Berawal dari Pinggir Jalan, Ini Sejarah Terbentuknya Pasar Barang Antik di Jogja
Dulunya, para pedagang Pasar Kowen Sidokarto harus berjualan di pinggir jalan di bawah teriknya sinar matahari dan ancaman guyuran hujan. Kini dengan adanya bangunan baru, para pedagang dapat berdagang dengan nyaman menjajakan barang antik dan barang bekas mereka.
Berdasarkan data dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) Regional Yogyakarta, Kelompok Barang Antik Kowen Sidokarto merupakan salah satu kluster dari total 389 kluster BRI yang tersebar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah anggotanya ada 40 orang.
Mereka berdagang pada bangunan yang sudah disediakan di Dusun Rewulu Wetan, Kalurahan Sidokarto, Sleman. Mereka nyaman berjualan di sana, terlindungi dari sinar terik matahari dan hujan.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Sebelum berjualan di Pasar Kowen, para pedagang bekas dan barang antik tersebut berjualan di Pasar Pon Godean. Namun tempat tersebut dinilai semrawut dan statusnya ilegal.
“Keberadaan itu mengganggu lalu lintas, baik itu para pekerja, anak sekolah, dan lain-lainnya, sehingga banyak yang terlambat. Hal ini memberikan dampak yang kurang bagus. Apalagi mereka berdagang di pinggir jalan,” kata Sugito, Ketua Unit Usaha Pasar Kowen, saat ditemui Merdeka.com pada Senin (26/6).
Oleh karena itu, Dinas Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Dinas Perindustrian Pemerintah Kabupaten Sleman memberikan tempat untuk relokasi para pedagang di Pasar Pon Godean.
Setelah itu barulah Pemkab Sleman dan para pedagang bermusyawarah untuk pemindahan dari Pasar Godean ke Pasar Kowen.
“Pada tahun 2019 terjadilah deal atau pemindahan tersebut. Dengan hal itu para pedagang klitikan mengikuti pemindahan itu. Waktu itu ada tiga paguyuban. Namun seiring berjalannya waktu, tempat ini belum memadai. Jadi yang penting mereka bisa berjualan. Tempatnya ya seadanya,” terang Sugito.
Jumlah pedagang yang berjualan di Pasar Kowen bertambah. Tak hanya pedagang barang antik, para penjaja makanan juga ikut berjualan di Pasar Kowen.
“Pada tahun 2020, investor membantu membangunkan fasilitas tempat sehingga yang tadinya untuk pasar tradisional, sudah tersewa semua untuk 160 pedagang. Sayangnya mereka tidak aktif berjualan. Karena mereka tidak berjualan, kami juga merasa rugi karena tidak ada retribusi. Karena tidak ditempati, pedagang klitikan ini minta dipindahkan ke sana. Jadinya mereka yang masih berjualan di emperan jalan di sini dipindah ke sana,” kata Sugito.
Sugito, ketua Unit Usaha Pasar Kowen Sidokarto.
©2023 Merdeka.com/Shani Rasyid
Pada tahun 2021, pihaknya kembali membangun pasar tradisional 2 yang ada di pinggir jalan. Di sana ada 16 kios dan 40 lapak kosong untuk berjualan. Walaupun sudah ada beberapa tempat yang disewa, namun pemanfaatannya belum maksimal.
Kini, jumlah pedagang di Pasar Kowen Sidokarto sudah lebih dari 500 pedagang. Terkait peran Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sugito menjelaskan kalau pihaknya membangun sinergitas dengan perusahaan pelat merah itu. Ia mengatakan, BRI memberikan peluang bagi para pedagang untuk mendapatkan pinjaman modal, apalagi para pedagang itu termasuk para pedagang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Sampai saat ini bantuan modal yang dikucurkan untuk pedagang Pasar Kowen ini kurang lebih hampir Rp2 miliar. Dengan penguatan modal, lalu mereka berdagang dan mendapat untung, lalu bisa mengembalikannya kepada BRI. Apalagi bunganya sangat rendah,” ungkapnya.
Dengan adanya sinergitas dengan BRI, Sugito berharap para pedagang di Pasar Kowen semakin banyak, sehingga para nasabah juga bisa bertambah.
(mdk/shr)