkap karbon dioksida yang akhirnya mencegahnya untuk terperangkap di atmosfer. Selain itu hutan juga berfungsi sebagai pengatur siklus air dan mengurangi risiko banjir dan tanah longsor.
Menurut Bank Dunia dunia masih kehilangan sekitar 14,5 juta hektar hutan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia yang illegal dan legal. Misalnya banyaknya kasus penggundulan hutan secara sengaja maupun tidak sengaja untuk dicuri kayunya namun meninggalkan hutan gundul dan terbengkalai.
Pembukaan lahan dengan cara pembakaran untuk area industry dan tempat tinggal juga menyebabkan efek rumah kaca dan berkurangnya sejumlah pohon yang seharusnya bisa menyerap karbon dioksida. Penggundulan hutan juga menyebabkan terancamnya keseimbangan ekosistem karena banyak makhluk hidup yang mendiami hutan kehilangan tempat tinggalnya.
Hutan Amazon dan Hutan Indonesia penyumbang terbesar di dunia yang mengalami kebakaran turut memperparah pemanasan global dan perubahan iklim pada tahun-tahun mendatang.
Penggunaan Listrik Berlebihan
REUTERS/Leon Kuegeler
Pembangkit listrik yang merupakan kebutuhan utama sehari-hari manusia juga menyumbang dampak yang besar secara global terhadap perubahan iklim. Semua pembangkit listrik memiliki dampak beragam terhadap kondisi udara, air, dan tanah.
Memproduksi listrik membutuhkan bahan bakar yang kemudian melepaskan berbagai macam gas seperti karbon dioksida. Karbon dioksida ini kemudian akan menyebabkan efek rumah kaca. Sehingga setiap orang sebenarnya menghasilkan jejak karbon yang turut menyumbang pemanasan global.
Semua bentuk pembangkit listrik memiliki dampak lingkungan pada udara, air, dan tanah kita, tetapi bervariasi. Dari total energi yang dikonsumsi di Amerika Serikat, sekitar 40% digunakan untuk menghasilkan listrik, menjadikan listrik menggunakan bagian penting dari jejak lingkungan setiap orang.
Produksi Ternak
2019 Merdeka.com
Meski jarang dikampanyekan, peternakan ternyata juga turut berkontribusi dalam meningkatkan pemanasan global dengan beragam cara. Merawat hewan ternak dengan jumlah besar seperti peternakan, menghasilkan limbah yang amat besar di mana limbah tersebut menghasilkan metana.
Metana termasuk gas rumah kaca. Di mana ia dapat memerangkap panas dalam atmosfer. Metana dipancarkan selama kegiatan produksi batu bara, gas alam, dan minyak. Pembusukan sampah organik di berbagai tempat juga menyumbang jumlah metana yang besar.
Hal ini juga tidak terlepas dari konsumsi produk daging dan susu yang akan terus tumbuh berkali-kali lipat hingga tahun 2050. Sisa makanan manusia yang terbuang dan menjadi sampah pun akan menghasilkan metana. Indonesia termasuk negara nomor dua terbesar di dunia penghasil sampah makanan.
Perilaku Konsumtif
2013 Merdeka.com/shutterstock/Africa Studio
Manusia memiliki sifat konsumtif untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Namun sifat yang berlebihan dalam mengonsumsi suatu barang ternyata juga berdampak buruk terhadap lingkungan. Dilansir dari reusethisbagproduk-produk yang digunakan manusia berkontribusi 60% penghasil gas rumah kaca.
Hal itu dikarenakan penggunaan energi untuk memproduksi produk tersebut dan menjaganya untuk tetap bisa digunakan membutuhkan jumlah energi yang sangat banyak. Di mana energi tersebut meliputi penggunaan listrik dan batu bara.
Dikutip dari Eco Watch, PBB mengungkapkan perkiraan konsumen yang membeli pakaian 60 persen lebih banyak dari 15 tahun belakangan. Namun pakain yang terbeli hanya disimpan dan tidak dikenakan. Hal ini juga terjadi pada produk-produk elektronik namun penggunaannya sebenarnya amat jarang.
Dan pada masa akhir pemakaian produk, sebagian besar tidak melalui proses daur ulang dan menjadi tumpukan sampah. Kemudian, lingkaran produksi bergulir lagi menghasilkan produk baru terus menerus yang menghasilkan makin banyak polutan dan sampah.
(mdk/amd)