Bikin Geger Warga, Ini Kisah Penggerebekan 2 Tempat Terduga Teroris di Bantul
Pada Jumat (2/4), Tim Densus 88 Mabes Polri menggerebek dua lokasi sekaligus terduga teroris di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi pertama beralamat di Padukuhan Widoro, Kapanewonan Sewon, sementara lokasi kedua beralamat di Padukuhan Segoroyoso, Kapanewonan Pleret.
Pada Jumat (2/4), Tim Densus 88 Mabes Polri menggerebek dua lokasi sekaligus terduga teroris di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi pertama beralamat di Padukuhan Widoro, Kalurahan Bangunjiwo, Kapanewonan Sewon, Bantul, dan lokasi kedua beralamat di Padukuhan Segoroyoso, Kalurahan Segoroyoso, Kapanewonan Pleret, Bantul.
Di Padukuhan Widoro, seorang terduga teroris berinisial W berhasil diamankan. Penggeledahan itu bahkan berlangsung lama dari pagi hingga sore pukul 16.00. Sementara itu di Segoroyoso, polisi mengamankan terduga teroris berinisial KB bersama istri dan 6 orang anaknya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Beji Sirah Keteng dibangun? Mengutip Instagram @purbosasongko_dalang, Situs Beji Sirah Keteng dibangun pada masa pemerintahan Raja Sri Jayawarsa.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
-
Bagaimana cara membuat Jenang Saren? Mengutip Kemdikbud.go.id, bahan utama yang digunakan untuk membuat jenang saren adalah tepung ketan dan gula jawa.
-
Kenapa Candi Jago dibangun? Sejarah Candi Jago dibangun atas inisiasi Raja Kertanegara untuk menghormati mendiang sang ayah, Raja Sri Jaya Wisnuaedhana (1248-1268).
-
Bagaimana cara membuat kue jipang? Berasnya dimasukkan ke situ,” ungkap pemilik kanal YouTube Brent Sastro sembari menunjuk sebuah alat pemanas yang dihubungkan ke gas elpiji. Di sebelahnya, tampak sebuah wajan berisi air gula yang dicampur minyak sedang dipanaskan.
Penggeledahan di tempat itu berlangsung lebih singkat, yaitu sekitar 2 jam. Lalu bagaimana proses penggeledahan itu? Seperti apa sosok terduga teroris yang ditangkap? Berikut selengkapnya.
Proses Penggeledahan di Widoro
©2021 Liputan6.com
Ketua RT 06 Padukuhan Widoro, Safei (42), mengatakan pada pukul 08.00, ia diminta polisi untuk menyaksikan sendiri penggeledahan itu. Saat itu, ia melihat Tim Densus 88 keluar rumah dengan membawa 14 bungkus boks yang berisi buku, dan peralatan elektronik. Tak hanya itu, polisi juga menyita busur panah.
Salah satu kerabat dari istri terduga teroris, Titik N (32) mengatakan bahwa W sebenarnya orang baik yang sering membantu orang lain. Dia mengatakan W dan istrinya memiliki tiga orang anak di mana anak sulungnya tinggal di pesantren.
“Itu biasa saja dengan kami, kami juga sering mengobrol,” kata Titik mengutip dari Liputan6.com.
Sita Selongsong Peluru
Instagram @tnilovers18 ©2021 Merdeka.com
Dari Segoroyoso, Pleret, polisi melakukan penggeledahan selepas salat Jumat. Ketua RT setempat, Mujiyono, menyaksikan sendiri penggerebekan yang dilakukan di wilayahnya. Dia menyebutkan, saat itu polisi membawa beberapa bungkus barang dari rumah terduga teroris berinisial KB yang di dalamnya terdapat CD, laptop, HP, paspor, pisau lipat, dan sebuah selongsong peluru. Polisi langsung mengamankan barang tersebut ke dalam mobil sebelum meninggalkan lokasi.
Diketahui, KB merupakan warga asli Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Lima tahun lalu, Mujiyono bercerita bahwa KB datang ke wilayah itu dan izin untuk tinggal di sana. Kepada Mujiyono, KB mengaku bekerja di sebuah percetakan di Kota Yogyakarta.
“Nah, saya pun meminta dia untuk mengurus surat pindah menjadi warga tetap di sini,” ungkap Mujiyono.
Sosok Tertutup
©2015 Merdeka.com
Mujiyono mengungkapkan bahwa KB merupakan sosok tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga sekitar. Dia pun jarang mengikuti kerja bakti karena harus kerja ke luar kota. Bersama dengan sang istri, Mujiyono mengatakan kalau KB juga jarang bersosialisasi dengan tetangga di kiri kanannya.
Bahkan Mujiyono mengatakan, dalam tiga tahun ini KB sudah tidak pernah lagi mengikuti jemaah salat wajib maupun salat Jumat di masjid yang ada di lingkungannya. Dia diketahui mengikuti jemaah di masjid padukuhan tetangga, yaitu Padukuhan Kloro. Hal inilah yang membuat pengawasan terhadapnya menjadi berkurang.