5 Etika Calon Jemaah Haji Menurut Imam Al-Ghazali, Luruskan Niat hingga Jaga Lisan
Etika calon jemaah haji yang perlu dipraktikkan mulai dari meluruskan niat dalam berhaji, mempersiapkan bekal secukupnya, menjaga lisan, menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki, hingga menjaga penampilan dengan bijak dan tidak berlebihan.
Seperti diketahui, sebagian umat Muslim di seluruh dunia yang menjadi calon jemaah haji, sedang mempersiapkan diri menuju pelaksanaan haji 2023. Beberapa negara bahkan telah memberangkatkan sebagian calon jemaah haji ke Jeddah dalam beberapa gelombang, termasuk Indonesia.
Dalam tahap persiapan ini, calon jemaah haji dianjurkan untuk menjaga kesehatan dengan baik agar bisa mendapatkan kondisi fisik yang sehat dan bugar selama ibadah haji. Selain itu, calon jemaah haji juga perlu mematangkan segala bekal pengetahuan tentang rangkaian ibadah yang akan dilaksanakan.
-
Kapan calon jamaah haji plus berangkat? Dalam hal waktu tunggu, periode untuk haji plus biasanya lebih singkat dibandingkan haji reguler.Akibatnya, biaya untuk program haji plus cenderung lebih tinggi.
-
Kapan HUT Kodam Jaya diperingati? Setiap tanggal 24 Desember diperingati HUT Kodam Jaya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Siapa yang berangkat haji? Rezky Aditya merasa sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa kepada dirinya dan istrinya, Citra Kirana, untuk dapat menunaikan ibadah haji tahun ini.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
Selain itu, hal yang tak kalah penting, Anda juga perlu memahami bagaimana etika calon jemaah haji yang baik sesuai dalam ajaran Islam. Dalam hal ini, terdapat beberapa etika calon jemaah haji menurut Imam Al-Ghazali yang perlu diperhatikan.
Etika calon jemaah haji yang perlu dipraktikkan mulai dari meluruskan niat dalam berhaji, mempersiapkan bekal secukupnya, menjaga lisan, menunaikan ibadah haji dengan berjalan kaki, hingga menjaga penampilan dengan bijak dan tidak berlebihan.
Beberapa etika ini penting diperhatikan untuk menunjukkan kesungguhan hati untuk datang dan beribadah kepada Allah di Tanah Suci. Dikutip dari NU Online, berikut kami merangkum beberapa etika calon jemaah haji menurut Imam Al-Ghazali, perlu Anda ketahui.
Etika Calon Jemaah Haji: Meluruskan Niat, Mempersiapkan Bekal, Menjaga Lisan
Meluruskan Niat
Etika calon jemaah haji yang perlu diperhatikan pertama adalah meluruskan niat. Penting bagi calon jemaah haji untuk memurnikan niat haji untuk fokus beribadah kepada Allah. Dengan niat yang tulus dan bersih, maka segala rangkaian ibadah yang dilakukan akan lebih bermakna.
Berbeda, jika menunaikan ibadah haji dengan niat agar bisa mendapatkan gelar haji. Ini timbul dari tujuan yang tidak mulia, yaitu hanya ingin mendapatkan pengakuan dari manusia. Tidak berhaji karena murni ingin menyembah Allah dan memohon ampunan-Nya. Dengan begitu, penting untuk kembali meluruskan niat masing-masing sebelum melaksanakan rangkaian ibadah haji.
Mempersiapkan Bekal
Etika calon jemaah haji menurut Imam Al-Ghazali berikutnya, yaitu mempersiapkan bekal secukupnya. Bekal yang dimaksud adalah segala hal yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan ibadah haji. Mulai dari pakaian, persediaan uang selama berada di Mekkah, dan lain sebagainya.
Persiapkan segala sesuatu dengan porsi yang cukup dan tidak berlebihan. Hindari pula perilaku bersenang-senang dan penuh dengan perasaan duniawi selama menjalankan ibadah haji, seperti makan makanan enak, belanja mewah, dan lain sebagainya. Ingat kembali niat awal haji, yaitu mendedikasikan waktu serta tenaga untuk menyembah Allah.
Menjaga Lisan
Etika calon jemaah haji menurut Imam Al-Ghazali selanjutnya, yaitu menjaga lisan. Penting bagi calon jemaah haji untuk meninggalkan al-rafats, yaitu segala perkataan yang sia-sia, keji, dan kotor. Dilarang bagi calon jemaah haji untuk mengumpat, termasuk membicarakan segala sesuatu yang tidak pantas dan kotor, seperti membicarakan hubungan suami-istri.
Dianjurkan pula bagi calon jemaah haji untuk menghindari kata al-fusuq, yaitu kata umum yang mengarah pada keadaan keluar dari ketaatan Allah. Serta dianjurkan untuk menjaga lisan dari kata al-jadal, yaitu suatu hal yang berlebihan dalam permusuhan, pertengkaran, dan hal-hal yang menyebabkan dengki serta perpecahan.
Etika Calon Jemaah Haji: Ibadah Haji dengan Berjalan Kaki, Menjaga Penampilan
Ibadah Haji dengan Berjalan Kaki
Etika calon jemaah haji lainnya juga termasuk anjuran untuk melakukan rangkaian ibadah haji dengan berjalan kaki. Seperti diketahui, segala rukun yang dilakukan dalam ibadah haji sebaiknya dilaksanakan dengan berjalan kaki. Mulai dari ihram, wukuf, thawaf, sa’i hingga tahallul.
Dalam hal ini, berjalan kaki menunjukkan suatu kesungguhan seorang hamba dalam menyembah Allah. Terlihat usaha yang dilakukan dari dalam hati dengan menggerakkan tubuhnya dari satu rukun ke rukun lainnya. Namun, bagi jemaah haji lansia atau yang memiliki keterbatasan fisik, diperbolehkan untuk melakukan rangkaian ibadah dengan alat bantu seperti kursi roda, skuter listrik, dan lain sebagainya, selama memenuhi uzur.
Menjaga Penampilan
Etika calo jemaah haji yang terakhir namun tak kalah penting, yaitu menjaga penampilan. Dianjurkan bagi calon jemaah haji untuk menjaga penampilan dengan bijak dan tidak berlebihan. Hindari mengenakan perhiasan yang berlebihan, baju yang mewah, dan berbagai pernak-pernik yang memperlihatkan kekayaan atau status sosial.
Saat datang ke Baitullah, seluruh umat muslim di dunia dalam keadaan sama, setara, tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah. Tidak ada lagi golongan kaum miskin, kaya, lemah, kuat, dan sebagainya. Dengan begitu, dianjurkan untuk menjaga penampilan tetap sederhana selama beribadah haji untuk mendukung kemurnian niat untuk menghadap dan beribadah kepada Allah.